Bab 12 : Raksasa

879 108 23
                                        

"Argh!" Aku berteriak ketikaku terbangun di sofa ruang TV. Aku merasa ada yang aneh pada diriku, bagaimana aku bisa ada di sofa? Apakah aku sedang tertidur dan baru saja aku bermimpi? Pikirku.

"Demian, kau tidak seharusnya tidur di sini, sebaiknya kau tidur di kamarmu," ucap mamaku yang berlalu pergi masuk lebih dulu ke kamarnya yang berada di bawah tangga.

Jadi, tadi itu adalah mimpi? Aku kepergok oleh mama dalam mimpiku.

Setelah aku pikir-pikir, aku mulai teringat bagaimana aku bisa tertidur di sofa. Selesai makan malam, aku tidak langsung pergi naik ke atas ke kamarku, tapi aku langsung menyalakan TV dan tidak sadar aku telah tertidur.

Apakah mungkin mimpi itu juga memberiku isyarat bahwa apa yang aku cari ada di kamar utama mama dan ayah, kamar mereka yang dulu dan barang-barang penting ayah berada di sana di dalam kotak hitam itu. Sebaiknya aku periksa dan mencari tahu, jangan sampai kejadian yang di dalam mimpi terjadi pada kenyataannya.

Aku berjalan mengendap-endap menuju kamar utama, aku buka perlahan gagang pintu itu agar tidak mengeluarkan suara. Di dalam kamar utama sangatlah gelap hanya ada penerangan dari sinar bulan malam hari yang menembus jendela kamar.

Aku langsung membuka lemari mama dan ayah, di dalamnya berisikan pakaian mama berbeda dengan di dalam mimpiku sebagian pakaian ayah juga berada di dalamnya, tapi dalam kenyataannya pakaian ayah sudah tidak ada.

Setelah tidak lama mencari, akhirnya aku menemukan kotak hitam itu yang sama persis seperti dalam mimpiku. Saat aku buka kotak itu, aku tidak melihat ada laptop hanya surat-surat yang pasti surat dari mama kepada ayah begitu juga kiriman surat balasan dari ayah untuk mama. Namun, aku mendapatkan sesuatu yang tidak ada di dalam mimpiku, suatu benda kecil berbentuk kotak dan berwarna biru tua dengan penutupnya.

"Flashdisk?"

Aku bergegas mengantongi flashdisk itu ke dalam saku celanaku dan aku berjalan dengan cepat keluar dari kamar utama menuju kamarku.

Tiba di kamar aku langsung memasukkan flashdisk itu ke komputer hologramku. Tapi sayangnya flashdisk itu memiliki kode password, sedangkan aku sama sekali tidak tahu apa kodenya.

Aku mulai mencoba-coba menuliskan namaku, nama ayah, nama mama, tanggal lahir kami bertiga, tetap tidak bisa terbuka.

"Err!" erangku, ini semua membuatku kesal.

Ayah, apa yang kau rahasiakan dariku?

♣♣♣

Warna hitam samar berada di bawah mataku sedikit terlihat, semalam aku tidak tidur karena berusaha keras untuk memecahkan password yang tidak bisa terbuka olehku. Walaupun aku hacker tapi jika sistem yang dibuat oleh ayah sangatlah susah untuk di retas olehku.

Jam istirahat tiba, aku tidak berniat untuk istirahat. Lebih baik aku tidur sebentar di kelas.

Bruk!

Seseorang menendang mejaku, dengan beratnya aku bangun dan melihat Nick bersama dua pengawalnya yang selalu setia menemaninya.

"Aku lihat kau belum meretas bank manapun?" tanyanya nampak mencemaskanku.

"Hm, ya aku sedang tidak tertarik dengan itu," jawabku kemudian kembali tertidur di atas mejaku.

"Apa?" Nick sangat tidak puas dengan jawabanku dia lalu pergi keluar kelas di ikuti oleh dua temannya.

Sepulang sekolah aku teringat pada tempat tinggal terakhir ayah. Namun, aku ragu haruskah aku ke sana? Karena sekitar tiga tahun lalu aku tidak bertemu dengan ayah lagi di sana. Jika tidak mencoba, aku tidak bisa mengobati penasaranku ini.

Dengan menggunakan swayboard, aku lajukan dengan cepat melintas keluar gerbang sekolah. Aku ingat ayah membuka usaha perbengkelan sebagai montir di kota Quaterland tidak jauh sepertinya jika aku berjalan dari sekolahku, aku tinggal mengikuti jalan besar mobil, lurus, lalu belok kanan, lurus lagi, dan belok kiri dan akhirnya tiba.

Setibaku di tempat perbengkelan ayah, sangatlah sepi dan juga kotor. Tempatnya sudah tidak terurus, terlihat seperti bengkel yang berhantu. Aku tidak takut pada apa pun, aku mulai memasuki lewat jendela yang bolong hanya tertutup oleh karung berwarna cokelat.

Di dalam tidak begitu gelap, cahaya dari matahari siang hari yang menembus melewati celah-celah lubang genteng juga jendela sedikit memberiku cukup penerangan. Aku berjalan entah, menuju tempat kantor ayah yang berada di atas. Luasnya bengkel ayah sudah seperti sebuah gedung olahraga di sekolahku.

Tangga yang berisik terdengar menggema ketika aku menginjaki anak tangganya satu persatu. Aku mendengar ada seseorang di dalam kantor ayahku, tapi siapa?

Aku buka pintu yang tidak terkunci itu dengan perlahan dan ada seseorang yang menarik jaketku dengan kuatnya hingga kedua kakiku dapat melayang-layang.

"Siapa kau bocah?" tanya seorang pria berbadan besar, perutnya yang membesar ke samping dan tingginya bagaikan raksasa membuatku teringat pada pahlawan super yang berwarna hijau, dia akan berubah hijau jika membuatnya marah. Tapi pria yang menangkapku ini bukan pahlawan berwarna hijau itu, dia seperti raksasa troll yang besar, dia dapat mengangkatku hanya dengan satu tangannya dan tangannya yang sebelah kanan membawa sepotong pizza berbau daging dengan topping keju mozarella.

"Tu-turunkan aku!" Aku meronta-meronta memintanya untuk menurunkanku, karena jaketku ini menarik leherku membuat aku tidak bisa bernapas. Pria berbadan besar itu tidak mau melepaskanku dia hanya terdiam, dan aku pun melepas jaketku hingga aku terjatuh kemudian aku berpikir lebih baik aku pergi sekarang juga. Aku berlari menuruni tangga dan menggunakan swayboard keluar dari bengkel tersebut.

Di sana ada raksasa besar.

♣♣♣

Tbc-

Siapa ya raksasa itu? Hahaha... 😂😂😂

Maaf bangetttt lama update, ya kebanyakan cerita jadi begini cerita yang lain terabaikan. Hiks hiks salah satunya Mr. Cyborg ... maaf ya readers!!

Jangan lupa vomentnya. Makasih udah setia jadi pembaca Mr. Cyborg.

Heenim ❤

MR. CYBORGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang