(26) Jatuh lagi

44.6K 3.5K 736
                                    

Jatuh. Fase dimana semuanya tidak lagi baik-baik saja.

-Al&El-

Dilain sisi, Liona dan Ara yang masih berkutat dengan film yang tadi mereka tonton beralih mengamati gadis yang saat ini sedang keluar menerima telefon dari seseorang. Kedua pasang mata itu saling tatap dan spontan bangkit secara bersamaan ketika isyarat mata tersebut mengatakan untuk 'ikuti'.

Meta yang masih duduk di karpet menoleh sekilas ke arah pintu dan kembali fokus pada game online yang sedang ia mainkan.

"Mereka mau kemana sih? bodo amat ah."

Liona dan Ara yang saat ini berdiri tepat di belakang gadis itu sama-sama terdiam ketika melihatnya sedang berbicara dengan seseorang di seberang sana.

"Mama udah ngurusin semuanya kan?"

"Tenang aja, sebentar lagi Varo bakal jadi milik aku kok, oke ma, bye."

Ara mengepalkan kedua tangannya, menatap tajam Evelyn dan maju selangkah mendekati gadis itu ketika ia berbalik.

"Pengecut!!! gue nggak tau kalau ternyata lo bener-bener munafik Eve."

Evelyn yang semula terkejut berusaha menetralkan kembali wajahnya dan justru tersenyum licik menatap Ara yang terlihat benar-benar marah.

"Iya gue emang munafik, terus kenapa? ada masalah?"

"Lo gila ya!! Vina itu sodara lo, meskipun cuma saudara tiri tapi kalian sekarang udah jadi keluarga."

"Bukan salah gue woe, dari awal apa yang gue punya juga selalu jadi milik dia. Papa, jadi milik dia juga kan? Varo, orang yang dari pertama kali udah gue incer, sampai sekarang jadi milik dia juga kan? terus habis ini mau apa lagi yang bakal dia milikin?"

"Itu takdir!!! lo dan nyokap lo yang ngrebut papa Vina dari keluarganya. Kalian yang salah, bukan Vina."

Evelyn mengangkat alisnya menantang berani sorot mata Ara yang setajam pisau.

"Gue akan tetap komitmen sama keputusan gue. Semua yang jadi milik dia cuma harus jadi milik gue."

Plak

"Mulai detik ini, gue memutuskan buat benci sama seorang penghianat kayak lo. Seburuk-buruknya orang, menjadi penghianat adalah pilihan yang paling hina."

"Kak, udah." ucap Liona yang sudah menangis dan menarik lengan Ara untuk menjauh dari tempat itu.

"Tamparan lo masih kurang sakit dibandingkan kejutan yang gue kasih kan?"

"BANG.." ucapan Ara terpotong karena tangannya ditahan oleh seseorang dari arah belakang.

"Gue cukup kaget sama kejutan lo kok, makasih udah repot repot nyiapin semua ini buat gue." ucap Vina dengan nada datar dan dingin. Persis seperti seorang Vina yang dulu, sebelum Varo datang dan merubah semuanya.

"Oh, akhirnya pemeran utama udah dateng. Ini masih awal Vin, masih ada banyak kejutan yang belum gue tunjukin ke sang ratu primadona."

"Tutup mulut lo atau gue sobek tuh mulut sampai nggak bisa ngomong!!" saut Ara yang benar-benar tidak terima dengan kenyataan tersebut.

"Oke, gue akan nunggu kejutan dari lo yang selanjutnya."

Evelyn tertawa dan melipat kedua tangannya sambil berjalan mendekati Vina.

"Yakin hati lo bakal baik-baik aja sama kejutan gue yang selanjutnya?"

Vina terdiam dengan sorot mata tajam menatap ke arah Evelyn. Ia maju dan meletakkan tangannya di bahu gadis itu sambil tersenyum miring. Senyum paling berbahaya yang sangat jarang ia tunjukkan.

ALDANEL (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang