1.

670 14 0
                                    

Yeta mengangkat tangannya tinggi dan melambaikannya sesekali begitu di lihatnya sosok Dilla memasuki cafe yang kelihatan penuh. Wajar, namanya juga malam minggu. Tempat mana yang gak rame.

"Sama siapa lo?"

"Hai hai semua... Gue di anter sama Jojo. Ntar baliknya lo yang anter kan? Jojo bilang dia ada acara sama temen-temennya jadi gak bisa jemput gue soalnya." Dilla menatap Yeta sekilas sebelum akhirnya dia menggambil gelas minuman didepan Yeta dan meneguknya sedikit.

"Apaan nih? Kok enak? Gue pesen kaya gini deh satu. Trus... Pesen apa lagi ya... Gue kayanya juga mulai laper deh. Gue belom makan dari pagi gila."

"Nyokap lo kemana emang? Pergi?"

"Hm... Kondangan. Makanya si Jojo bisa keluyuran." Dilla kelihatan bingung mencari sesuatu. Tiba-tiba seseorang menyodorkan buku menu kearahnya.

"Nah, thankyou." Ucapnya sambil tersenyum kearah orang yang menyodorkan buku menu itu. Cowok didepannya itu juga sudah tersenyum kecil.

Dilla melirik Yeta begitu sadar kalau cowok yang tadi menyodorkan buku menu cowok asing yang dia gak kenal.

"Itu siapa?" Bisik Dilla.

"Namanya Kevin. Gue juga baru kenal tadi. Temen sekelas nya anak-anak katanya."

"Tumben diajak nongki bareng..."

"Gatau tuh si Farid. Tadi datengnya sama dia. Mungkin pas lagi barengan jadi sekalian diajak..." Dilla ganti menoleh kearah Farid yang daritadi sibuk dengan hp di tangannya. Bermain game. Padahal lagi ngumpul kaya gini tapi dia malah asik sendiri sama gadgetnya itu.

"Ini kita lagi ngumpul kali, masih aja main hp. Gak menghargai banget sih."

Merasa di sindir, Farid langsung meletakkan hp nya dan tersenyum kecut kearahnya. "Iya, iya... Noh, udah gue taroh. Bawel banget sih si ibu gagal move on ini." Ledeknya.

Dilla kelihatan keki di tempatnya. Dia emang paling benci kalo Farid atau siapapun teman-temannya memanggilnya dengan panggilan seperti itu. Si gagal move on. Seolah-olah Dilla adalah orang yang paling menyedihkan di dunia ini karna gak bisa move on move on padahal sudah hampir setahun lebih dari putusnya hubungan mereka. Tapi emang kenyataannya belum sih...

Dilla sudah mau buka mulut membalas Farid tapi diurungkannya begitu Jere terbahak seraya merangkul Kevin yang duduk disebelahnya.

"Eh Dill... Kayanya lo cocok deh sama Kevin... Nih dia nih, juga gagal move on." Kevin kelihatan risih di tempatnya. Dia terus berusaha melepaskan rangkulan Jere tapi gagal.

Farid, dan Wisnu langsung menatap Kevin dengan raut wajah sumringahnya. "Ah iya! Gue baru inget... Iya Dill, bener tuh. Kayanya lo sama Kevin cocok deh. Sama-sama gagal move on."

Mereka tertawa. Cuma Dilla dan Kevin yang gak ketawa sama sekali. Yeta bahkan yang sebenernya gak tau apa-apa juga ikut ketawa. Dia ketawa lebih untuk menertawai Dilla.

"Eh jangan gitu dong lo! Orang gagal move on malah lo ketawain. Kualat lo nanti." Yeta melirik Dilla sambil terus menggulum bibirnya. Dilla menggerak-gerakkan bibirnya samar sambil melayangkan tinjunya kearah Yeta.

"Biarina aja. Belom pernah ngerasain gimana rasanya gagal move on sih. Ntar kalo udah ngerasain, baru tau rasa lo pada..."

"Eh jangan nyumpahin gitu dong! Jahat lo Dill..." Jere menyenggol lengan Dilla pelan dan detik berikutnya Dilla sudah di rangkulnya. Dilla mendorong Jere cepat dan menatapnya jijik.

"Bodo amat. Gue sumpahin kalian semua. Ya Tuhan semoga anak-anak iblis ini merasakan apa yang hamba rasakan... Amin..." Kevin tertawa di tempatnya sambil mengamini dengan kuat, membuat Dilla dan yang lainnya menoleh.

Arah Kisah Kita {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang