Enambelas

4.6K 280 24
                                    

Jamie terusik dari tidur nyenyaknya akibat suara gaduh yang entah dari mana asalnya, entah siapa yang membuat kegaduhan yang pasti hal itu mengharuskannya mau tidak mau untuk bangun.

Jamie merubah posisinya menjadi duduk. Masih dalam balutan selimut dengan mata yang masih setengah terpejam, ia melihat jam yang bertengger di dinding kamarnya. Disana menunjukkan jarum pendek mengarah antara angka enam dan tujuh. Sedangkan jarum panjang tepat mengarah ke angka enam.

"Bahkan ini masih sangat pagi, kurasa siapapun yang membuat keributan ini mau cepat mati, karena sudah mengganggu tidur seorang Jamie." Desisnya kesal kemudian menyibak selimut itu dan turun dari ranjang king size nya mencari asal suara kegaduhan yang sudah mengganggu tidurnya.

"Kau tidak bisa keluar Nyonya. Tuan akan marah." Tahan Penjaga itu.

"Biarkan saja. Pokoknya aku harus pergi" Ashley berontak dalam pegangan penjaga.

"Tidak bisa Nyonya."

"Lepaskan aku."

Samar-samar Jamie mendengar suara yang berasal dari pintu utama. Langsung saja ia melangkahkan kakinya ketempat itu.

"Ada apa ini?" Tanya Jamie dengan wajah datarnya.

Keributan itupun terhenti tatkala suara Jamie yang tiba-tiba mengintrupsi, membuat perhatian mereka teralihkan seluruhnya kearah Jamie yang baru datang.

"I-ini tuan, Nyonya memaksa ingin pergi dari rumah ini." Jelas salah satu pekerjanya.

Jamie memandang Ashley yang kini dihadapannya dengan kedua tangannya yang dipegangi.

"Lepaskan dia." Perintah Jamie pada pekerjanya untuk melepaskan pegangan mereka pada Ashley.

"Kau mau pergi?" Tanya Jamie dengan nada datar.

"Iya, aku ingin melihat keadaan ibuku." Jawab Ashley setenang mungkin.

"Tidak boleh. Kau tidak boleh pergi kemanapun."

"Aku berjanji tidak akan kabur darimu, setelah melihat keadaan ibu dan adikku. Aku akan langsung kembali." Jelas Ashley berusaha meyakinkan Jamie.

"Bagaimana aku bisa mempercayai ucapanmu? Tetaplah dirumah dan jangan coba-coba untuk keluar. Ini adalah tempatmu."

"Tempatku? Ini bukanlah tempatku!" Ucap Ashley setengah berteriak.

Jamie menghirup nafasnya dalam kemudian membuangnya dengan pelan guna meredam emosinya.

"Kembali ke kamarmu." Perintah Jamie pada Ashley.

"Aku tidak mau! Apa kau tuli hah? Sudah kubilang aku ingin pergi!" Teriak Ashley.

"BERHENTI BERTERIAK PADAKU!!!" Teriak Jamie balik dengan kemarahan yang sudah tak tertahan.

Ashley terdiam untuk beberapa saat. Kemarahan Jamie saat ini mampu membuatnya merasa takut, terbukti dengan badannya yang sedikit gemetar dan belum lagi keringat dingin yang tiba-tiba keluar membasahi pelipisnya.

Tidak, Jangan takut. Aku mohon! Kau harus bisa melawannya, ingat Ashley kau harus membuatnya kesal akan sikapmu. Dengan begitu ia akan melepaskanmu dengan sendirinya. Batin Ashley.

"Jika kau berpikir dengan membuatku kesal aku akan melepaskan mu itu salah besar Ashley." Desis Jamie seolah tau isi kepala Ashley.

"Kenapa? Kenapa kau selalu mengintimidasiku hah?!" Ucap Ashley kesal. "Bukankah kau sudah mendapatkan apa yang kau mau? Kau meniduriku dengan keadaanku yang masih perawan. Bukankah keperawanan itu adalah harga yang mahal?" Sebisa mungkin Ashley menahan air matanya yang akan jatuh. Tidak, ia tidak boleh terlihat lemah dihadapan pria didepannya ini.

