BS// 02

6.3K 255 2
                                    

“Alea aja kak,” 

“Iya, gue setuju, Alea aja kak,”

Mereka saat ini sedang berkumpul mendiskusikan siapa yang akan mewakili kelompok mereka untuk mengisi pensi nanti malam saat penutupan masa orientasi siswa.

Setelah tadi kegiatan meminta tanda tangan panitia mereka melanjutkan dengan nge-games. Selesai istirahat mereka disuruh mendiskusikan tentang pensi di kelompok masing-masing.

Alea mengangkat alis sebelahnya. “Kenapa harus gue?” tanyanya dengan nada tidak suka.

“Iya, lo aja deh Le, Suara lo kan bagus tuh tadi” usul Santi, dan diangguki para anggota yang lain.

“Gue harus ngapain?” tanya nya dengan bete.

Acoustican aja Le” sahut Gwen.

“Siapa yang mau main gitar sama gue? Masa gue sendirian?”

“Itu sama si Reza aja,” Rara memberi usul, dan diangguki oleh Reza kalau dia setuju.

Dengan terpaksa Alea menyetujui permintaan teman-temannya. Panitia yang mendampingi kelompok mereka mencatat nama Alea dan Reza kedalam kertas untuk di daftarkan ke panitia yang mengurusi pendaftaran pensi.

Setelah selesai mereka disuruh duduk-duduk sebentar di Aula sekedar mendengarkan acara untuk nanti malam. Alea mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan melihat wajah teman-temannya yang sudah pada kucel akibat kelelahan terkena sinar matahari yang sangat terik di hari ini. Masa orientasi di SMA Radmilo itu hanya satu hari dan dilanjutkan waktu malamnya untuk penutupan. Acaranya diselenggarakan dengan meriah, dan siswa-siswi boleh membawa partner mereka.

Alea mengedarkan matanya lebih kebelakang barisan, ia melihat sekeliling dan matanya bertubrukan dengan mata tajam dan tatapan dingin itu, Alea melotot kearah Oliver.

Oliver duduk di pojokan ruangan bersama beberapa panitia lainnya, dengan ekspresi yang dingin, sesekali dia menyahuti ketika ia ditanya oleh teman-temannya. Alea masih kesel dengan kakak kelasnya itu. Enak aja main hukum anak orang, di depan orang banyak lagi! Awas aja kalau entar ketemu, bakal gue gorok! Batin Alea.

Oliver yang melihat Alea seperti itu hanya terkekeh pelan, ia tidak merasa takut, malahan Alea dengan ekspresi seperti itu terlihat menggemaskan di matanya. Alea membuang muka, malas sekali harus melihat ekspresi Oliver yang kaku dingin seperti balok es, seolah-olah manekin tak tersentuh. Sok kecakepan!

Alea berjalan ke depan bersama Gwen, siswa-siswi lain pun sama, mereka membubarkan diri untuk segera pulang.

“Lo dijemput apa gimana Le?” tanya Gwen. “Mau bareng gue nggak?” tawarnya.

“Dijemput sama kakak gue” jawabnya dengan lesu, pasalnya dia merasa sangat capek.

Gwen hanya mengangguk. Mereka berdiri di depan gerbang menunggu jemputan. Mata Gwen yang melihat sekitarnya tidak sengaja menangkap seorang cowok yang bergandengan dengan cewek keluar dari warung sebelah sekolahan mereka.

Gwen mengguncang tangan Alea kuat. “Apasih Gwen!” tanya nya dengan sebal.

“Lihat deh Le,” Gwen menunjuk dua sejoli itu dengan jarinya, “Katanya mereka itu pacaran lho.”

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang