22. Dentuman Hati

13 1 3
                                    

***


Suara langkah kaki yang beradu dengan lantai marmer di sebuah perkantoran membuat beberapa orang yang tengah sibuk dengan layar komputernya sedikit menunduk seolah menyembunyikan wajah mereka. Seorang pria bertubuh tinggi dengan wajah tampan dan rahang yang kuat membuat beberapa orang disana sedikit takut dengan kehadiran pria tersebut. Dengan setelan jas berwarna abu-abu serta arlogi bermerk Rolex di pergelangan tangannya itu, pria bernama lengkap Fajar Geotamala terlihat begitu tampan di mata para karyawan perempuannya juga terlihat begitu seram karena muka kaku miliknya itu.

"selamat pagi pak Fajar." ucap seorang perempuan dengan baju berwarna pink serta rok span yang membuat lekuk tubuhnya terlihat sempurna. Perempuan itu adalah Maya, salah satu asistennya yang sudah empat tahun bekerja bersamanya. Bahkan seorang Maya pun sudah tau seperti apa seorang Fajar.

"maaf pak sebelumnya, ada seorang perempuan yang ingin bertemu bapak. Sepertinya dia teman lama bapak." ucap Maya dengan raut wajah sedikit takut ketika melihat tatapan sarkatis dari Fajar.

"siapa?"

"beliau ada di ruangan bapak." ucap Maya yang langsung membuat Fajar terkejut. Pasalnya, pria itu tak pernah suka siapapun bisa seenaknya masuk ke dalam ruangan pribadinya. Lantas, Fajar pun langsung berlari ke dalam ruanganya dan membuka pintu dengan kasar.

Dilihatnya, seorang gadis dengan rambut pirang tengah duduk di kursi kebanggaannya seraya memperhatikan sebuah foto gadis yang sangat amat ia cintai, sampai ia tak bisa melupakan gadis itu.

"berapa lama sih lo bisa move on?" tanya gadis berambut pirang itu begitu ia melihat sosok Fajar berdiri dengan raut wajah kesal.

Fajar tak menjawab pertanyaan gadis itu, ia memilih mengambil bingkai foto tersebut dan mengembalikannya ke tempat semula.

"sampai kapan lo kayak gini? Lo udah pernah di penjara, gak kapok?" tanya gadis itu yang lagi-lagi hanya di balas Fajar dengan tatapan tajam.

"lo itu ya-"

"brisik!" bentak Fajar lelah.

Gadis itu sedikit menyunggingkan senyum kecutnya, melihat sikap Fajar yang semakin menggila.

"lo tau apa tentang gue!" ucap Fajar dengan raut wajah yang terlihat benar-benar kesal.

"Alika udah meninggal Jar, dan sekarang lo jatuh cinta sama cewek yang mirip Alika?" Fajar tak mejawab. Pria itu memilih merapikan foto-foto Alika, gadis yang ia cintai sampai saat ini.

Kesal, ia benar-benar kesal dengan tingkah gadis berambut pirang yang ia tau adalah teman seperkuliahannya saat masih di Australia dan sekaligus teman bisnisnya di Korea Selatan, tapi ia tak bisa menyakiti perempuan itu, karna ia tak bisa menyakiti sahabat lamanya sekaligus sahabat Alika, gadis yang dulunya adalah tunangannya sebelum ajal menjemput gadis itu.

"Green! Alika masih hidup!" bentak Fajar seraya melempar sebuah vas bunga yang berada di atas meja.

Seperti sudah terbiasa dengan tingkah Fajar yang tidak pernah bisa mengontrol emosinya, gadis yang diketahui bernama Green itu hanya diam seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

Alika.

Nama gadis yang sampai sekarang tak bisa Fajar lupakan. Gadis yang ia kenal saat ia masih mengejar ilmu di negeri kangguru. Gadis yang dulu dan sampai sekarang ia cintai. Tapi, nasib buruk menimpa hubungan mereka, sebuah kecelakaan yang menimpa keduanya membuat Alika harus pergi selama-lamanya dan hal itu membuat Fajar tak bisa menerima kepergian Alika.

Alika adalah gadis bertubuh mungil, dengan senyum yang manis dan tubuh yang agak sedikit kurus serta rambut pendek sebahu berwarna hitam legam dan mengkilat. Fajar sangat suka ketika Alika tersenyum dengan rambut yang terkibas karena angin. Ia sangat suka apa yang dilakukan Alika, bagi Fajar Alika adalah sebuah candu.

There's Love In ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang