Kutapakkan kaki di sekolah itu. Entah mengapa timbul perasaan gersang. Padahal di halaman sekolah terdapat beberapa pohon buah-buahan. Mulai pohon mangga manalagi, mangga harum manis, pepaya, sampai rumpun anggur. Selain itu juga banyak tanaman palem dan beraneka tumbuhan yang lain. Tetapi tumbuhan itu dalam kondisi seadanya.Daun-daun kering dibiarkan berserakan dan menumpuk di seluruh halaman. Sisa material bangunan yang nampaknya telah cukup lama terlantar teronggok di halaman yang sama. Mencari ring basket atau tiang untuk net, kosong. Hanya nampak sisa-sisa garis berbentuk khas lapangan bulu tangkis. Mungkin beberapa tahun sebelumnya ada orang yang rajin bermain bulu tangkis di situ. Tetapi kebiasaan itu telah terhenti. Entah kenapa.
Warna gedung kuning pucat nampak muram. Separuh dindingnya dilapisi dengan tegel keramik warna cokelat. Kusen jadul terlihat berlobang di sana sini dimakan rayap dan usia. Jendela dengan kaca yang tak lagi bening. Lengkap dengan bangunan lantai dua yang tiang-tiang penyangganya masih asli beton. Lantai dua itu sendiri masih belum terselesaikan. Konon ada kesalahan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Sehingga ketika proyek belum selesai, dana sudah habis.
Anak-anak yang bersekolah di sana tak kalah muram. Seragamnya asal saja dipakai. Warnanya lusuh. Sama lusuh dengan kulit dan sepatu. Apalagi tasnya, jika mereka membawa. Wajahnya menyimpan keinginan memberontak dan merusak. Ucapannya kasar. Sarat dengan umpatan dan makian. Tidak hanya yang laki-laki, bahkan juga yang perempuan.
Guru-gurunya,tak lepas dari keluhan atas ulah siswa. Sulitnya mengajarkan sesuatu pada siswa, apalagi menertibkan mereka di dalam kelas, dan membuat mereka diam. Tugas? Jangan ditanya. PR apalagi. Masih bagus anak-anak ini mau datang ke sekolah. Pernah tiba masa ketika untuk mendatangkan siswa ke kelasnya, guru harus menjemput ke rumah. Wajah-wajah guru tampak lelah dan enggan dengan keberadaannya sendiri.
Ada apa ini?
Bagaimana bagian pertama ini? Semoga bikin pinisirin.
Jangan lupa vote dan komen ya. Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And the Vertical Garden
Novela JuvenilVertical Garden itu bukan hanya sebuah taman yang dibuat karena lahan terbatas. Dia melukiskan aku. Dia prasasti keberadaanku. Dan murid-muridku.