"Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati
(akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar ?
Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di
dalam dada" (TQS. Al Hajj 46)***
Manusia, sebaik-baik makhluk yang ciptaan. Ngerasa hebat nggak dengan semua ini? Punya dua mata, dua telinga, satu hidung, satu wajah, dua tungkai kaki yang sama panjang, dua tangan sejajar yang seimbang, dan nikmat keseimbangan lain yang tiada taranya. Kesempurnaan itu diciptakan dengan limit, punya keterbatasan. Terbatas melihat yang jauh, terbatas pula melihat yang dekat. Relatif dalam mendefinisikan yang besar dan yang kecil. Ketelitian yang tidak kentara dalam menilai berat dan jumlah, volume dan jarak. Jika tidak menggunakan alat bantu, pastilah mata tersebut lebih tampak lagi keterbatasannya. Dengan kesempurnaannya, manusia ternyata adalah makhluk yang sangat besar ketergantungannya. Pertama kali manusia lahir ke dunia, selalu dikawal persalinan, kekurangan darah dan lemah, butuh manusia lain yang menolong baik untuk ibu maupun anak yang baru dilahirkan.
Alat bantu, subjek yang membantu untuk mengantasi segala keterbatasan ini. Jika kita ingin menyingkap apa-apa yang ada di alam semesta, maka butuh alat bantu penyingkap objek. Ini semacam teleskop yang menyingkap benda jauh. Mikroskop untuk alat bantu melihat hal-hal yang mikroskopis. Ada apa di balik alam semesta? Alat bantu yang menyingkapnya harusnya berasal dari yang menciptakannya, yang memahaminya, setidaknya yang memastikan pergerakannya. Karena hanya dirinya dan keghaibannya yang memiliki keluasan ilmu alam semesta. Alat sederhana diberikannya kepada manusia untuk melihat sedikit dari yang banyak. Dari yang sedikit itu, akan melahirkan pemahaman yang luas, andai manusia benar-benar memahami hakikat penggunannya.
Akal dan qalbu untuk mengindera dan memikirkan semesta, diberikan untuk memikirkan sedikit dari apa-apa yang dapat dijangkau. Kabar-kabar tentang sebelum penciptaan dunia, disampaikan melalui kibullah, yang tidak memiliki keraguan di dalamnya. Kitab yang menyuruh manusia untuk melakukan uji coba atas kebenarannya. Meminta manusia untuk memikirkan perkataan dan apa-apa yang tercantum di dalamnya. Al Quran adalah alat bantu untuk memikirkan, memahami, menggapai hakikat kehidupan. Yang jika manusia menyepelekan dan tidak mendengarkannya, maka jadilah ia buta walau hakikatnya ia melihat. Makai a akan tuli, meski telinganya berfungsi baik. Akal itu dipergunakan untuk mendustakan ayat-ayat, alat bantu itu tidak dipergunakan selain menambah kebodohan demi kebodohan, yang tidak satupun yang dapat menyembuhkannya.
"Dan sekalipun Kami benar-benar menurunkan malaikat kepada mereka, orang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) di hadapan mereka segaka sesuatu (yang mereka inginkan), mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki. Tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (arti kebenaran)" (TQS. Al-An'am : 111). []
YOU ARE READING
Cuap-cuap Islami
AcakNamanya juga cuap-cuap. Kadang curhat, kadang menggurui (diri sendiri). Sebagian isinya khazanah. Soalnya ada perkataan: "Sampaikanlah walau satu ayat" .