Pagi ini, di kediaman keluarga Keinne sudah diributkan oleh Alea karena bangun kesiangan, padahal hari ini adalah hari pertama dia MOS. Salahkan drama korea yang baru ia tonton tadi malam sampai pukul dua pagi ia baru memejamkan matanya.
Dia menuruni tangga dengan tergesa-gesa pasalnya jarum jam hampir menunjukkan angka tujuh. "Kak, ayo cepetan aku udah terlambat banget ini, bisa-bisa kena hukuman," teriaknya.
Cleosa memutar bola matanya. "Salah sendiri bangun kesiangan, udah tau hari ini MOS masih aja begadang." Ia mengambil kunci motor dan berjalan keluar.
Sesampainya di SMA Radmilo dia berlari ke lapangan tempat anak-anak berkumpul. Disana sudah banyak anak berbaris dikelompok masing-masing, menggunakan atribut orientasi dan rambut di kuncir dua dengan pita untuk cewek.
Alea berjalan kearah kelompoknya yang anggotanya sudah lengkap. Ia berada di barisan belakang. Dan pembukaan acara masa orientasi sedang berlangsung yang dipimpin oleh Ketua Osis. Tetapi Alea tidak mendengarkan sama sekali apa yang disampaikan didepan, malah asik sendiri dengan Gwen, teman barunya yang kenal beberapa menit lalu. Ternyata mereka sama-sama menyukai drama korea.
"Yang di belakang sana jangan bicara sendiri!." Suara dari ketua osis mampu membuat semua orang menoleh kearah belakang tepatnya kearah Alea dan Gwen. Mereka yang ditatap wajahnya sudah putih pucat, dan hanya bisa menunduk meminta maaf.
Setelah upacara pembukaan MOS selesai, kini acara diambil alih oleh panitia masa orientasi. Mereka disuruh untuk meminta tanda tangan semua anggota panitia MOS dalam waktu dua puluh menit. Yang tidak lengkap akan mendapatkan hadiah cantik, berupa hukuman dari panitia.
Alea berdiri memegang buku yang sudah terisi beberapa tanda tangan panitia, ia melihat cowok bersandar di pohon dekat lapangan basket yang sedang dikerumuni oleh banyak cewek yang berebut meminta tanda tangannya itu dengan malas.
Lain halnya dengan Gwen yang berdiri di sebelahnya, ia sangat bersemangat untuk mendapatkan tanda tangan cowok paling ganteng dan paling diminati di SMA Radmilo. "Ayo cepet kita harus ikut antri Le," Gwen menarik tangan Alea dalam antrian. "Kita harus dapat tanda tangannya kak Oliver." dengan malas Alea berdiri dibelakang Gwen.
Sebenarnya Oliver tidak jadi panitia orientasi siswa, buang-buang waktu saja, lebih enak dirumah nonton kartun kesukaannya, pikirnya. Ia terpaksa harus ikut karena dipaksa oleh papa nya, alasannya ia adalah anak dari pemilik sekolahan dan harus ikut menyertai jalan masa orientasi sekolah murid baru. What kind of reason is that??!
Oliver adalah satu-satunya panitia cowok yang paling banyak mendapatkan teriakan histeris dari cewek-cewek saat perkenalan tadi. Suaranya yang bass dan berat itu terdengar sexy ditelinga gadis-gadis. Dengan gayanya yang cool dan sikapnya yang dingin itu menambah kadar ketampanan Oliver.
Dan tibalah sekarang Alea berada di depan Oliver, ia bisa melihat wajah kakak kelasnya itu dengan jelas dari jarak sedekat ini, dan juga tatapannya yang begitu dingin. Ia mengamati setiap pahatan diwajah Oliver, rambutnya yang agak sedikit ikal, alis yang tebal, hidung yang mancung, rahang yang tegas, bulu mata yang lentik menghiasi mata yang selalu mengintimidasi lawan bicaranya, terakhir dia berhenti di bibir tipis itu yang berwarna merah muda yang agak pucat. Sungguh sempurna ciptaan Tuhan yang satu ini, bak mitologi Dewa Yunani.
Oliver yang melihat Alea melamun dan menatap kearahnya dengan pandangan memuja seperti itu, ingin ketawa rasanya. "Awas ngeces" gumamnya dengan dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen FictionOliver akan melakukan apapun untuk membuat Alea bahagia termasuk saat Alea meminta backstreet alias menyembunyikan hubungannya dari semua orang termasuk keluarga mereka. Bukan, bukan karena Alea malu mempunyai cowok seperti Oliver, karena Oliver ada...