Hujan rintik membasahi bumi belum juga berhenti. Bogor kota hujan senantiasa disapa kelembaban. Langkah kaki saya tegas di bawah payung yang terlindung. Samar-samar saya mendengar lagu yang asik ditangkap telinga. Lagu itu digawangi toko telepon seluler, mengisi suasana. Sekiranya ini lagu yang banyak digandrungi orang muda, bagus suaranya, kuat tarikannya. Tampak romantis dinyanyikan kepada pasangan atau sekedar ratapan hati. Shawn Mendes melantunkan lirik-lirik Mercy. Saya menyimak lirik yang membius itu. Melambat, suara itu pun pergi. Ditinggalkan jejak, digantikan suara lain di udara. Suara hujan masih menjadi juara di telinga. Saya berpikir tentang lagu itu. Mercy. What's the truly mercy in my life?
....
***
Kaki ini mulai lelah berjalan. Saya mengingatkan diri agar tidak banyak mengeluh. Belum seberapalah ini dibanding orang-orang lain. Teringat rahmat dari aseorang manusia terindah yang pernah berdarah kakinya. Kisahnya adalah sebenar-benarnya karunia. Rahmat yang tak hanya mementingkan diri sendiri, bukan cuma rekan kerabat, melainkan urusan manusia. Begitu banyak rahmat yang dikecap oleh hati. Kita mencintai seseorang yang menarik hati. Lelaki memikat perempuan. Perempuan memikat laki-laki. Disana ada rahmat. Namun apakah kita masih mengikat rahmat bagi mereka yang membenci? Jika bukan laki-laki itu dan keindahan rahmat di hatinya, barangkali kita tidak pernah ada. Hari ini tidak akan pernah serupa. Inilah cerita penuh rahmat, dari seorang manusia terbaik di bumi, Muhammad Sallahu'alaihi Wassalam.
*) Sambungan cerita ini di Part berikutnya ya.... Siap-siap, abis ini agak panjang :)
YOU ARE READING
Cuap-cuap Islami
RandomNamanya juga cuap-cuap. Kadang curhat, kadang menggurui (diri sendiri). Sebagian isinya khazanah. Soalnya ada perkataan: "Sampaikanlah walau satu ayat" .