(24) Serasi

43.8K 3.3K 314
                                    

Hati kita serasi ya, lebih
serasi lagi kalau nggak ada orang ketiga atau kata perpisahan di dalamnya.

-El-

Hari ini adalah hari pertama Varo masuk kuliah di negara tersebut. Ia menatap pantulan dirinya di cermin dengan wajah datar. Tetap seperti biasa, datar, cuek, namun bisa berubah jika sudah di dekat Vina. Varo menoleh ketika pintu kamarnya terbuka dan menampilkan seorang gadis cantik dengan balutan sweater abu-abu dan celana jeans putih robek-robek.

"Makan dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makan dulu." ucap Vina sambil berjalan masuk mendekati Varo yang sedang menyemprotkan parfum ke beberapa bagian tubuhnya.

"Kamu udah makan?"

"Aku nunggu kamu."

Varo tersenyum dan mengecup sekilas kening gadis itu sebelum menariknya untuk turun ke bawah. Bukan Vina dan Varo jika mereka tidak serasi, secara kebetulan lagi hari ini mereka menggunakan baju dengan warna yang sama. Hal itu pun tak luput dari perhatian teman-temannya yang sudah menunggu mereka di meja makan.

Ya, mereka semua masih ada disini untuk beberapa waktu ke depan. Karena kebetulan juga kampus mereka libur, maka hal itu semakin memberikan peluang untuk mereka bisa tinggal lebih lama disini hanya untuk sekedar refreshing.

"Gue bingung deh, lemari kalian isinya baju samaan mulu ya?" tanya Gilang sambil mengangkat sendoknya ke dagu.

"Raja sama ratu tuh harus kompak lah." saut Evelyn yang saat itu sedang mengoleskan selai ke rotinya.

"Atau bisa aja mereka sebelum pake baju janjian warna dulu." ucap Ara membuat Gilang mengangguk setuju.

"Alay." ucap Vina dan memutuskan untuk duduk di dekat Varo.

"Kak, nanti gue nggak bareng kalian ya."

Ara menoleh menatap Liona sambil mengangkat satu alisnya seolah bertanya 'kenapa?'.

"Gue dijemput Devan."

Varo terdiam, melirik Liona dengan wajah datar dan kembali melanjutkan aktivitas makannya. Liona yang merasakan aura tidak enak muncul dari kakak sepupunya pun hanya terdiam dan menatap Vina yang saat ini sedang menuangkan susu sapi ke gelas Varo.

"Lo pacaran sama Devan?" tanya Tristan dengan nada mengintimidasi.

"Nggak, cuma ada sesuatu yang harus gue bicarain sama kak Devan."

"Ya udah,tapi pulangnya gue jemput kan?" tanya Ara dan hanya diangguki oleh Liona sebagai jawaban.

"Hati-hati." ucap Varo tanpa mengalihkan pandangan membuat Liona tersenyum lebar. Ia senang kakaknya tidak marah perihal ini. Pasalnya orang yang akan berangkat bersamanya adalah mantan dari calon kakak iparnya sendiri.

Gue tau lo mau ngomongin gue.

Vina terdiam menatap seseorang yang ada dibangku paling ujung. Dia sudah menduga bahwa lukanya akan bertambah cepat atau lambat. Dugaannya benar kan? luka itu kembali ada, muncul dengan sendirinya akibat goresan dari seseorang yang dipercaya.

ALDANEL (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang