Enam

5 1 0
                                    


Juni, 2017.

Alice menatap Nero yang sejak tadi tidak merubah posisi duduknya. Wanita itu tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Nero saat ini. Nero tidak pernah memberitahukan kesedihannya, tetapi Nero selalu tahu kalau dirinya sedang sedih. Nero tidak pernah mengeluh dihadapannya, tetapi ia selalu mengeluh dihadapan Nero. Nero juga tidak pernah berhenti berbicara, tetapi ia sudah berhenti berbicara sejak dulu.

"Kamu kenapa belum tidur, Lice?" Tanyanya.

Alice menggelengkan kepala. Aku masih ingin melihat kamu, Ner.

"Ini sudah hampir jam sebelas," Nero berdiri dan membetulkan letak selimut yang dipakai oleh Alice. "Dan kamu harus istirahat."

Lagi-lagi, Alice menggelengkan kepalanya. Tetapi kali ini, Nero bersikeras menyuruh wanita itu untuk tidur.

"Aku nggak mau kalau kamu semakin sakit, Alice."

Semakin sakit... Pasti aku sudah banyak merepotkan Nero selama ini. Batin Alice. Setelah itu, ia hanya mengangguk singkat dan mulai memejamkan matanya meskipun Alice sama sekali tidak mengantuk.

"Selamat tidur, Alice," Bisik Nero di telinga Alice. Entah kenapa suaranya bergetar seperti orang menahan tangis. "Aku menyayangimu, selalu."

***

Agustus, lima tahun yang lalu.

"Kak Nero? Kenapa masih di sini?"

Suara itu membuat Nero menolehkan kepalanya dan segera bangkit berdiri. Gadis yang tadi sore Nero temui membuka pagar rumahnya dan berdiri di hadapan Nero dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak.

"Kamu Ria?"

"Iya, kakak tahu dari mana?"

"Aku tahu dari Lita,"

"Oh, Kak Lita." Gumamnya dengan suara pelan. Kemudian, hening. Samar-samar, Nero mendengar suara isak tangis dari dalam kamar di lantai satu dengan lampu yang menyala itu. Tampaknya Nero terlalu sibuk berpikir sehingga tidak mendengar suara tangisan itu sejak tadi.

"Apa yang terjadi dengan Alice?"

"Aku nggak punya alasan yang cukup kuat untuk jawab pertanyaan Kak Nero," Ucapnya dengan nada tegas. "Kak Lita yang bersahabat dengan Kak Alice saja tidak kuberitahu, apalagi kakak."

"Ria, aku mohon. Tolong beritahu aku apa yang terjadi pada Alice."

"Maaf, kak. Aku nggak bisa,"

"Kenapa?"

"Karena Kak Alice minta supaya aku tidak bercerita apa-apa kepada siapapun."

"Kalimatmu sudah cukup untuk menjelaskan kalau ada sesuatu yang terjadi pada Alice."

"Ya, mungkin saja," Sahut Ria seraya menutup pagar rumahnya lagi. "Kurasa informasi itu sudah lebih dari cukup untuk Kak Nero ketahui. Jadi sekarang, aku mohon kakak pergi dari tempat ini karena sebentar lagi Ibu akan kembali."

Sepeninggal Ria, Nero meraih tas ranselnya dan berjalan meninggalkan rumah Alice. Ia tidak tahu harus kemana, tetapi yang jelas ia tidak akan pulang ke rumahnya sebelum mengetahui kebenaran yang ada.

Sambil berjalan, Nero mencoba menebak apa yang terjadi pada Alice.

Sampai pada satu titik, ia teringat sesuatu.

RemembranceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang