10. Cobaan

2.6K 268 9
                                    

"Salam kenal ya Bryan," ucap Nadhira sambil menjulurkan tangan dengan mata yang tetap fokus memerhatikan papan tulis.

Cakep banget, Ya Allah! batin Bryan kala tangannya bersentuhan dengan Nadhira. Eh, bukan mahram, bukan mahram.

Gadis itu segera menarik tangannya begitu melihat tatapan Bryan yang sedikit aneh. Segera ia mengambil pensil untuk mencatat materi yang dituliskan Niar di papan tulis. Mengapa ia menggunakan pensil? Ia memang lebih suka mencatat materi matematika dengan pensil.

"Aduh!" pekik Nadhira tiba-tiba.

Bryan menoleh. "Ada apa?"

"Mata gue kelilipan ... apa tu namanya? Itu, bekas hapusan penghapus," jawab Nadhira.

"Mana sini gue liat, biar gue tiupin," ucap Bryan yang langsung menyentuh pelipis Nadhira untuk meniup mata gadis manis berkacamata itu. Nadhira hanya pasrah, lagipula ia benar-benar butuh bantuan.

Nadhira pun membuka kacamatanya dan ini kesempatan Briyan untuk melihat mata indah gadis itu secara dekat.

Makin cantik banget kalau nggak pake kacamata, batin Bryan yang tak henti-hentinya memuji Nadhira disusul umpatan-umpatan.

"CIEEE!" sahut seluruh siswa dan siswi seantero kelas.

Sontak, Nadhira menjauhkan kepalanya dari Bryan. Sudah tertebak sekali modus cowok satu ini, tapi mau bagaimana lagi, membuka mata pun Nadhira tak bisa.

Buru-buru Bryan meniup mata Nadhira dan ...

"A-aw!" Nadhira menepuk tangan Bryan yang memegangi pelipisnya. Matanya malah semakin terasa kelilipan karena tiupan Bryan yang terlalu menusuk matanya itu.

Cepat-cepat Nadhira mengusap matanya dengan vest yang dipakai, hingga berair.

"Hati-hati ngusapnya," saran Bryan.

"Iya," ujar Nadhira saat mengusap matanya. "Nah, lumayan." Ia mengerjapkan matanya yang kini berair.

"Ahem hem, ada yang cemburu tuh," sahut Rosa yang sepertinya menyidir salah satu bad girl termodis di kelas. Rosa memang gadis yang suka mencari masalah dengan ucapan yang diucapkan sembarangan tanpa disaring dengan otak terlebih dahulu.

Nadhira menoleh ke arah gadis modis yang dimaksud Rosa, ialah Revalisha.

Waduh, tuh cewek natap gue sinis amet, mampus! batinnya.

"Udah nggak usah peduliin dia," bisik Bryan kepada Nadhira.

Nggak usah peduliin pala lo, nanti gue dilabrak kayak mana?! batin Nadhira memendam amarah.

Bel istirahat pertama pun berbunyi setelah tiga jam pelajaran matematika yang sangat memutar otak ini. Seluruh siswa di kelas berteriak keras saking leganya, kecuali Nadhira. Ia langsung keluar dari keriuhan kelas yang dapat merusak teliga itu.

Begitu ia lewat di depan kelasnya sendiri, tepat di bangku panjang seseorang duduk di sana, sedang menunggu seseorang. Begitu orang itu melihat kehadiran Nadhira, ia langsung tersenyum miring.

"Psst psst, cewek cantik uhuy! Anak baru!" Lagi-lagi Nadhira digoda oleh cowok yang tadinya duduk di ruang piket sekaligus menubruknya sebelum masuk ke dalam kelas. Saking seringnya di panggil seperti itu, Nadhira sampai hapal dengan wajah, suara, dan gaya bicaranya.

Sial, cobaan anak baru! batin Nadhira.

= Lovable Neighbour =

Lovable Neighbour Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang