2.

94 5 0
                                    

Dilla masuk kedalam mobil Yeta dan membuka kaca disebelahnya. Dia tersenyum kearah teman-temannya itu sambil melambaikan tangannya. Wisnu yang kebetulan berdiri disebelah Kevin dengan cepat menyambar tangan kanan Kevin dan melambaikannya kearah Dilla.

Yang lain langsung tertawa. Kevin sendiri juga tertawa kecil. Sementara Dilla mendengus pelan di tempatnya seraya membuang muka kearah lain.

"Udah tukeran nomer belom?" Tiba-tiba Yeta nyelutuk disebelah Dilla. Dilla menoleh cepat dan melotot galak kearahnya. Tapi sepertinya Yeta tidak mengindahkan pelototan Dilla sama sekali. Dia masih terus nyerocos menyuruh Kevin dan Dilla bertukar nomor.

Kevin menunjukkan hp nya kearah Dilla yang sudah tertulis nomor yang baru saja Dilla ucapkan. Dilla membacanya cepat sebelum akhirnya mengangguk.

"Vin jangan lupa di telfon atau sms ya nanti malem." Teriak Yeta kuat. Dilla mendengus dan mendorong Kevin pelan. Menyuruh dia buru-buru pergi sebelum temannya satu itu makin nyerocos gak jelas.

Yeta masih terus tersenyum di tempatnya sambil sesekali melirik Dilla. Dilla sendiri kelihatan biasa aja di tempatnya. Dia sibuk menyanyikan lagu-lagu yang terputar di radio pelan. Yeta berdeham pelan.

"Lumayan tuh Dill... Sikat..." Akhirnya dia bersuara setelah hampir setengah perjalan cuma sibuk menahan senyum di bibirnya dan melirik Dilla diam-diam. Dilla menoleh malas dan menggeleng.

"Kenapa? Bukannya kalian saling mengerti satu sama lain?" Yeta tertawa geli di tempatnya tapi Dilla tidak menanggapinya. Dia malah sudah menutup matanya dan kembali menyanyi.          

"Oh iya! Diko!" Yeta menatapnya serius kali ini. "Gimana tuh anak? Masih nelfonin elo daritadi?"

"Gak tau. Hp gue kan gue matiin. Biarin ajalah." Yeta menghela napas panjang. Tanpa menoleh, dia mulai menasehati Dilla. Dilla sudah mau menghentikan Yeta tapi Yeta sudah membentaknya galak dan menyuruhnya mendengarkan apa yang akan diucapkannya.

Dilla menoleh, menatap Yeta ngeri. Dia berdecak pelan sebeluma akhrinya mengangguk, mempersilahkan Yeta untuk menasehatinya sambil terus di tatapnya Yeta malas.      

Begitu selesai, Dilla kembali menoleh kedepan. Menatap jalanan didepan yang lenggang. Jelas aja, gimana gak lenggang orang udah hampir jam setengah satu pagi.

"Lo ngerti gak apa yang barusan gue bilang?" Nada suara Yeta naik satu oktaf. Dilla bergumam pelan menanggapinya. Gumamannya itu membuat Yeta gemas. Di toyornya kepala Dilla pelan.

**

Dilla menatap hp nya di atas meja yang bergetar. Kevin juga mau gak mau ikut melihat. Dia tersenyum kecil seraya menyodorkan hp Dilla mendekat.

"Ada telfon masuk tuh."

Dilla menggeleng dan menekan tombol merah. "Gak penting." Gak berapa lama, panggilan yang sama kembali masuk. Dilla berdecak pelan dan akhirnya memutuskan untuk mengangkatnya.

"Kenapa? Di luar gue."

Jere dan yang lain langsung menatap Dilla karna nada suara Dilla yang terdengar emosi. Raut wajah Dilla juga mendadak berubah serius. Keningnya berkerut sebelum akhirnya dia tertawa kecil.

"Serah lo. Lagian siapa elo ngelarang-ngelarang gue. Pacar juga bukan." Gak berapa lama Dilla meletakkan asal hp nya di atas meja. Dia mendengus sebelum akhrinya meneguk minuman didepannya sampai habis dan kembali memanggil mas-mas pelayan, memesan minum yang sama.

Yeta mendengus pelan di tempatnya.

"Diko ya pasti? Parah sih lo... Padahal Diko baik tau... Mending kalo emang lo masih gak bisa move on dari Andre, gak usah ngerespon cowok-cowok yang deketin lo deh. Apalagi kalo cowoknya baik kaya Diko."

Dilla tidak menjawab. Dia malah sudah melenggos, membelakangi Yeta dan lebih memilih menghadap kearah Kevin, disebelahnya. Kevin meliriknya sekilas sebelum akhirnya tersenyum kecil.

Kevin meneguk minuman didepannya sebelum akhirnya dia menggucapkan sesautu yang berhasil membuat Dilla merasa menang dari Yeta.

"Wajar kali Ye Dilla kaya gitu. Gue juga pernah di posisi dia. Dan sebenernya kalo menurut gue Dilla gak sepenuhnya salah. Salah cowok yang deketin dia juga. Udah tau Dilla baru putus berapa bulan sama cowoknya dan mereka udah pacaran bertahun-tahun lagi. Masa dia gak bisa mikir, Dilla udah bisa move on apa belom. Ya gak?"

Dilla menepuk tangannya dua kali dan kembali menggajak Kevin melakukan tos. Kevin dengan senang hati membalasnya. Dia tertawa. Dilla menoleh kearah Yeta dengan senyum puas.

"Tuh, dengerin tuh omongan Kevin... Emang cuma Kevin yang mengerti. Soalnya kalian semua gak pernah ngerasain di posisi gue sama Kevin! Ya gak?" Dilla menatap Kevin dengan alis terangkat tinggi.

Yeta mendengus pelan seraya menggeleng. "Emang susah kalo udah ngomong sama orang yang sama-sama gak bisa move on... Yegak?" Di senggolnya pelan siku Wisnu yang duduk disebelahnya pelan. Wisnu Cuma bisa ngangguk-ngangguk mengiyakan.

Tiba-tiba Farid nyelutuk di tempatnya."Yaudah Dill, kan cuma Kevin tuh yang mengerti, jadian aja..."

Yeta menekan mulutnya kuat-kuat, menahan tawanya yang sudah mau keluar. Mendadak raut wajah betenya berubah menahan geli berkat omongan Farid barusan.

Dilla menatap Farid dengan bibir yang sudah di majukan. Farid balik menatapnya dengan alis yang sudah naik tinggi. Dilla melenggos. Dia memilih untuk kembali mengalihkan pandangan ke Kevin yang sudah menatapnya lebih dulu sambil tersenyum geli.

Arah Kisah Kita {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang