"Kutau sekarang, betapa berharganya dirimu untuk ku."
-unknown
***
Pria bertubuh tegap itu pergi dengan membawa seulas senyum untuk keluarga lamanya. Hanya dengan melihatnya datang membawa senyum dan sejuta kabar itu sudah sangat membuat hati Raina merasa tenang. Herry bukanlah ayah kandungnya, tapi pria itu pernah menjadi walinya walau hanya sebentar sampai akhirnya berubah. Raina melihat tubuh pria tegap itu masuk ke dalam mobil hitamnya dan tak lama pergi menghilang bersamaan dengan mobil hitam yang ia kendarai.
"bunda," panggil Raina pada sosok perempuan yang tengah diam duduk di sofa dengan mata berkaca-kaca.
melihat keadaan Nur yang sedang tidak baik, membuat cewek bermata belo itu mulai melingkarkan tangannya di pinggang Nur untuk memberikan kenyamanan disana.
"bunda gak papa?" tanya Raina dengan suara pelan. Nur mengangguk dengan seulas senyum yang muncul di wajahnya.
Raina tau, walaupun Nur mengangguk menyatakan dirinya baik-baik saja, nyatanya itu bukanlah perkataan yang jujur dari hati.
"kita makan dulu yuk!" ajak Nur pada Raina. Raina pun mengangguk dan mulai berjalan mengikuti langkah ibunya.
suara dering telepon membuat gadis yang rambutnya tengah tergerai itu menghentikan langkahnya. Nama Bumi di layar ponselnya berhasil membuatnya mendengus kesal menanggapi panggilan dari cowok aneh itu. tak perduli dengan suara dering handphone yang terus berbunyi, Raina mulai kembali melangkahkan kakinya menuju meja makan yang sudah tersedia berbagai macam makanan.
"Rainaaa!!!"
Langkahnya terhenti begitu mendengar suara Bumi di depan rumahnya. cepat-cepat cewek itu berlari menuju jendela rumah untuk memastikan apa itu benar Bumi.
matanya membulat seketika saat melihat sosok Bumi di balik pagar rumahnya dengan tas gemblok hitam yang bertengger di pundaknya. Langsung saja Raina berlari keluar rumah untuk membukakan pintu untuk Bumi.
"telfon gue gak diangkat najis!" ucapnya begitu pintu pagar terbuka untuknya.
"lo ngapain sih?!"
"mau minta ajarin PR." mata Raina membulat seketika saat mendengar alasan Bumi datang kerumahnya.
Cowok yang kini memakai jaket kulit hitam itu hanya tersenyum memamerkan sederet gigi putih nan rapih miliknya.
"Lo nyusahin gue aja sih!" ujar Raina kesal, "Gue lagi gak mood belajar!" sambungnya dengan ketus dan langsung berniat menutup pintu pagar rumahnya kembali.
"Eh Na!"
Tangan Bumi menahan pagar yang bergerak karena ingin ditutup oleh Raina. Cowok berambut hitam terang itu kembali tersenyum seraya memasang wajah memohon kepada Raina yang membalas tatapan Bumi dengan tatapan sinis.
"Plis Na, kali ini aja ajarin gue ya!"
"Gak!"
"Raina cantik deh!"
"Boong!"
"Raina imut deh!"
"Gak peduli!"
"Raina kurusan deh!"
Raina terdiam, lalu cewek itu membukakan pintu pagar rumahnya lebar-lebar dengan seulas senyum kecil di ujung bibirnya.
"Yaudah masuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
There's Love In Class
Teen FictionMasa lalu yang membawanya menjadi seorang pengecut dan sebuah ketakutan yang membuatnya takut untuk mencintai dan dicintai. Namun, semua rasa itu hilang sekejap seperti tertiup angin menjauh darinya ketika seorang anak remaja datang membawa sedikit...