6

1.1K 38 0
                                    

"Cewe kaya Def itu gak bisa lo deketin dengan cara wajar bro, perlu tenaga extra." ujar Fahmi seraya memutar mutar lintingan rokok, malam ini pemuda itu memilih menginap dirumah Alka setelah bertengkar hebat dengan kakak perempuannya. Sederhana, yaitu masalah jadwal pemakaian motor yang selalu menjadi perdebatan kakak beradik tersebut. alasan yang begitu remeh untuk membuat seorang pelajar melarikan diri dari rumahnya sendiri.

Wajah Fahmi yang selalu konyol itu kini menatap serius pada Alka yang duduk frustasi ditepi kolam renang rumahnya.

"Jauh bro kalo bahas ngedeketin, gua bahkan belum tau apapun tentang diri dia." ungkap Alka pasrah.

"Lagian kok lo segitunya sih? Yang mau sama lo kan banyak bro? Farah, Bela, Nisa, Defina,belum lagi adek adek kelas."

Alka brdecak, ck. seolah sedang bingung memikirkan jawaban yang sama sekali belum ia ketahui, pertanyaan sederhana fahmi tersebut terdengar begitu telak ditelinganya. "Gak tau bro, yang jelas setiap saat gua bawaanya pengen ngelindungin dia."

"lo yakin itu beneran cinta? Bukan kasihan karna dia tipe anti sosial? Lo kan gitu, dikit-dikit kasihan, sampe bikin baper anak orang." tanya Fahmi curiga,

Alka tertawa kecil seraya menatap menerawang pada langit malam, hening.

"Bro, orang yang susah jatuh cinta kayak gua, justru paling ngerti sama perasaan gua sendiri." Lelaki itu menghentikan kalimatnya lantas menoleh pada Fahmi yang kini menatapnya tak percaya.

"Intinya, semua yang gua mau itu Cuma liat dia senyum, Yah walaupun sinis kaya sekarang juga tetep cantik sih."

Fahmi terperangah mendengar kalimat tersebut, selama hampir tiga tahun mengenal Alka, baru kali inilah sahabatnya itu membicarakan seorang wanita dengan mata berbinar, jelas ada yang istimewa dari tiap kata yang Alka ucapkan.

"Asli bro, lo udah tergila-gila sama tu cewe." ujarnya seraya menggeleng gelengkan kepala.

Alka terkekeh sesaat sebelum akhirnya terdiam dan menghela nafas panjang, persis seperti orang yang sedang berkutat dengan perasaan yang kacau.
"Seenggaknya gua mau nyoba bro." tandasnya singkat seraya meneguk segelas minuman soda yang sejak tadi tak disentuhnya.


❣️❣️❣️

Def berdiri didepan gerbang sekolahnya seraya menatap layar ponselnya yang kini sudah tak menyala, berharap ada keajaiban datang dan membuat baterai ponsel tersebut dapat terisi dengan ajaib.

sudah setengah jam berlalu semenjak sekolah mulai terlihat sepi, namun taksi online yang ia pesan tak kunjung datang dengan alasan macet, begitulah yang driver itu katakan sebelum akhirnya baterai ponselnya habis total, suatu alasan yang bisa ia terima mengingat setelah meninggalkan bali dan tinggal dijakarta, ia seketika mengerti betapa sesaknya lalu lintas kota metropolitan ini.

"Eh neng sendirian aja" goda Fahmi yang tiba-tiba muncul disebelahnya diikuti beberapa siswa lain, Def refleks melangkah mundur setelah mencium aroma rokok dari tubuh orang-orang tersebut.

"Oh ini bro calon nyonya nya Alka?" ucap Rio asal disambut seruan dari teman-temannya membuat Def semakin menarik diri dan memilih berdiri disudut gerbang.

"Ngapain neng sama Alka, gantengan juga abang." kini giliran Abi yang memancing kesabaran Def, pria kurus tinggi lengkap dengan kepala botak itu nekat menghampiri Def membuat gadis itu bergidik.
"Yaelah bi, awas Alka keburu dateng abis lo." Fahmi menarik kerah baju Abi hingga dirinya menjauh, Def bernafas lega, setidaknya ia tidak perlu berdekatan dengan Abi yang terkenal seantero sekolah karna kegenitannya.

"Sialan lo semua gua tungguin diparkiran malah disi...." Umpatan Alka terhenti seketika bersamaan dengan pandangannya yang tertuju pada Def,

Dehaman yang terkesan dibuat buat terlontar seketika.
"Segitunya bang." ujar salah seorang diantara mereka,
"Ganggu aja lo kaleng kong guan, cabut yok." ajak Rio seakan mengerti apa yang dibutuhkan Alka saat ini.

Senja Dipenghujung DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang