Kamu tau apa yang membuat
perasaanku seperti ini?
jawabannya adalah kata pertama yang tadi kamu baca-Al-
Langkah kaki gadis berambut pirang itu berhenti. Ditatapnya dengan lekat nomor kamar yang menempel di daun pintu bewarna coklat di hadapannya. Dengan perasaan yang sedikit ragu, dibukanya pintu itu hati-hati agar tidak menimbulkan suara sedikitpun.
Ia sedikit terkejut, pasalnya Nesa juga ada di ruangan yang sama dengan tempatnya berdiri sekarang. Gadis itu terlihat sedang menyelimutkan jaketnya ke tubuh Varo yang saat ini sedang tertidur di sofa yang berada di dekat jendela.
Tangannya mengepal ketika melihat gadis itu mengelus pelan rambut Varo dan mengecup kening cowok itu penuh kasih sayang. Tunggu, bukankah yang hanya boleh melakukan itu dia? atau saat ini posisi itu sudah ada yang menggantikan?
Vina memejamkan mata dan menghembuskan nafasnya berulang kali. Mungkin saja, apa yang ia lihat tidak sesuai fakta yang ada, karena memang terkadang apa yang ada di depan mata belum sepenuhnya memberikan penjelasan.
Mendengar kata penjelasan, berhakkah saat ini Vina menuntut penjelasan atas apa yang dia lihat? masih pantaskah dia merasakan cemburu kepada sosok itu? Sosok yang bahkan tidak hanya mengajarkan arti cemburu kepadanya, namun juga rindu dan sendu.
"Nesa."
Gadis yang dipanggil menoleh dan sedikit terkejut melihat Vina berdiri di ambang pintu sambil melihat kearahnya dengan serius. Ia terlihat bingung dan tidak menyangka atas kehadiran Vina yang tiba-tiba seperti ini.
"Ikut gue." ucap Vina tegas dan mendahului Nesa untuk keluar dari ruangan tersebut.
Disini mereka sekarang, di koridor tepatnya di ruang tunggu depan kamar inap mamanya Varo. Vina yang memandang datar ke arah Nesa membuat gadis itu dari tadi hanya menunduk dan melipat kedua tangannya dalam diam.
"Gue tau lo suka sama Varo."
Nesa mendongak, ditatapnya Vina tak percaya. Ia bangkit dari duduknya dan menatap gadis itu dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Lo..lo tau darimana?"
"Mata seseorang nggak pernah bisa bohong Nes."
"Iya, gue emang sayang sama Varo."
Vina mengangguk paham, ia tidak terkejut dengan hal ini. Siapapun yang melihat Varo tidak mungkin tidak terpana dengan sosok tinggi berbola mata hijau itu. Apalagi jika bisa menjadi teman dekat atau bahkan hanya sekedar berangkat dan pulang bareng. Itu susah. Susah buat nggak baper.
"Gue juga tau kalau lo pernah punya niat buat bikin Varo banting stir ke arah lo."
Lagi-lagi Nesa dibuat terkejut dengan pernyataan yang diucapkan Vina. Bagaimana dia tau? Jangan-jangan gadis ini mata-mata atau termasuk anggota intel?
"Gimana.. Gim"
"Gimana gue bisa tau?" tanya Vina mengangkat satu alisnya dengan disertai senyum miring.
"Feeling gue tentang Varo itu nggak pernah salah Nes. Jadi, gue harap lo hati-hati."
"Maksut lo apaan?" tanya Nesa dengan nada yang sedikit meninggi.
Vina menghembuskan nafas tenang, dengan tetap memasang ekspresi datar ia melipat kedua tangannya dan menatap lurus ke arah bola mata Nesa yang mulai berkaca-kaca.
"Kita sama-sama perempuan Nes, gue ngerti perasaan lo kayak gimana. Kalau lo suka sama Varo, it's okay, itu hak yang lo milikin. Tapi kalau lo pengen berada di posisi gue, cara lo bukan kayak gini. Lo nggak boleh ngerusak hubungan yang udah susah payah ditata mulai dari nol. Cinta itu memang butuh perjuangan Nes, tapi nggak dengan cara yang murahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDANEL (2)
Teen FictionAkankah jarak membuat kita lebih dekat? membuat kita bahagia pada akhirnya? atau bahkan jaraklah yang menjadi orang ketiga hingga membuat kita saling tersakiti? Aku mencintaimu, mencintai setiap hal yang berkaitan denganmu, tak terkecuali jarak. Bis...