Jarwo berlari mengitari kelas, memutar-mutar seragam olahraga yang baru dilepaskannya dihadapan para siswi yang biasanya akan lari tunggang langgang atau bahkan mual-mual mendadak karna bau tidak sedap dari baju tersebut, hobi tak berfaedah yang selalu dilakukan lelaki bertubuh gempal itu setiap hari selasa usai pelajaran olahraga.
Terdengar tawa dari belakang kelas, para lelaki biasanya menikmati adegan kocak tersebut bahkan tak jarang mengikuti kelakuan Jarwo.
"Yaelah sok kabur lo semua padahal nafsu kan nyium bau ketek Jarwo." seru Aldo dari bangkunya dipojok kelas yang disambut raut jijik dari para siswi.
"Jarwo lo itu apaan deh norak banget! Lo mau gua ngeluarin sarapan gua tadi pagi apa?!" protes Bela yang kini sudah berdiri diatas bangku, menghindari Jarwo yang baru saja hendak menempelkan baju menjijikan itu dihidungnya."Wo, ganggu yang ini berani gak?" tantang Tio seraya mengangkat dagunya kearah Def yang sedang fokus membaca novel, jarwo mengangkat tangannya menyerah "Gua masih mau hidup bro" jawabnya asal.
Def tak bergeming, bukan karna tak menyadari bahwa kini ialah yang sedang menjadi bahan tertawaan, ia hanya tak ingin menjadi sama konyolnya dengan mereka.
Tawa mereka dihentikan oleh ketukan pintu dari Ibu uswatun, semua siswa siswi bergegas membubarkan diri dan duduk dibangkunya masing masing, kembali menjadi anak manis. Ya, siapapun akan enggan mengundang keributan dengan guru killer tersebut.
❣️❣️❣️
Def baru saja membasuh wajahnya ketika melihat sosok lain dari belakang cermin toilet, ntah sejak kapan Bela yang berada ditengah dua siswi lain itu berdiri dibelakangnya, dengan tangan terlipat didada, ia menatap sinis pada Def dari pantulan cermin.
Bela meraih kasar bahu Def, membuat keduanya berhadapan lalu melangkah maju menyudutkan Def hingga tangannya meraih pinggiran wastafel.
"Ada urusan apa lo sama Alka?" tanya gadis itu santai namun tajam, wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajah Def hingga Def dapat mencium jelas aroma rokok dari gadis tersebut."Maksud lo?" Def tak bergeming, wajahnya tetap datar, tak menunjukan ekspresi ketakutan sama sekali.
"maksud gua? Hah" Bela mundur selangkah lalu tertawa kecil sebelum tatapannya kembali mendarat dimata Def."untuk apa lo pura-pura pingsan ditoilet? Itu modus kan karna lo tau Alka ada disana! Modus supaya lo dianter pulang?!" Suara gadis itu mulai meninggi, membuat beberapa siswi yang akan masuk kedalam toilet tersebut mengurungkan niat mereka dan memilih pergi.
Kini giliran Def yang tersenyum sinis, senyuman yang menjadi bensin pada api yang sedang berkobar didada Bela.
"Dan untuk apa lo kemaren nyamperin Alka kekelasnya? Biar bisa berduaan?!" Seru Bela semakin berapi api, telunjuknya kini mengacung tepat didepan wajah Def, namun didetik berikutnya ia meraih perlahan dagu Def seraya menyipitkan pandangan, cukup membuat Def terkejut, namun ia memilih diam, melihat sejauh apa Bela akan bertindak.
"Lo itu bukan Cuma aneh ya? Tapi juga kegatelan." Bela merendahkan suaranya, begitu rendah hingga lebih terdengar seperti bisikan.
Dengan tenang Def menyingkirkan tangan Bela dari dagunya.
"Segitu desparatenya ya lo sampe bersikap konyol begini? Kenapa? Cape ngejer ngejer Alka tapi dia gak mau ngeliat lo?" ujar Def perlahan, penuh penekanan ditiap katanya.
Bela tercekat, matanya terbelalak dan tangannya bergetar menahan amarah."Semalem gua dan Alka dinner romantis berdua, did you know that?" bisik Def ditelinga gadis tersebut.
Bela gemetar, darahnya mendidih hingga semua terasa buram dalam pandangan, lalu tanpa berfikir, ia melayangkan tangan kanannya. sebuah tamparan dipastikan sudah mendarat dipipi Def jika ia tidak sigap menahan lengan Bela, dihempaskannya tangan gadis itu dengan kuat hingga membuat Bela meringis kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Dipenghujung Desember
Teen FictionIa adalah perempuan yang mematri ingatan pada luka masalalu, namun siapa yang mengira bahwasannya inilah titik untuk segalanya bermula, perihal janji semesta tentang langit yang takkan selamanya jingga, pun malam yang kan berkesudahan. Selamat memb...