Ziza Pov
Hari ini jadwalku lumayan padat, mulai dari pekerjaan rumah, urusan di kampus dan juga mengelola perpustakaanku.
Oh iya aku belum pernah bercerita tentang perpustakaan yang aku kelola saat ini kan?
Baiklah aku akan menceritakan sedikit tentang perpustakaanku.
Dua tahun lalu tepat seminggu sesudah Almarhum Ayah meninggal aku resmi mendirikan perpustakaan mini dan ku beri nama Taman Ilmu. Perpustakaan ini awalnya ide dari Ayah, beliau adalah salah satu guru disebuah sekolah kecil di dekat kampung ini. Sejak aku dan Syifa kecil, kami selalu diajari dan dilatih agar kami menjadi manusia yang cinta buku. Ayah ingin melihat anak-anaknya menjadi guru, menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Aaahhhh....berbicara tentang Ayah membuat aku selalu merindukannya. Aku akan menjaga amanah dan semua nasehat Ayah padaku dan juga Syifa.
"Bunda, Ziza ke perpus dulu ya, setelah itu mau langsung ke kampus" kataku berpamitan pada Bunda.
"Kamu nggak sarapan dulu Zi?" tanya Bundaku.
"Enggak Bund, Ziza bawa bekel aja nih" jawabku sambil memperlihatkan kotak nasi pada Bunda.
"Oh ya udah, kamu hati-hati ya bawa motornya. Jangan ngebut dijalan" kata Bunda menasehati.
"Iya Bundaaa...." balasku sambil memeluk Bunda dari samping. Ku cium tangan Bunda dan kedua pipi Bunda, kemudian bersiap-siap naik motor.
"Bismillah...Ziza berangkat dulu Bund, assalamualaikum" ku mulai mengendarai motor dengan pelan keluar rumah, sedangkan Bunda menjawab salamku sambil berdiri didepan pintu.
Kini aku sedang dalam perjalanan menuju perpustakaanku. Sekitar 20 menitlah perjalananku dari rumah menuju perpustakaan.
Cuaca masih belum begitu panas, aku memang sengaja berangkat pagi agar bisa menikmati udara segar tanpa gangguan kemacetan para pengendara lainnya.
Ku lajukan motorku dengan pelan memasuki pekarangan depan perpustakaan. Aku memang mendesain perpustakaanku sebaik mungkin. Ku buat pekarangan kecil dengan beberapa pohon yang cukup rindang, terdapat beberapa bangku kecil tertata rapi, ada juga lantai sepetak kecil dan dihiasi dengan tanaman bonsai dan juga beberapa bunga berwarna-warni. Rasanya aku betah disini...hihihi.
Saat aku turun dari motor terdengar ada sebuah motor yang masuk menuju pekarangan juga.
Oh ternyata Nana, teman sekaligus orang kepercayaanku yang ikut mengelola Taman Ilmu ini.
"Assalamualaikum, mbak" sapa Nana saat turun dari motor.
"Waalaikumsalam" jawabku
"Maaf mbak saya telat" kata Nana merasa nggak enak.
"Nggak apa-apa Na, lagian aku yang emang nyampe kepagian. Sengaja biar nggak kena macet" balasku sambil tersenyum.
Tak lama kemudian Nana membuka pintu perpustakaan, dan aku pun langsung masuk menuju ruanganku.
Nana, bisa dibilang di asistenku disini. Dia yang membantuku mengelola taman bacaan ini mulai dari nol.
Setelah ku letakkan tasku di meja, aku langsung mengecek beberapa rak dan juga laporan bulan ini.
Hampir sebulan sejak aku masuk kuliah aku jadi jarang kesini. Aku sangat merindukan tempat ini.
Ku lihat Nana mulai menyapu, aku pun tak mau berpangku tangan. Ku ambil sapu untuk menyapu pekarangan, ku rapikan kursi yang agak berantakan. Sepertinya habis dipakai dan belum sempat dirapikan.
Setelah selesai membersihkan perpustakaan saatnya mengecek laporan bulan ini.
"Gimana perkembangan perpus kita Na?" tanyaku pada Nana.
"Alhamdulillah masih bagus Mbak Zi, malah sekarang ada dua komunitas yang mulai sering datang kesini" jelas Nana.
"Oh ya...serius" tanyaku terkejut.
"Iya Mbak, baru dua mingguan ini sih" imbuh Nana.
