Chapter 4

6.8K 141 2
                                    

Gabriel menampakan seringai kecilnya yang terlihat memuakkan di mata Cakka.
 
"Gabriel as Shilla's boyfriend" ucapnya, Cakka tidak menyambut uluran tangan itu, melainkan dirinya menarik Shilla untuk ikut dengannya.

"Pulang" ucap Cakka. 

"Lho, kita kan baru aja sampai Cakka" 

"Pulang" Cakka menarik Shilla untuk keluar dari cafe

"Sama cewek jangan kasar" ucap Gabriel menahan tangan Shilla. Cakka berdecih melihatnya dan langsung menepis tangan Gabriel. Shilla memberontak, namun Cakka semakin mengeratkan genggamannya.

"Jangan pernah sentuh adek gue" ucap Cakka tajam.

"Cakka lepasin" Cakka tidak memprdulikan ucapan Shilla. Gabriel yang melihat Shilla seperti itu ingin menariknya namun Cakka dengan cepat menyembunyikan Shilla di balik tubuhnya. 

"Lepasin cewek gue" gabriel tajam menatap Cakka begitupun sebaliknya. 

"Apa hak lo?" Gabriel melayangkan pukulannya namun Aaron dengan cepat menahan Gabriel. Alice, gadis itu sedari tadi hanya terdiam melihat tontonan di depanya, ia meringis melihat Shilla yang kini terlihat berkaca-kaca, cengkeraman Cakka pasti menyakiti gadis itu.  

"Lepas" ucap Gabriel pada Aaron tapi tatapannya masih tertuju pada Cakka. Cakka melihatnya. Ia hanya tersenyum sinis. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi Cakka membawa Shilla keluar dari Cafe

Ia mendorong gadis itu untuk masuk ke dalam mobil. Shilla hanya diam tak berani menatap Cakka, walaupun ia tidak mengerti kenapa Cakka melakukan ini. Selama ia kenal Cakka, baru kali ini Cakka bersikap seperti ini padanya dan itu menyakitinya.

Shilla meringis saat menyentuh pergelangan tangannya yang merah dan sedikit bengkak itu. Perlahan butiran kristal mengalir dari sudut matanya dan isakan kecil itu terdengar oleh Cakka. Cakka menoleh ke arah Shilla dan mendapati adiknya tengah menangis sambil memegang tangannya. Cakka menghela nafasnya, ia tahu ia salah, tidak seharusnya bersikap seperti itu pada Shilla. 

Cakka menepikan mobilnya. Ia sentuh lengan Shilla namun langsung ditepis oleh gadis itu. Shilla memalingkan wajahnya enggan menatap Cakka. Ia kesal, ia tidak suka, dan ia benci hanya karena hal kecil langsung menangis. Cakka menarik lengan Shilla pelan agar gadis itu menghadap dirinya.  Diusapkannya jemari itu ke pipi Shilla menghalau tetesan air mata yang membasahi pipi gadis itu.   

"Maaf"

Shilla masih diam, Cakka menghela nafasnya. Sedetik kemudian dirasakannya dekapan hangat milik Cakka. Shilla berontak, namun Cakka malah mengeratkan pelukannya.

"Maaf" ucap Cakka seraya mengusap rambut Shilla. Shilla masih menutup mulutnya. 

"Gue nggak bermaksud nyakitin lo, maaf" Shilla masih tetap diam. Cakka melepas pelukannya dan menatap adiknya itu lalu mulai melajukan mobilnya.

**

"Shill" panggil Cakka, namun Shilla tetap berjalan memasuki rumah, tidak memperdulikan panggilan Cakka.  
 
'tok tok tok'

"Shill" 

"Ashilla"

"Buka pintunya Shill" 

Cakka berdiri di depan pintu kamar Shilla, membujuk gadis itu agar membuka pintu kamarnya.

"Ashilla, please buka pintunya"

Cakka menyerah, ia meninggalkan kamar Shilla. Cakka rasa Shilla butuh waktu untuk sendiri setelah kejadian tadi.

Di dalam kamar bernuansa ungu muda itu, Shilla termenung memikirkan kejadian tadi, tidak menghiraukan panggilan Cakka dari luar kamarnya. Lengannya yang bengkak pun dibiarkannya, walaupun rasa sakit itu kian terasa namun Shilla tidak peduli. Banyak pertanyaan yang muncul di otaknya. Mengapa Cakka tidak mau berkenalan dengan Gabriel? Kenapa Cakka langsung menariknya begitu saja? Apakah Cakka mengenal Gabriel? Ada apa sebenarnya Cakka dengan Gabriel?

My Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang