Acha menuruni tangga dengan terburu-buru karena jam sudah menunjukkan pukul 6:35. Bisa-bisa ia dihukum dan tidak ikut pelajaran.
"Bang.. Ayo cepetan, acha udah telat nih" sambil menarik-narik baju kaka laki-lakinya. Dio.
"Diem apa.. Gue lagi makan juga" Dio merapikan baju yang ditarik-tarik oleh acha "lagian masih jam segini, biasanya juga jalan siangan lo"
"Acha kan ada jam tambahan bang.. Latihan buat UN nanti" acha mengambil kursi dan menaruh dagu diatas meja "ayo bang buruan.. Acha takut telat, Acha gak mau di hukum, Acha gak mau bersihin kamar mandi, acha gak ma----"
"Berisik! Ayo!" Acha langsung melotot saat melihat kaka laki-lakinya langsung jalan ke arah pintu. "Bang... Tungguin"■■■
"Acha masuk dulu ya bang" Acha langsung mengecup pipi kiri kakaknya dengan terburu-buru
"Yaudah sana.. Hati-hati" dilihatnya punggung Acha yang lama-lama menghilang. Dalam hati Dio sangat senang melihat pertumbuhan adiknya yang selalu ceria, tidak pernah mengeluh. Tapi Dio sangat takut melihat adiknya disakiti oleh siapapun. Dan ia berharap tidak ada yang menyakiti adiknya.
Dio segera menginjak pedal gas dan beranjak ke kantor.■■■
Acha berlari ke arah kelasnya dan entah keajaiban apa yang Acha dapatkan, kelasnya masih terdengar suara ramai yang berarti kelasnya belum ada guru.
"Kaya abis lari marathon cha" sahut temen sebangku Acha, Tania.
"Gue kira udah telat, tau gini tadi gue jalan biasa aja" Tania hanya menggeleng-geleng melihat tingkah Acha.
"Cowo lo belum dateng?" Yak. Acha yang langsung menengok ke arah bangku dimana Rio duduki. Disana hanya ada Galang, teman sebangkunya.
"Gatau nih.. Gue juga belum ngabarin dia" dikeluarkannya benda berbentuk pipih berwarna putih yang membuat benda itu sangat mewah.
"Selamat pagi semua.." seorang paruh baya masuk dengan membawa tas dan laptopnya"Yah udah masuk lagi gurunya, duh rio dimana ya?"
"Coba lo kabarin aja" sahut Tania.
"Sebelum mulai dipimpin ber---Tokktokkkk. Semua murid menuju ke arah pintu, kecuali Acha. Ia langsung menjatohkan mukanya keatas meja. Ia sangat hapal siapa yang mengetuk pintu.
"Pagi bu..." sapa Rio dengan cengirannya.
"Tumben kamu datang cepetan? Biasanya pas saya sudah menjelaskan kamu baru masuk ke kelas. Ya sudah sana duduk"
"Makasih bu.."Rio berjalan menuju bangkunya, karena bangkunya paling belakang rio melewati bangku yang di duduki Acha dan Tania. Dilihatnya Acha dengan senyuman lalu mengedipkan sebelah matanya yang membuat Acha bergidik ngeri.
"Yasudah.. Sebelum mulai di pimpin berdoa dulu"■■■
Istirahat pun tiba, Acha merapikan buku-bukunya lalu memasukan ke dalam tasnya.
"Cha.. Kantin yuk"
"Ay..."
"Acha ke kantin sama gue" Rio sudah berada di depan Acha dan Tania entah kapan dia datangnya cukup membuat Acha dan Tania terkejut.
"Yaelah yo.. Lagian juga Acha gak bakal ngapa-ngapain ko. Udah ayo Cha" di tarik tangan Acha. Mau tidak mau Acha mengikuti Tania, Rio tiba-tiba mendekati Acha dan berbisik 'jangan salahin gue kalo lo tetep ikut temen lo' Acha yang mendegarnya mencoba untuk tidak emosi.
"Hmm Tan.. Gue ikut rio aja ya?"
"Achaaaa.. Kenapa? Lo di ancem apa lagi sama dia? Biar gue yang bilang sini"
"Eh eh gausah.. Gue gapapa ko, udah udah sana"
Tania geram melihat tingkahnya Acha. Kenapa Acha selalu saja nurut sama ucapannya Rio? Padahal Rio baru jadi pacarnya. Terpaksa Tania ke kantin sendiri.Sedangkan di kelas cuma ada Acha dan Rio.
"Gue kan udah bilang, kalo lo kemana-mana harus sama gue! Kenapa sih lo susah banget lepas dari temen lo? Biar enak ngeliatin cowonya kalo lagi sama temen lo? Iya? Jawab cha!!"
"Ya gue kan cuma pengen makan aja di kantin sama Tania"
"Makan? Gue tau di otak lo pasti lo mau ngeliatin cowo-cowo yang lain kan?" Rio berdiri dari kursinya dan menaruh tangannya di pinggang.
"Kapan lo berubah sih Cha? Lo selalu bantah perkataan gue. Lo ngerasa diri lo cantik? Terus lo bisa tebar pesona sama cowo-cowo lainnya hah? Emang udah kebiasaan lo dari dulu buat lenjeh sama cowo-"
"Cukup!!!!! Cukup yo!!! Gue ga murahan seperti yang lo pikirkan!"
Rio memandang Acha yang sudah berkaca-kaca matanya. Acha lari dengan tangan menutupi wajahnya, Acha menuju tempat yang murid lain tidak pernah kesana. Sesampai disana, Acha menangis dengan sekencang-kencangnya. Perasaan Acha campur aduk. Semua perkataan Rio sangat membuat hati Acha sakit.■■■
Tania yang perutnya sudah terisi berniat untuk menuju kelasnya karena ada sesuatu yang ingin Tania sampaikan ke Acha.
"Yo Acha mana?"
"Lah bukannya nyamperin lo?"
"Nyamperin gue? Ngga ada tuh"
Rio yang tadinya memakai headset langsung ia buka dan bangkit dari bangkunya.
"Lo mau kemana? Mau cabut lagi?"
"Nyari Acha"
Tania sudah tahu kenapa Acha menghilang. Tania sudah hafal jelas hubungan mereka "makanya jadi orang jangan bisanya nuduh-nuduh aja!"
Rio menghiraukan perkataan Tania, ia langsung lari mencari Acha. Rio ke kantin, ke lapangan, ke koridor, ke perpustakaan, bahkan ke kamar mandi wanita Acha tidak ada.Rio berfikir kemana lagi Acha pergi kalau selain tempat-tempat yang sering ia datangin dengan temannya. Rio keluar sekolah dan berlari ke cafe-cafe dekat sini, akan tetapi Acha tetap tidak ada. Rio berlari lagi ke parkiran mengambil motornya dan menjalankan ke arah rumah Acha. Di sepanjang jalan Rio selalu memperhatikan orang-orang yang sedang berjalan. Tapi Acha tetap tidak ketemu. Sampainya di rumah Acha, Rio hanya melihat sendal tidak ada sepatu Acha. Rio muter balik dan jalan lagi.
"Cha.. Lo dimana? Maafin gue" Rio sangat khawatir dengan Acha, sebagaimana Acha hanyalah seorang cewe yang tidak paham betul keadaan diluar sana.
Bagaimana? Bagaimana? Hehehehehe.. Jangan lupa di vote yaaa.. Sejauh ini kalian #teamacha atau #teamrio?
Tunggu next episodenya yaaa😘😘