"Cha.. Sudah saatnya kamu bilang ke orang tua kamu kalau kamu punya penyakit serius.. Tumor di otak kamu semakin menjalar sayang.. Dokter Raina tidak bisa membiarkan kamu seperti ini terus.. Kamu harus segera ditindaklanjuti.. Semoga kamu mengerti ya nak"
Perkataan Dokter Raina selalu mengiang-ngiang di kepala Acha. Acha sangat bingung, satu sisi ia tidak tega untuk bilang yang sebenarnya, satu sisi ia juga tidak tega lihat tubuhnya sendiri.
Acha turun dari taxinya di depan perumahan karna Acha ingin menikmati jalan sore, barangkali Acha mendapatkan hidayah.
Acha berjalan tanpa tenaga, pikirannya kemana-mana.. Acha merasa ada yang ia lupakan, tapi apa?
Astaga.
RIO!!!!!!!
Acha buru-buru mengambil handphonenya dan menyalakannya, ia sempat matikan saat perjalan menuju rumah sakit. Acha berdoa semoga Rio tidak marah..
Tapi doa Acha sekarang tidak di dengar.
Acha membuka Whatssapp dan melihat personal chatnya dengan Rio.
Ada 267 chat.
"Astaga Acha lo kenapa bisa lupa gini....."
"Mampus dah gue.."Acha membuka personal chatnya dengan Rio, ia membaca satu2 pesan yang Rio kirimkan.
From: Rio
Dimana? Kok gak masuk?
Kata ketua kelas, kamu izin? Izin kemana?
Cha...
Cha! Bales! Jangan bikin gue emosi cha!
Di telpon juga gak aktif!!!
Lo marah sama gue? Tapi gak gini Cha caranya.. Gue khawatir!!Dan masih banyak lagi. Acha buru-buru mengetik pesannya dengan beralasan ia sibuk membantu mamanya sampai ia tidak sempat memegang handphone.
Dimasukkannya handphone ke dalam sakunya. Ia menikmati kembali jalan sorenya. Melihat anak-anak bersepeda, lari-larian, bercanda-canda.
Acha sangat menikmati suasana ini. Mengingat kembali bahwa Acha kurang tidak percaya untuk dapat bertahan hidup karna penyakitnya semakin parah.
■■■
Acha yang sedang termenung di kagetkan dengan bunyi dari handphonenya.
Saat ia lihat ternyata Tania menelponnya.
"Kenapa Tan?"
"Kata dokter Raina gimana? Makin membaik atau makin memburuk?"Acha terdiam sejenak mencerna pertanyaan Tania "makin buruk"
"Hahhhh? Seriusss? Lo udah ngomong kan ke orang tua lo?"
"Halo.. Acha?"
"Wait.. Wait.. Jangan-jangan sampe sekarang lo belum ngomong ke mereka?"Acha menghelakan nafasnya sejenak "belum Tan.. Tapi tunggu, gue begini cuma karna gue gamau bikin mereka kepikiran Tania.."
"Tapi kesehatan lo nomer satu Acha.. Udah deh, besok pulang sekolah gue ke rumah lo, nanti gue bantuin ngomong ke mereka"Acha langsung mematikan sambungan telpon dengan sepihak. Ia semakin resah, haruskah ia bilang sekarang? Tapi Acha merasa masih sanggup menghadapinya sendiri.
Handphonenya berbunyi kembali menunjukkan ada notif yang masuk. Setelah Acha cek, ternyata notif itu menandakan adanya e-mail masuk. E-mail tersebut dari rumah sakit yang mengharuskan untuk melakukan mengangkatan Tumor pada minggu depan.
"Shit!!!!! Kenapa harus seperti ini ya Allah...." lirih Acha
Acha sangat tertekan menanggung semua bebannya sendiri, tetapi Acha sangat tidak tega melihat orang tuanya bersedih setelah tahu yang sebenarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/116361088-288-k312968.jpg)