"Sdr. Brave alexander sekarang ucapkan janji nikah saudara dengan sungguh-sungguh. Dengan kebebasan dan tanpa paksaan..."
suara pendeta terdengar, menyuruh daddy mengucapkan janji pernikahan.Ya, kalian benar, di Katedral St John The Divine ini, daddy melangsungkan pernikahannya dengan bibi Ashley. Aku tersenyum menyaksikan pemandangan di depanku, daddy terlihat sangat bahagia begitu juga dengan bibi Ashley ah bukan lebih tepatnya mommy Ashley. Ku lirik pemuda berjas putih gading di samping kananku, kulihat dia tersenyum ke arah daddy dan mommy. Kukira dia tidak akan setuju dengan semua ini, nyatanya aku salah, dia setuju yang artinya mulai detik ini juga dia telah menjadi saudara tiriku.
Aku baru mengenal mereka sebulan terakhir, daddy sempat bertanya padaku 'apakah rencana pernikahannya tidak terlalu cepat?' aku jawab 'tidak daddy, lagipula bukannya lebih cepat itu lebih baik?'. Aku tidak perlu ragu untuk menerima bibi Ashley sebagai ibuku, sebulan adalah waktu yang cukup untuk aku lebih mengenalnya, dia baik, she's good listener, dia juga pandai memasak jadi tidak ada alasan untukku ragu padanya. Kalau Cakka, btw, saudara tiri baruku itu sangat irit berbicara. Seperti saat ini.
"Cak, gue pikir lo gak bakalan setuju kalau bibi Ashley menikah dengan daddy" ucapku lalu menoleh ke arah Cakka yang duduk di sebelahku.
"Kenapa?" tanyaku saat melihat Cakka menatap tajam ke arahku.
"Panggil 'Kka' " ucapnya, hah apa-apaan sih, ngapain pake manggil 'ka' segala, cuma beda setahun ini kok. Yasudahlah, dari pada ditatap seperti itu.
"Ka Cak.." ucapanku terhenti kala Cakka kembali menatapku tajam, ck kenapa lagi sih?
"Kenapa lagi? Tadi katanya suruh panggil 'ka', yaudahkan? Terus kenapa sekarangnya melotot lagi hah?" tanyaku, dia memutar bola matanya lelah.
"Terserah" ucapnya. Aku mengedikkan bahu.
"Jadi.."
"Gue cuma mau nyokap bahagia" katanya memotong ucapanku. Aku menganggukan kepalaku, mengerti. Alasannya sama sepertiku.
**
"Kamu kenapa sayang?" tanya mommy Ashley kepadaku, daddy dan Cakka menatapku.
"Ah tidak apa-apa" jawabku, lalu melanjutkan makanku.
"Apa kamu tidak suka makanannya?" tanya mommy -lagi-. Aku menggeleng.
"Tidak mom, makanannya sangat enak, aku menyukainya"
Untungnya mommy tidak bertanya lebih lanjut, yaa sekarang kami sedang makan malam di rumah, mereka -mommy dan Cakka- sudah pindah ke rumah daddy sejak sore tadi.
"Mom, dad, Shilla ke kamar duluan yaa" pamitku kepada mereka, sebelum aku beranjak dari kursi, ucapan mommy Ashley menghentikanku.
"mm.. Shill"
"Iya?"
"Rencananya nanti Cakka akan pindah satu sekolah sama kamu, kamu nggak keberatan kan sayang?" tanya mommy.
"Bagus dong mom, Shilla nggak keberatan sama sekali, Shilla malah senang soalnya kan nanti berangkat sekolahnya ada temennya" jawabku senang, well, aku memang senang dia pindah ke sekolah yang sama denganku.
"Yasudah kalau begitu, Cakka setujukan?" tanyanya pada Cakka yang sedari tadi hanya diam.
Dia mengangguk. Aku menatapnya dan dia hanya menaikkan sebelah alis tebalnya itu, menyebalkan."Kalau gitu, Shilla udah boleh ke kamar kan?" tanyaku entah kepada siapa.
"Iya sayang, night" jawab mommy. Aku tersenyum ke arahnya. Dia sangat baik bukan?.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Step Brother
Fanfiction"Sama kakak sendiri? Gila nggak sih?!" -Ashilla Athaluna Alexandra,