"Alhamdulillah" kataku bersyukur sekali.
"Uang infak bagaimana Na?dari laporan bagus sih, tapi aku juga harus memastikan juga" tanyaku lagi.
"Seperti biasa Mbak. Setiap dua minggu sekali Nana cek. Oh iya ini ada beberapa barang yang harus kita beli" kata Nana sambil memberikan secarik kertas.
Ku teliti satu per satu, "oke, biar nanti aku minta Syifa yang belanja".
"Oh ya mbak, kalau saya boleh usul, gimana kalau kita adakan lomba menulis setiap sebulan sekali?" usul Nana.
"Emmm....boleh juga Na" kataku setuju, "nanti yang menang akan mendapatkan hadiah satu buku bacaan" imbuhku.
"Bagus itu mbak" kata Nana menimpali.
"Ya sudah kamu catet aja di buku, nanti kalo udah udah selesai kasih ke aku aja langsung" pesanku pada Nana dan diiyakan oleh Nana.
Setelah ngobrol tentang perpustakaan aku lanjut melihat beberapa foto mading di dinding depan.
Ada beberapa foto para pengunjung perpustakaan ini. Aku memang sengaja meminta Nana untuk mendokumentasikannya untuk motivasi sekaligus evaluasi perpustakaan.
Alhamdulillah dengan lokasi perpustakaan yang tak jauh dari pinggiran kota, membuat perpustakaan ini mudah dicari.
Hampir dua jam aku di perpustakaan, akhirnya tiba saatnya aku untuk berangkat menuju kampus.
"Na...aku ke kampus dulu ya. Kalau ada apa-apa langsung kabarin aku aja" kataku berpamitan pada Nana.
"Iya mbak" jawab Nana.
Setelah mengucapkan salam, aku langsung menyalakan motor dan mengendarainya keluar pekarangan untuk menuju kampus.
.
.
.Author Pov
Sesampainya di kampus Ziza langsung menuju masjid karena sudah masuk waktu dzuhur. Setelah mengambil air wudhu ia pun langsung masuk dan menunaikan sholat dzuhur secara berjama'ah.
Sepuluh menit berlalu, terlihat Ziza keluar dari masjid. Ia berjalan menuju kantin sambil menunggu jam mata kuliah siang ini.
"Assalamualaikum" sapa seseorang yang baru datang.
Ziza yang tengah duduk menikmati es tehnya pun langsung menoleh.
"Waalaikumsalam" jawab Ziza.
"Maaf Zi, boleh gabung?" tanya orang tersebut.
"Oh...boleh kak silahkan" kata Ziza mempersilahkan. "Ada apa Kak?" tanya Ziza.
"Nggak ada apa-apa, cuma pengen ngobrol aja" balasnya sambil tersenyum.
"Ouh...Kak Fahri sudah selesai mata kuliah atau baru datang?" tanya Ziza pada Fahri.
"Udah selesai tapi masih ada matkul sejam lagi. Kamu?" tanya Fahri balik.
"Ini sambil nungguin matkul mulai, jadi maaf nggak bisa lama-lama ya Kak. Lagian nggak enak juga dilihat orang" kata Ziza yang merasa tidak enak.
"Iya gapapa Zi, tumben sendirian nggak sama Laras?" tanya Fahri.
"Iya, kebetulan memang lagi nggak ketemu aja seharian ini kak" Ziza menimpali. "Oh iya Kak, maaf Zi harus pergi, dosen udah dateng soalnya" kata Ziza lagi berpamitan.
"Oh iya, nggak apa-apa. Duluan aja" jawab Fahri.
Ziza pun menghabiskan sisa es teh miliknya dan langsung berdiri.
"Duluan ya Kak, assalamualaikum" pamit Ziza dan dijawab oleh Fahri sambil tersenyum.
Diam-dia Fahri memperhatikan kepergian Ziza dari belakang. Ada perasaan kagum dalam hati Fahri pada gadis berkerudung lebar itu.
"MasyaAllah...bidadari surga" batin Fahri. Tanpa Fahri sadari ia senyum-senyum sendiri sambil memperhatikan Ziza dari kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Kekasih Halal
SpiritualPerjalanann panjang dan berliku dalam meraih cita dan cinta. Kerasnya hidup mampu memberikan pelajaran pada setiap insan, yang pada akhirnya membawa manusia pada kehidupan baru yang lebih baik. Inilah kisahku~ Aziza Nur Rahma