Draft 2: Dengan Appa saja, ya?

329 48 44
                                    

- Desember 2016 Minggu ke-4

Lee Minhyuk memalingkan badannya membelakangi dua orang yang membuatnya terdiam selama beberapa waktu. Air matanya tak terbendung. Ia hanya ingin memaki dirinya sendiri: tentang mengapa ia begitu lemah terhadap kisah keduanya, tidak, bukan dua, mungkin.. tiga orang?
***

Appa… Appa… Eomma eodiseo?” Masih memainkan kancing baju Seo Eunkwang, bocah kecil itu tiba-tiba bertanya demikian: membuat Lee Minhyuk cepat-cepat memalingkan tubuhnya kembali.

“Ahh.. Yun Jun~ah, mau bermain dengan suster dulu? Dr. Lee perlu periksa appa sebentar, ya,” bujuk Minhyuk. Ia mencoba mengalihkan perhatian. Terlalu awal untuk membawa Seo Eunkwang kembali dari traumanya: itu baru kemarin, baru kemarin laki-laki itu kehilangan dunianya.

Sirheo-yo, aku mau bersama Appa. Eomma eodiseooo??” Yun Jun mulai merengek. Ia tidak lagi bermain dengan kancing itu dan justru menarik pakaian Eunkwang kuat-kuat: rewel.

Laki-laki yang masih tidak merespon itu kemudian tertegun. Pandangan kosongnya tiba-tiba terisi, sementara bocah kecil di dekatnya mulai menangis. Sekali lagi ia memandang Seo Yun Jun, menelisik dari ujung kaki hingga kepala, lalu lekat membekukan pandangannya pada sepasang mata dan bibir mungil anak itu.

“Song… Hye Rin?” Minhyuk terperanjat. Ia yang tengah sibuk membujuk Yun Jun bersama suster jangkung itu kemudian menghampiri pasiennya.

“Eunkwang~ah? Gwaenchana?” tanya Lee Minhyuk. Segera, diperiksanya keadaan sahabatnya itu tanpa basa-basi. Ia bahkan tidak memperkirakan bahwa Seo Eunkwang akan mampu menembus bayang-bayang gelap yang menutup ingatannya secepat itu.

Menurut Minhyuk, trauma ini akan membutuhkan  waktu lama untuk pasiennya bisa kembali mengingat, pasalnya dalam waktu dua minggu Seo Eunkwang berkali-kali menghadapi waktu yang sulit, bahkan tingkat depresinya cenderung naik drastis. Dalam waktu dekat, beberapa penderita depresi semacam ini akan bertindak impulsif dan sahabatnya pun sudah melakukan itu.

“Y..Yun Jun~ah, kemarilah. AppaAppa akan melindungimu… kemarilah, Nak.” Alih-alih menjawab pertanyaan Minhyuk, Eunkwang justru terpaku pada bocah kecil yang sesenggukan sambil menggeliat ingin lepas dari gendongan susternya.

Wanita berseragam peach itu lalu membawa Seo Yun Jun mendekati ayahnya usai mendapat persetujuan Minhyuk lewat sebuah anggukan. Yun Jun berlari dan naik ke ranjang putih, masuk dalam pelukan ayahnya. Dilingkarkannya kedua tangan mungil itu ke tubuh sang ayah, erat.

Appa sakit?” tanyanya kemudian.

Dengan telapak tangan kanannya, Seo Eunkwang menyentuh belakang kepala putranya, membenamkannya dalam-dalam ke dada hingga anak itu bisa mencium aroma obat yang menguar dari tubuh sang ayah. Laki-laki itu tidak menjawab pertanyaan Yun Jun, hanya berkutat dalam diamnya sambil membelai khidmat helai rambut anak itu perlahan.

Appa, apa Eomma akan menjemput kita?” tanya bocah chubby itu untuk kedua kali. Dada Eunkwang berdesir, tangannya gemetar lagi. Ia semakin mempererat dekapannya hingga Yun Jun mengaduh.

Appa, sakit… ahh..”

Mendengar rintihan pelan itu, sontak kedua tangan Seo Eunkwang melepas tubuh putranya, ia menjauh, menepikan dirinya di sudut ranjang. Yun Jun bergeming, tangannya menemukan objek bermain yang baru: selimut ayahnya. Lee Minhyuk hendak mendekat memasuki atmosfer ayah dan putra yang suam-suam kuku di hadapannya, namun langkahnya terhenti ketika Seo Eunkwang mengatakan beberapa kalimat lagi.

[2017] FATHER, STAY HERE ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang