***
Kepalanya masih terasa sakit ketika ia tersadar dari tidurnya yang panjang. Bau alkohol sangat terasa di mulut dan tubuhnya sampai ia tersadar bahwa ia terbangun tanpa mengenakan baju dan ia hanya bertelanjang dada.
"Good morning."
Bumi tersentak ketika ia mendengar suara perempuan menyambut paginya. Diliriknya wanita dengan rambut pirang tengah melipat tangan di depan dada menatap laki-laki yang sekarang bukanlah pria kecil lagi.
"Perjalanan dari korea butuh waktu lama loh, dan gue harusnya disambut oleh banyak makanan bukan melihat adik gue mabuk dan buat kerusuhan di tempat hiburan malam." ucap wanita itu yang sekarang sudah duduk di samping Bumi seraya memijat tengkuk pria disampingnya.
Bumi tak bergeming, ia memilih diam dan memijat dahinya pelan karena rasa pusing yang masih menjalar di kepalanya.
"Green." panggil Bumi pada wanita disampingnya. Yang dipanggil pun mengangguk.
"Raina mana?" tanya Bumi pada wanita bernama Green yang ternyata adalah kakak kandungnya.
"Raina? Siapa tuh?"
"Pacar gue."
"Pacar?"
Bumi berdecak kesal, lalu pria itu segera memilih pakaian seadanya untuk menutupi tubuh berototonya lalu segera ia berjalan keruang tengah untuk mencari-cari dimana handphone nya berada.
Lelah melihat cara adiknya yang berjalan terseok-seok akhirnya Green mengeluarkan handphone berwarna hitam milik Bumi dari saku bajunya dan memberikannya pada Bumi.
"Kok ada sama lu?" tanya Bumi bingung.
Green hanya menaikan kedua bahunya, lalu dengan cepat handphone yang tadi berada di tangan Green langsung berpindah tangan ke tangan Bumi. Dengan keadaan yang masih kacau dan luka lebam yang belum sepenuhnya sembuh, Bumi langsung menghubungi Raina untuk menanyakan kabar atas ke khawatiran semalam.
Pikirannya sekarang sangat runyam setelah ia mendengar sebuah pengakuan dari pria yang pernah ia habisi di mall saat tengah bersama dengan Raina waktu itu.
Sebuah pengakuan yang berhasil membuat darahnya naik dan tak bisa menahan amarahnya saat pria itu bicara seraya menunjukan sebuah senyuman devil yang sangat memuakan.
Bumi ingat betul kejadian semalam, kejadian disaat ia meluncurkan tinjunya sampai membuat hidung pria di hadapannya patah. Bahkan, cowok itu masih ingat betul pembicaraan mereka, pembicaraan dimana awal mula terjadinya sebuah pertengkaran itu.
Dikala musik berbunyi dengan keras, orang-orang menari mengikuti irama musik di lantai dansa tanpa memikirkan beban pekerjaan, dan orang-orang yang sibuk bercumbu di bangku terpojok, seorang pria dengan jaket kulit berwarna hitam mendekat ke arahnya, duduk di samping Bumi seraya memberikan senyuman yang membuat Bumi kembali teringat pada seseorang yang berhasil membangkitkan rasa takut Raina.
"Gue boleh duduk?" tanya pria itu dengan ramah. Bumi hanya mengangguk tanpa menoleh ke arah pria yang kelihatan lebih tua darinya.
Pria itu mengeluarkan rokok dari saku jaketnya, lalu tak lupa ia menawarkan sebatang rokok untuk Bumi yang tengah meminum satu gelas bir.
KAMU SEDANG MEMBACA
There's Love In Class
Teen FictionMasa lalu yang membawanya menjadi seorang pengecut dan sebuah ketakutan yang membuatnya takut untuk mencintai dan dicintai. Namun, semua rasa itu hilang sekejap seperti tertiup angin menjauh darinya ketika seorang anak remaja datang membawa sedikit...