Bersamamu

101 3 0
                                    

BERSAMAMU

Hei, kamu yang di sana. Yang dibentang spasi dan jeda bernama jarak. Masih penasaran? Aku masih menyimpannya, loh. Jawaban untuk pertanyaan yang tak pernah kauajukan.

Aku percaya pertemuan ada untuk sebuah alasan. Dan pada akhirnya aku tahu alasan itu. Hanya saja yang tak bisa kupercaya sampai sekarang adalah ketika kamu yang tadinya adalah ketiadaan, bagaimana caranya bisa masuk ke dalam pikiranku perlahan? Dan menimbulkan kerinduan yang tak tertahankan?
Tunggu, kita ini dipisahkan oleh jarak. Kautahu, aku manusia paling tak bersuara. Aku adalah manusia yang saban hari berjalan menunduk; tak kuasa menatapmu sembari menyadari kesederhanaanku.

Satu hal yang kupelajari selama ini adalah waktu bisa mencuatkan rasa. Aku yakin kamu pasti sudah tahu seperti apa. Aku yakin, kamu pasti sudah pernah terjatuh sebelumnya dalam perasaan yang meranggas kerinduanmu.

Aku yakin kaupasti bertanya-tanya. Semua orang membicarakanmu. Tapi tak sekalipun ada aku terlibat di dalamnya. Kaupasti bertanya-tanya, mengapa aku tak pernah bertanya kepadamu?

Hei, menatapmu diam-diam itu menyenangkan, Nona. Hari-hariku dipenuhi getir pahit. Dipenuhi sesak di dada. Asumsikan saja kautahu bahwa aku tidak sendirian menatapmu. Bahkan, aku tergeser hingga di barisan paling belakang yang mengagumimu.
Tidak, kupikir aku jatuh dalam dekapan perasaan kepadamu. Lumrah memang. Aku manusia. Begitu pun kamu. Pun asumsikan saja, aku tak pernah punya keberanian untuk melangkah lebih jauh; memilikimu.

Bersamamu, aku kembali mengerti perihal seperti apa rasanya menunggu. Bersamamu, aku mengerti perihal terlambat tuk mengungkapkan. Bersamamu, aku mengerti bagaimana caranya tuk ikhlas melepaskan.

Pertemuan kita terjadi untuk sebuah alasan. Ya, untukku mengerti seperti apa rasanya kehilangan.

Ariqy Raihan

SaLma Kholida
Nilam Tikasari
Nur Amalah

Dakwah SyarifahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang