Tiga bulan berlalu. Dan semuanya tidak berubah, ah tidak-tidak hanya sebagian. Yah, karna mulai saat ini Yoongi sudah menjalankan aktifitasnya seperti biasa. Hanya saja kebiasaannya untuk memahami sederet kalimat yang tercetak diselembar kertas putih belum juga berubah. Itu masih sama seperti dahulu, dimana SungChan masih setia membantunya untuk mengerjakan semua itu.
Ah..., SungChan. Yoongi benar-benar merindukan peri kecilnya itu. Sangat.
Berkali-kali Yoongi terus mengerang frustasi. Kepalanya berdenyut begitu melihat deret angka dan kalimat yang memenuhi lembaran kertas putih dihadapannya. Ingin rasanya Yoongi merobek habis kertas itu hingga menjadi bagian-bagian kecil. Melenyapkan semuanya dalam sekejap. Ia tidak bisa melakukan semuanya sendirian. Ia membutuhkan peri kecilnya, peri yang sekarang ini sudah tidak tahu dimana keberadaannya.
"Cepat carikan sekretasi pribadi untukku," ucap Yoongi dengan nada dinginnya. Membuat seseorang yang sedari terduduk dihadapannya dengan kepala menunduk, kini harus menganggkat wajahnya dengan mata yang sedikit membulat.
Terdiam sejenak, guna mencerna dengan baik ucapan atasanya barusan.
"Ah kebetulan, tadi ada seorang yeoja yang melamar perkerjaan disini dan pendidikannya juga bagus." ucap lelaki berkacama yang sejak tadi berada dihadapan Yoongi.
"Dimana orang itu?" tanya Yoongi dengan nada yang terdengar dingin, mampu membuat lawan bicaranya tidak berani menatapnya.
"Aku rasa ia masih berada dikantin."
"Panggil dia dan bawa dia padaku sekarang juga."
Setelah mendapatkan perintah, lelaki itu dengan segera keluar dari ruangan Yoongi yang sebelumnya membungkuk memberi hormat. Tepat setelah pegawainya keluar dari ruangannya, ia merenggangkan dasinya yang terasa begitu mencekik lehernya hingga dirinya terlalu sulit untuk bernafas.
Yoongi kembali memfokuskan pandangannya pada beberapa lebar kertas putih. Membereskan beberapa lembar yang berserakan dan memasukkannya kembali kedalam map. Semua membutuhkan waktu lima menit seraya menunggu seseorang yang Yoongi butuhkan keberadaannya.
"Ini dia orangnya presedir." Yoongi tetap berusaha fokus pada lembaran yang berhasil buat kepalanya terasa berdenyut.
"Selamat pagi presedir Min." Tangan Yoongi terhenti bergitu saja begitu mendengar ucapan seseorang yang berada didekatnya. Suaranya tidak asing ditelinganya. Ia sangat mengenal suara ini, suara yang beberapa bulan ini sangat ia rindukan.
Lantas kepalanya mendongak untuk memastikan semua itu. Memastikan bahwa seseorang yang ia rindukan kembali didapannya. Kembali untuk selamanya dan tidak akan pernah pergi untuk kesekian kalinya.
BINGGO.
Seakan semua ini adalah mimpi. Bahkan jika ini dikatakan mimpi, itu terdengar aneh karena ini terasa begitu nyata.
Mata yang selalu ia rindukan. Senyuman yang selalu menyapanya setiap hari. Ah, akan terlalu panjang jika Yoongi menjabarkan apa yang berada dihadapannya saat ini. Karena pada intinya ia sangat bahagia.
Tanpa menunggu lagi, Yoongi menghampiri gadis yang sejak tadi menampilkan senyum manisnya. Mengusap pipi si gadis dan berakhir dengan dekapan hangat yang diterima dengan baik oleh gadis itu. Hal itu membuat pegawai Yoongi membalikkan badannya, dan memutuskan untuk keluar dari ruang atasannya.
"Jangan pergi dariku lagi," ucap Yoongi seraya membenamkan wajahnya diceruk leher si gadis.
"Saranghae." lirih Yoongi seraya mengeratkan pelukannya.
-Semua orang telah memiliki takdirnya masing-masing maka dari itu belajarlah untuk menerima takdir yang kalian miliki, karena kalian tidak tau akan rencana Tuhan yang begitu indah dikedepannya- Yoongi
The End.
Maap klo ada tipo yang keterlaluan, maklum author suka kaya gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
pixie [Revisi]
FantasyPixie, mungkin sebagian orang banyak yang tidak percaya dengan adanya si peri bertubuh mungil tersebut. Tapi percaya atau tidak seorang Min Yoongi melihatnya. Melihat peri dengan sayap yang indah. Peri yang berhasil masuk kedalam kehidupan seorang M...