Chapter 6 (Masa Lalu)

53 8 8
                                    

Azka terduduk sambil memandangi arah jendela. Jendela itu tidak tertutupi oleh gorden ataupun warna yang gelap. Sehingga siapa saja yang menatap jendela bisa menatap suasana luar cafee tersebut.

"Oh iya .. Gimana kabar perempuan yang memberikan kalung itu? Udah ketemu belum?" tanya Lina.

"Mungkin kalau uda ketemu, aku gak bakalan berdiam diri seperti ini lin. Aku sudah bela-belain pindah ke Jakarta, tempat dia berada. tapi tetap saja gak dapet juga keterangannya" kata Azka.

"Segitu cintanya lo sama dia? Heran gue liat lo. Begitu banyaknya perempuan yang cantik bahkan hampir dibilang perfect, lo cuekin gitu aja" kata Lina.

"Gue juga gak tau lin. Aku gak tertarik untuk berpacaran sekarang. Aku cuma ingin fokus mencari dia" Kata Azka sambil serius.

# 8 Tahun yang lalu

"Papa .. Kawani Azka main bola" bujuk Azka.

"Kamu gak liat papa lagi sibuk? Dasar anak manja!" bentak papa Azka.

"Papa sudah berubah! Papa jahattttt!!" kata Azka sambil menangis tersedu-sedu. Ia pun berlari ke luar rumah.

"Azka .. Kamu mau kemana nak?" tanya mamanya Azka sambil mengejar Azka yang berlari.

"Azka gak mau ketemu sama papa!! Papa jahat!" Teriak Azka dan mempercepat larinya sampai mamanya pun tak bisa mengejarnya lagi.

"Kamu kenapa sih?! Azka masih kecil mas. Wajar dia begitu" bentak Grace.

"Ini semua kesalahanmu!! Aku tak pernah menginginkan pernikahan ini?!!" kata papa Azka lalu pergi menuju arah parkiran mobil.

"Kumohon kejar Azka, dia masih kecil. Diluar sana bahaya" kata Grace sambil menahan tangisnya.

"Urus anakmu sendiri. Toh juga ini semua salahmu. Ini semua karna hasil perbuatan licikmu" kata papa Azka yang sudah sedari tadi menyalakan mesin mobil dan langsung pergi meninggalkan Grace.

Azka menangis tersedu-sedu ditaman yang tak jauh dari rumahnya.

Ia sangat sedih dengan perubahan ayahnya. Dulu ayahnya sering mengajak Azka bermain-main ditaman dimana Azka sedang menangis saat ini.

Azka sering bermain bola di taman ini bersama ayahnya.

Sekarang Azka tak lagi dipedulikan oleh ayahnya.
Ayahnya sering berada ditempat kerja ketimbang dirumah. Bahkan dalam sebulan, ayahnya gak pernah datang kerumah, kecuali mengambil berkas yang penting.

Ketika Azka menangis, tiba-tiba ia dikejutkan oleh seseorang.

"Kamu kenapa menangis?" kata seorang perempuan yang sedikit lebih tinggi darinya.

"Kamu siapa?" tanya Azka.

"Panggil saja bidadari. Karna aku suka dipanggil bidadari" katanya.

"Tapi kamu bukan bidadari" kata Azka.

"Kata mama aku, jika kita ingin menjadi seperti tokoh yang kita sukai, hal pertama yang harus kita lakukan membuat diri kita itu adalah dia. Dan aku suka bidadari, makanya aku harus menjadi bidadari sesungguhnya heheehe" tawanya.

"Ahaha .. kamu lucu tauk. Bidadari itu mah gak nyata. Itu cuma cerita khayalan" Azka yang tadinya menangis, perlahan-lahan ia bisa menghapus air matanya dan mulai tertawa mendengar penjelasan seorang gadis kecil itu.

"Bidadari itu selalu menghibur yang sedih, buktinya kamu sekarang tertawa" katanya.

"Hehehe iya juga yaa. Yasudah mulai sekarang aku panggil kamu bidadari." kata Azka yang mulai menunjukkan senyumnya.

"Kamu kenapa menangis tadi?" tanyanya.

"Ayahku tak pernah ada waktu buat aku. Dia selalu sibuk sama pekerjaannya" kata Azka sambil perlahan mulai menunjukkan wajah sedihnya.

Ketika melihat Azka yang mulai menunjukkan wajah sedihnya, seorang gadis kecil itu pun mulai menundukkan kepalanya dan menunjukkan wajah sedih juga.

"Kamu kenapa?" tanya Azka.

"Kamu masih beruntung" katanya.

"Beruntung kenapa?" tanya Azka.

"Aku sudah tak punya ayah dan ibu" jawabnya.

Azka terdiam.

Sejak pertemuan Azka dan seorang gadis kecil yang suka dipanggil Bidadari itu, mereka sering bermain di taman.

Setiap pulang sekolah, Azka selalu ketaman membawa layangan. Hingga pada suatu sore di taman ...

"Azka?" panggil bidadari.

"Iya bidadari? Kamu kok lama datang, aku sudah nunggu dari tadi. Layangan kamu mana?" tanya Azka.

"Mulai besok aku gak bisa bermain layangan sama kamu lagi" katanya dan langsung membuat Azka terkejut.

"Kenapa?" tanya azka.

"Besok aku pindah ke jakarta" katanya.

"Apa? Trus aku gak bisa ketemu kamu?" tanya Azka dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Aku ada sesuatu buat kamu" kata gadis kecil itu. Gadis kecil itu pun mulai mengeluarkan sesuatu disakunya.

"Ini kalung matahari buat kamu" katanya sambil memberikannya pada Azka.

"Aku gak bisa lama-lama. Aku harus pergi. Selamat tinggal Azka" kata gadis kecil itu sambil menahan tangisnya lalu pergi meninggalkan Azka.

###

"Azka!!!! " kata Lina dengan suara meninggi.

"Astaga" kata Azka tersadar.

"Sakit lo ya? Dari tadi senyum-senyum sendiri. " kata Lina Kesal.

"Maaf Lin hehehe" kata Azka lalu tertawa kikuk.

Haii.
Maaf yaa kali ini critanya harus bahas masa lalu hehehe.
Tapi gak papalah, masa lalu itu juga bagian dari masa depan kok esehhhh wkwkwk

Oh iya kemarin ada yang koment, maaf kemarin banyak yang typo hehehe.

About Love (Sahabat Dan Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang