Draft 3: Appa Ulji Maseyo...

315 43 50
                                    

- Desember 2016 Minggu ke-4

Y..Yun Jun~ah, eomma su.. sudah pulang lebih dulu. Jadi, Yun Jun pulang de.. dengan appa saja, ya?” Air mata laki-laki itu meluruh.
***

Seo Yun Jun mendongak, memandangi ayahnya yang berurai air mata. Ia meletakkan selimut yang sedari tadi dimainkannya, lalu mendekati Seo Eunkwang. Dengan jari-jari kecil miliknya, ia mengusap bulir air mata sang ayah yang meleleh membasahi kedua pipi tirus itu. Sesaat kemudian, Yun Jun mengecup bagian bekas lelehan air mata Seo Eunkwang sembari melingkarkan kedua lengannya pada leher laki-laki yang dipanggilnya ‘Appa’.

Appa, ulji maseyo. Yun Jun akan pulang dengan Appa. Tidak akan minta permen juga,” ujarnya. Kedua lengan Seo Eunkwang meraih tubuh putranya, menenggelamkan dirinya dalam tangis yang tak bersuara hingga entah berapa lama didapatinya Yun Jun tertidur dalam pelukan itu.

Lee Minhyuk yang sengaja meninggalkan keduanya bersama suster jangkung di ruangan putih akhirnya kembali. Ia melihat sahabatnya yang duduk santai, terlihat jauh lebih tenang dari sebelumnya: ia tampak bisa mengendalikan diri dan emosinya. Sementara itu, tak jauh dari sana, matanya menangkap sosok bocah kecil jagoan yang tengah terlelap dalam gendongan suster kepercayaannya.

“Eunkwang~ah, eottoke? Gwaenchana? Apakah sudah lebih baik?” tanya Minhyuk. Ia duduk di sisi Seo Eunkwang, menghadap ke jendela, memandangi tetes hujan yang meluncur bergantian di permukaan kaca.

“Jika itu kau… apakah kau akan baik-baik saja?” gumamnya sambil tersenyum: senyum getir yang menyesakkan batinnya.

“Yahh.. tentu jawabannya tidak,” jawab laki-laki berseragam putih itu cepat.

“Minhyuk~ah, kenapa ini sangat sulit? Sebegitu inginnyakah  Hye Rin mengujiku? Ia seperti menghempaskan aku yang tengah berharap tinggi.” Minhyuk menangkap sebaris kepedihan dalam kalimat-kalimat itu. Ia tak mampu membalas pertanyaan Seo Eunkwang dan hanya mengusap punggung sahabatnya sebelum mengungkapkan maksud kedatangannya.

“Aku tahu ini sangat sulit, tapi bertahanlah. Kau masih punya Yun Jun. Anak itu mengandalkanmu, Eunkwang~ah.”

“Kau benar. Aku masih punya Yun Jun. Tapi ia tak bisa mengandalkanku dalam keadaan seperti ini. Ia … masih terlalu kecil.”

Hujan di luar makin deras. Mereka memberi ruang diam untuk kedua sahabat yang tengah mencoba memahami perasaan satu sama lain, memberi sedikit bidang untuk dua laki-laki itu berbagi kisah. Minhyuk tahu apa yang Seo Eunkwang pikirkan saat ini. Hal itu pula yang membuat rekan dekatnya ini jatuh dalam depresi sama seperti sebelumnya: perasaan setelah ditinggalkan.

“Eunkwang~ah, aku akan membantumu. Tapi berjanjilah kau akan bertahan, hm?” ujar Minhyuk tiba-tiba.

“Bisakah aku bertahan? Aku bahkan tak bisa menjanjikan apa pun. Aku hanya takut semua orang yang berada di dekatku akan terluka. Kau, juga .. Yun Jun.” Mata laki-laki itu memerah. Lagi-lagi genangan tipis di permukaan bola mata yang bening itu nyaris meluncur jatuh.

“Tinggallah di sini selama beberapa hari lagi. Kau harus bisa melakukannya. Kau harus bertahan. Kita hidup di dunia dan selalu mendapat semua luka, itulah mengapa orang-orang berjuang demi kebahagiannya…”

“Tapi Minhyuk~ah…”

“Kau sudah berulang kali terluka. Sekarang, dapatkan kembali kebahagianmu. Bertahanlah di kisahmu, Eunkwang~ah. Aku pun akan melakukan hal yang sama. Meski aku tahu ini akan menjadi fase tersulitmu, aku yakin kau bisa melaluinya,” ujar Minhyuk.

[2017] FATHER, STAY HERE ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang