Prologue ;

192 16 13
                                    

Badanku ditolak kasar di dinding olehnya. Aku mengaduh perlahan supaya tidak didengari.

Rambutku ditarik kuat seperti hendak tercabut kulit kepala.

" Kau.. "

Bisikkannya menyebabkan aku sedikit ketakutan.

" Apa masalah kau sehingga pasu bunga kesayangan pecah? Adakah kau berdendam pada aku? "

Aku menggeleng laju. Aku betul-betul tidak sengaja memecahkan pasu bunga di biliknya. Bukan angkara aku berdendam atau lain lain.

" A-Ani.. Saya tidak sengaja.. "

Senyuman sinis diukir di bibirnya.

" Ah, jadi alasan kau tidak sengaja? Apa kau fikir aku bodoh kau menipu aku? "

" Sumpah, saya tak sengaja. "

Tangannya melepaskan rambut ku. Kepalaku berasa pedih seperti hendak tercabut. Aku mengangkat muka ku untuk memandangnya.

" Yah, "

Jarinya, ditunjalkan di dahi ku.

" Sedar diri sikit, "

Aku diam.

" Ada hati kau nak dikasihan kan. Sudah lah pecahkan pasu aku tapi tidak mengaku "

Kemudian badanku ditolak lagi di dinding tetapi aku tidak memberikan reaksi.

" Aku tahu lah, kau jadi begini sebab appa dan omma tak layan kau, "

Dagu ku diangkat olehnya. Matanya memandangku sambil tersenyum sinis.

" Tak sedar diri "

Mukaku ditolak kasar. Dia berjalan mengambil suatu bakul yang mempunyai baju kotor. Bakul itu diangkat lalu diberikan padaku.

" Kau basuh baju ni guna berus kat dalam tandas, jangan guna mesin basuh. "

Baru sahaja aku hendak mencapai bakul baju kotor itu, bakul itu dituang ke atas ku. Aku terkesima.

" Ah, maaf, sengaja "

Bakul itu dicampak di hadapanku lalu berjalan pergi dengan riangnya. Aku mengeluh panjang. Banyak kerja hari ini.

♬ SKIP ♬

" Mop lantai ini, aku sengaja tumpahkan air. "

Aku mengangguk.

" Hye Soo! Cucikan kereta aku sampai bersih, ara? "

Aku mengangguk lagi.

" Woi, kau kemaskan bilik aku "

" N-Nae, omma- "

Pipiku ditampar kuat sehingga tertoleh. Aku menahan sakit dipipi.

" Kalau mulut kau keluar lagi ayat bodoh itu lagi, aku teragak-agak potong mulut kau, faham? "

Aku terdiam.

" Kau faham tak!? "

Dahiku ditunjal kuat oleh omma ku. Bibirku di kemam, kepalaku diangguk perlahan.

" Aku fikir kau pekak. Menyusahkan betul "

Selepas omma meninggalkan ku, aku meraup wajahku kuat. Mengapa pipiku terasa basah pula ni, haha.

Tak guna.

Aku kuat tapi menangis tidak berhenti sejak ini.

Aku bodoh.

Aku tak kuat.

Haha,

Aku memang menyusahkan orang tua aku saja.

Aku ganggu hidup mereka.

Tak patut aku hidup, kan?

Beberapa minit kemudian

Sedang ku mengemas bilik, dadaku terasa pedih bagaikan dihempap batu.

Teramat.

Aku mengaduh perlahan.

" A-Ah.. "

Aku terbaring di atas lantai sambil menahan kesakitan yang teramat.

Mataku dipejam rapat.

Pandangan ku terus bertukar gelap di sekeliling ku.

Tuhan,

Adakah ujian ini adalah permulaan dalam kehidupan ku..?

※ To Be Continued ※








[ OG ] Promise ※ bbh Where stories live. Discover now