9

1K 34 0
                                    

Alka menikmati isapan terakhirnya pada sebatang rokok lantas menyentilnya kesudut kantin.

Lelaki itu memilih bolos pada mata pelajaran Pak Joni dengan alasan "diare" alasan klasik yang sudah menjadi tren dikalangan para murid sejenis Alka, ia bahkan tak menggubris ketika teman temannya mengingatkan ulangan harian yang harus ia ikuti,

"Percuma, bego mah bego aja." begitu jawabnya, ntah filosofi jenis apa yang siswa itu pakai untuk membuat sebuah pemakluman.

"Salut gua sama lo." Bel istirahat sudah berbunyi dan suara Rio mulai menggema, bersama tepuk tangan siswa siswa dibelakangnya "Ulangan diare, giliran nongkrong disini sehat wal-afiat."

Alka tertawa singkat lalu menyeruput kopi hitam dimejanya, ditengah kantin yang mulai riuh oleh guyonan dan hina menghina satu sama lain itu, ia merasa enggan untuk menanggapi apapun.

"Bude, mie ayam satu." Fahmi menjatuhkan bokongnya dibangku panjang, tepat disebelah Alka. Lelaki itu tak sabar untuk memberondong sahabatnya itu dengan segudang pertanyaan.

"Lo ngomongin apa bro sama si Def kemaren?" tanya Fahmi to the point seraya mengaduk esteh yang baru saja diantarkan kemejanya,

"Gua tembak." singkat, padat, jelas. Sejelas raut frustasi diwajah Alka.

Fahmi tertawa geli "Ditolak?" pertanyaan itu terdengar seperti ejekan, Alka menatap Fahmi jengkel.
"Yaelah bro, lagian lo juga maen gas aja, belajar dulu sama aa' pahmi."

Alka menegakkan posisi duduknya, mengeluarkan sebatang rokok dari saku dan mulai menghidupkannya "Lebih buruk dari ditolak bro, ditampar!"
Fahmi berhenti menggerakan sendok yang baru saja akan mendarat dilidahnya, "Ditampar?!" volume bicara fahmi membuat semua mata tertuju pada dua sahabat yang duduk dibangku tersudut kantin tersebut.

"Apaan liat liat? Dah sana makan nanti keburu masuk." Seru Fahmi mengalihkan keadaan, ia nyaris saja membuat alka menjadi bahan utama gosip seantero sekolah.

Fahmi mendekatkan wajahnya kewajah Alka, begitu dekat hingga membuat alka menarik diri kesamping "Aelah apaan sih lo!"

"Cewe macem apa yang ditembak cowo terus nampar? Apalagi lo ngajak nikah bro, digantung lo." bisik fahmi dengan raut wajah ngeri, seakan Def adalah sejenis iblis yang mempunyai disorientasi seksual.

"Gua ditampar bukan karna nembak bego." Alka menoyor kening Fahmi. "Gua mau cerita sesuatu, tapi lo jangan bilang keanak anak ya, gua gak mau def semakin jadi bahan gosip cewe cewe desparate disini." raut wajah alka mendadak serius, disambut Fahmi yang mengangguk setuju seraya mengangkat dua jarinya sebagai isyarat janjinya sendiri.

Fahmi dan Alka memang sahabat baik yang selalu berbagi cerita, ntah dalam hal positif ataupun negatif.
Dan sejauh ini kesetiaan itu dibuktikan dengan saling menjaga apa yang diamanatkan satu sama lain. Hingga tak ada rahasia yang bisa disembunyikan diantara dua lelaki tersebut.

"Kemarin abis gua nembak dia, ada cewe dateng keapartment, nyamperin gua sama dia, def mendadak marah dan mau nyerang cewe itu, pas gua nahan, dia marah besar sama gua terus ya..." Alka malas melanjutkan tentang apa yang terjadi selanjutnya, jika bukan Fahmi, ia tidak akan menceritakan ulang kejadian memalukan tersebut.

"Terus lo ilfeel?" Fahmi melahap suapan terakhir dari mie ayam super pedasnya tanpa menghiraukan Alka yang mati kutu akan pertanyaan itu,

"Harusnya gitu, tapi anehnya gua justru makin penasaran sama dia, terlalu banyak hal yang dia simpen sendiri." Tandas Alka dengan pandangan menerawang "Tapi ya tetep sih, tamparannya sakit." Alka menunjuk dadanya, ambigu.

❣️❣️❣️

Def menatap kosong pada papan tulis, sejak pagi ia tak bisa berkonsentrasi pada apa yang guru coba jelaskan, pikirannya melayang kebanyak hal. Terutama Alka, ada sesal yang menghantam dirinya sejak kejadian penamparan kemarin, bagaimanapun ia tak memiliki alasan untuk bersikap seburuk itu pada Alka.

Senja Dipenghujung DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang