Draft 9: Epilog...

249 33 23
                                    

#scrollpelan #playmedia

Di sudut ruangan yang cahayanya samar, setumpuk draft berkali-kali memanggil nama laki-laki bertangan gemetar itu: Seo Eunkwang, baca aku. Appa, tetaplah di sini. Eunkwang~ssi, baik-baik dan jaga dirimu, ya. Lalu meluruhlah air matanya. Sekali lagi, Eunkwang menelan beberapa obat penenang.

"Apakah sudah berlalu dua bulan?" gumam laki-laki itu. Ia menunda membaca draft-draft yang tertumpuk selama dua bulan lamanya dan menjalani hidup sengsara dalam kenangan: sendirian.

"Eunkwang~ssi, aku tahu Yun Jun tidak suka tinggal bersamaku. Tapi aku ingin menerima kesempatan yang kau berikan padaku. Aku akan tinggal dengannya selama dua bulan. Apakah kau keberatan?" Im Hyunsik membuka percakapan sore itu.

"Dua bulan? Apakah setelah dua bulan kau akan mengembalikan Yun Jun padaku?" tanya laki-laki berkaca mata itu sambil mengerutkan keningnya.

"Tidak. Selama dua bulan Yun Jun akan memutuskan ia akan tetap tinggal bersamaku, atau kembali padamu. Aku takkan memaksanya, Eunkwang~ssi. Jika ia terus menanyakan keberadaanmu, maka aku harus memanggilmu datang, tinggallah bersamanya. Jika tidak, kita akan memutuskan sesuai kehendakmu: ia tinggal bersamaku."

"Baiklah. Aku takkan pernah berjanji padanya untuk kembali..."

Ini sudah dua bulan. Belum ada panggilan masuk ke ponselnya, bahkan sekedar pesan singkat dari operator. Seo Eunkwang masih sama, namun kali ini hatinya ingin memberontak. Ia merindukan putranya. Laki-laki itu ingin mengingkari janji yang dibuatnya dengan Im Hyunsik.
~


















Mengingkari?

















Me..ngingkari?

Batinku mengulang kata itu sekali lagi.

Mengapa ia hendak mengingkari janjinya? Bukankah ia jadi semakin serakah? Tiba-tiba aku tidak menyukai sifat inginnya itu. Ia adalah laki-laki yang beruntung masih bisa bernapas meski hidup di dalam kenangan yang menyakitkan. Lalu mengapa ia harus mengingini putranya lagi setelah anak itu ditinggalkan?

Tidakkah ia bermain curang?
Seo Eunkwang... laki-laki itu... ia bahkan dengan sengaja mengabaikan draft yang kubuat, padahal malam itu ia datang kemari dengan sebuah cerita melankolis panjang: membuatku berempati, mengacaukan lamunanku dengan secangkir besar kopi yang belum tertandas, dan menyebutku "Lee Jagga" tanpa ragu. Tidak sopan!
















Kau!!

Ya. Kau yang sedang membaca tulisanku.

Kau yang tengah mengutukku lantang dalam hatimu karena aku mengatakan bahwa Seo Eunkwang adalah laki-laki beruntung, kau pikir aku sedang cemburu padanya sekarang? Cih. Aku tak pernah cemburu pada siapapun.

Kuberitahukan beberapa hal padamu, satu per satu. Mereka semua, Seo Eunkwang, Im Hyunsik, Lee Minhyuk, Yook Sungjae, dan Jung Ilhoon: adalah pembohong! Tak percaya? Pikirkanlah sekali lagi. Seo Eunkwang adalah ayah yang baik? Kau berpikir demikian? Tidak. Ia hanya menjalankan sebuah simbiosis. Lee Minhyuk, iakah sahabat idaman semua orang? Hei, mana ada orang yang memikirkan sahabatnya hingga lupa urusannya sendiri? Apakah ia gila? Im Hyunsik. Laki-laki yang bertanggung jawab atas penebusan dosa di masa lalu? Kau iba? Bagaimana dengan istri dan segala macam pengorbanan batinnya?

Lalu, orang-orang muda naïf itu: Yook Sungjae dan Jung Ilhoon. Kau kira mengapa mahasiswa atau produser muda semacam mereka begitu peduli? Terang saja, mereka butuh citra baik di masyarakat. Tidakkah demikian?

Tidak ada manusia yang hidup tanpa tujuan dan strategi.





















Sekarang, kau percaya padaku? Atau masih memakiku sebagai penulis yang dengki terhadap karakter buatannya sendiri? Kau tidak bisa berdusta bahwa sisi lain hatimu menyetujui ucapanku: karena manusia tercipta dengan sejuta perasaan pro dan kontra. Sesuatu yang kau lihat baik, tak selamanya kau pun setuju melakukannya, sebaliknya demikian.

















Dan...
kau masih menganggapku cemburu pada mereka?
















Sungguh... sungguhkah demikian?

















Dari sekian panjang penjelasanku, masihkah... kau anggap aku... seorang pengacau? Masihkah rasa kecewa itu hadir karena aku tiba-tiba menginterupsi?












Haruskah aku minggir sekarang juga?














Ah..


















Jadi benar...

Kau ingin aku buru-buru pergi supaya bisa kau saksikan akhir kisah Seo Eunkwang, Im Hyunsik, dan semua yang sudah mencuri perhatianmu: apakah itu bahagia, atau kembali berakhir luka. Begitu inginkah kau tahu?




















Tapi aku lelah... berdebat denganmu. Bagaimana jika kusisakan satu lembar kertas kosong untuk kau isi, karena kupikir aku tidak akan pernah bisa menyelesaikan kisah mereka semua. Aku terluka begitu lama dan sudah saatnya berhenti memaksakan diri untuk bahagia.


















Jika sampai di sini kau justru lebih membenciku, menganggapku tidak bertanggung jawab atas kisah yang kutulis, kau bebas mencibirku. Aku pasrah. Tapi bilamana kau mengenang kisahku, kisah yang tak pernah kau tanyakan sejak aku 'mengacau', aku akan menghargai upayamu: bahkan jika sampai kau teteskan air mata.

















Jadi,
















selamat tinggal... kisah yang tak selesai.

















Selamat tinggal... kau...
































- Lee Jagga -









Nb: (Pembaharuan)

Karena note sebelumnya dirasa sulit dipahami. Maka author merevisi catatan tersebut. Kira-kira demikian:

Cerita yang dibawakan oleh Lee Jagga sudah selesai, tapi cerita yang author tulis masih belum berakhir. Besok, work ini akan dobel update! So, stay until end if you curious about this story. Gomawo, mianhae 😊😗

[2017] FATHER, STAY HERE ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang