17

5K 445 40
                                    





Beam benar-benar stres. Dia tidak melihat Forth atau bahkan dihubungi pria itu selama tiga hari dan sekarang dia diminta oleh ayahnya untuk pulang karena ibunya sakit. Kabar itu membuatnya semakin sedih. Dia berharap Forth menemaninya untuk memberinya kenyamanan, tapi orang itu menghilang dari peredaran. Bahkan juniornya, Ming, tidak tahu keberadaan Forth.

Beam memasuki rumahnya dan dengan cepat mencari ibunya.

"Ma!" Beam berteriak saat ia bergegas ke kamar orang tuanya. Tapi dia terhuyung saat melihat  bukan ibunya yang terbaring di tempat tidur orang tuanya, tapi itu Forth. Apa yang sedang terjadi? Mengapa Forth ada di sini bersama orang tuanya? Beam gemetar saat matanya bertemu dengan tatapan ayahnya.

"Hmm..kau pulang." Ayah Beam menyapa anaknya dan memberi isyarat agar Beam mendekat.

Beam takut. Dia menatap Forth yang sedang tidur nyenyak dengan handuk di kepalanya. Forth pasti sakit. Beam mulai khawatir. Ibunya yang sedang sibuk merawat Forth, mengangkat kepalanya dan menyuruh mereka untuk diam sambil memberi isyarat kepada mereka agar meninggalkan kamar.

Ayah Beam mematuhi perintah istrinya dan dengan lembut menarik Beam untuk pergi ke ruang tamu. Mereka duduk berhadapan dan saling diam, menunggu ibunya bergabung dengan mereka.

"Siapa Forth? Katakan dengan jujur." Hal pertama ayah Beam tanyakan setelah istrinya mengambil tempat duduk di sampingnya.

Beam takut. Dia gemetar. Dia tidak berani melihat orang tuanya sama sekali.

"Jawab saja ayahmu, Beam."

"Dia ... dia adalah seseorang yang aku cintai."

"Dia bukan kekasihmu?"

"Belum, Pa, karena aku ingin melihat ketulusannya sebelum aku menerimanya."

"Mengapa memilih pria untuk dicintai? Ada banyak gadis cantik di luar sana, kenapa dia?" Ibu Beam menanyai anaknya.

"Aku tidak punya jawaban untuk itu, Ma... Yang aku tahu dia adalah orang yang bisa membuatku bahagia, yang bisa menjinakkanku dan membuat hidupku berharga."

"Dia gila. Dia datang ke sini, memohon persetujuan kami, meminta restu kami dan ketika kami mengabaikannya, dia tetap tinggal di depan rumah, berlutut di bawah terik matahari dan di bawah hujan, berpuasa, sampai dia jatuh sakit, dan pingsan di depan rumah. " Ayah Beam menceritakan pada Beam.

"Dia melakukan semua itu?" Air mata Beam mulai jatuh. Dia tidak percaya bahwa cinta Forth untuknya begitu hebat.

"Jadi, nak. Jangan mengatakan bahwa dia belum menjadi kekasihmu. Kau harus menerima pemuda baik itu, karena tidak ada yang bersedia untuk melakukan sesuatu yang begitu luar biasa hanya untuk mendapatkan restu kami pada cintanya yang tulus untuk anak kami."

"Pa ..." Beam mulai terisak lebih keras.

"Kami bahagia untukmu, Beam, untuk memiliki seseorang yang bersedia memperjuangkanmu. Dan karena itu, kalian berdua layak mendapat restu dari kami dan berbahagialah dengan cinta yang kalian miliki." Ibu Beam menambahkan sambil tersenyum lembut di wajahnya.

"Ma..Pa..Terima kasih! Terima kasih telah menerima kami!" Beam berlari ke orang tuanya dan memeluk mereka erat-erat dengan air matanya yang mengalir seperti sungai.

"Sekarang, pergi dan rawatlah kekasihmu dengan baik, tapi tolong begitu dia bangun, bawa dia ke kamarmu. Kita masih butuh tempat untuk tidur. Dia terlalu berat untuk kita bawa ke atas." Ayah Beam mengatakan dalam tawa.

"Pasti, Pa ... dan Ma, terimakasih telah menjaganya untukku." Beam membalas dengan bahagia.

I THINK I'M ADDICTED TO YOU (ForthBeam Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang