Benda persegi berwarna hitam itu bergetar untuk kesekian kalinya. Sejak Shilla membuka matanya pagi ini, selama itulah ponselnya tidak berhenti bergetar. Yang membuat ponselnya seperti itu tidak lain dan tidak bukan adalah Gabriel. Pemudanya. Ralat, mantan pemudanya. Ingatkan, kemarin dirinya sempat berkata untuk berpisah? Berarti ia sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi dengan pemuda itu, setidaknya, itulah yang ada di pikiran Shilla.
Ini hari sabtu, setidaknya bisa membuat Shilla sedikit bersantai di kamarnya. Membuat Shilla lega, karena ia tidak akan bertemu dengan pemuda itu untuk dua hari ke depan. Bukan, bukannya ia takut bertemu dengan pemuda itu. Hanya saja, ia tidak ingin merasa sakit lagi.
‘knock, knock’
“Sayang, sarapan dulu”
Seruan dari luar kamarnya membuat Shilla beranjak dari tempat tidurnya.
“Yes mom”
Sebelum keluar kamar, Shilla menonaktifkan ponselnya terlebih dahulu dan melemparnya lalu keluar begitu saja dari kamarnya dengan ponsel yang tergeletak tak berdaya di atas tempat tidur.
**
“Sweetheart, hari ini sampai beberapa hari ke depan kami akan pergi bersama paman Haling. Jadi, kamu sama Cakka baik-baik di sini ya”
Shilla menoleh ke arah sang Ayah yang tengah meneguk kopinya.
“Lagi? Mau kemana?” pasalnya ini sudah kedua kali mereka pergi dengan sepupunya itu.
“Kami mau liat proyek baru kami, sayang” Shilla mengangguk paham.
Hah, masalah pekerjaan lagi ternyata. Shilla tidak masalah sebenarnya toh ia juga sudah sering ditinggal sendiri. Bedanya kali ini ada Cakka di rumahnya yang membuatnya tidak lagi sendiri.
“Kalian nggak papa kan ditinggal berdua?” tanya Ashley kepada kedua anaknya. Mereka yang ditanya mengangguk.
“Inget lho Kka, kamu harus jagain adik kamu” Cakka mengangguk mengiyakan.
“Mom, Shilla kan udah dewasa bukan anak kecil lagi. Jadi Mommy nggak perlu khawatir, aku bisa jaga diri” protes gadis yang pagi ini mengenakan kaus hitam kebesaran dengan hot pants itu kepada Ashley, ibunya.
“Masih suka nangis gitu, dewasa dari mananya?” Cakka nyeletuk lalu dengan tenangnya minum susu putihnya.
“Heish! Rese banget sih” Shilla mengetuk kepala Cakka dengan garpu di tangannya, seakan belum puas ia juga menmukul lengan sang kakak. Membuat Cakka tersedak.
Alex, sebagai kepala keluarga yang baik langsung menepuk pelan punggung putranya kemudian mengangsurkan air minum kepadanya.
“Shilla, nggak boleh gitu” tegur sang Ayah.
“Biarin, dianya nyebelin Dad” Shilla mengerucutkan bibirnya kesal, lalu dengan tiba-tiba, Cakka mencubit pipinya, gemas. Membuat Shilla mengaduh karenanya.
“Aaa..aaa”
Ashley hanya tertawa kecil melihat interaksi mereka.
**
“Kalian berdua baik-baik di rumah ya” pesan Alex kepada kedua anaknya.
“Jangan lama-lama” ujar Shilla seraya memeluk sang Ayah.
“See, katanya dewasa belum juga berangkat udah gitu” Cakka mencibir dan Shilla pura-pura tidak mendengarnya. Alex terkekeh mendengarnya lalu mengusak rambut putranya itu.
“Yasudah, kita berangkat dulu” Alex dan Ashley bergantian memeluk kedua anaknya. Berpamitan.
“Take care!” teriak Shilla ketika mobil yang ditumpangi kedua orang tuanya mulai melaju meninggalkan pekarangan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Step Brother
Fanfiction"Sama kakak sendiri? Gila nggak sih?!" -Ashilla Athaluna Alexandra,