"Jadi biarkan aku pergi. Aku ingin memastikan keadaan Ibu ku."

"Sudah kukatakan kau tidak boleh menemui siapapun termasuk ibumu."
"Kenapa kau selalu melarangku? Memangnya kau itu siapa."

"Kurasa kau tidak terlalu bodoh bukan untuk mengetahui bahwa aku adalah orang yang sudah membelimu, ingatlah posisimu itu. Sebaiknya sekarang kau cepat kembali ke kamarmu." Ucap Jamie berusaha setenang mungkin.

"Aku tidak peduli siapa kau, sekarang aku hanya ingin pergi menemui keluargaku." Setelah mengatakan itu Ashley berbalik dan melangkah menuju pintu. Tapi, belum sampai dua pijakan ia melangkah, Ucapan Jamie yang menggema membuatnya berhenti.

"Coba saja satu langkah kau keluar dari rumah ini. Aku tidak main main detik ini juga aku akan mengirim mayat keluargamu." Ancam Jamie.

Ashley membalikkan badannya menghadap Jamie.

"Caramu itu benar-benar kampungan. Mengancamku dengan alasan keluargaku. Hah!" Ucap Ashley dengan senyum mengejek.

"Aku tidak tau kau ini manusia macam apa? Atau kau memang bukan manusia melainkan iblis." "Apa kau tidak pernah merasa jauh dari Ibu atau keluarga mu dan kau sangat ingin menemui mereka? Hah aku tau sekarang. Mungkinkah kau tidak mempunyai Ibu dan keluarga sehingga kau tidak mengetahui rasanya seperti apa?" 

"Atau mungkin saja orang yang disebut Ibu itu meninggalkanmu karena ia sendiri tidak menginginkanmu sebagai anaknya."

Jamie mengepalkan kedua tangannya dengan keras sehingga membuat buku jarinya memutih. Ucapan Ashley kali ini benar-benar membuat dirinya tersinggung.

"Ya! Hentikan Ashley, ucapanmu itu sudah keterlaluan." Ucap Charlie tiba-tiba yang sudah berada diantara mereka.

"Kau membelanya karena kau temannya." Ashley menatap Charlie yang berada disebelah Jamie.

"Biarkan saja dia berkata apa. Sepertinya kali ini aku tidak akan bersikap baik terhadapnya. Wanita arogan ini harus mendapatkan pelajaran agar bisa menyaring kata-katanya." Geram Jamie dengan pandangan tajamnya.

"Seret dia kekamar dan jangan biarkan dia keluar." Perintah Jamie.

Dengan sigap pekerjanya langsung memegangi kedua tangan Ashley.

"Lepaskan!" Berontak Ashley berusaha terlepas dari pegangan yang begitu erat ini. Bagaimanapun ia harus pergi dari sini. Ia tidak mau lama-lama berada ditempat ini, selain karena ingin menemui keluarganya ada satu alasan yang membuat Ashley tetap ingin pergi.

Ashley menggigit tangan pria yang memegang tangan sebelah kanannya dengan keras sehingga membuat pegangan itu terlepas. Dan iapun menginjak kaki pria yang memegang tangan sebelah kirinya sehingga kali ini ia terlepas seutuhnya.

"Tutup pintunya cepat." Perintah Jamie.

Melihat pintu yang sudah tertutup, Ashley langsung berlari ke sisi kanan tempatnya berdiri. Tanpa berpikir panjang, ia langsung memecahkan salah satu guci keramik yang terpajang disana. Kemudian mengambil pecahannya dan mengacungkannya ke pergelangan tangan tepat dinadinya.

"Ya! Apa kau gila? Jauhkan benda itu cepat!" Jamie langsung berjalan mendekati Ashley.

"Untuk apa aku hidup jika aku tidak bisa menemui keluargaku." Ucap Ashley lemah.

"Berhenti disitu--" Jamie minghiraukan ucapan Ashley dan tetap berjalan kearahnya.

Set..

Ting... Bunyi pecahan keramik yang terjatuh serta diikuti dengan titik- titik darah yang menetes dari pergelangan tangan Ashley membuat Jamie menghentikan langkahnya.

Ia membelalak tak percaya atas perbuatan nekat yang dilakukan Ashley.

Perlahan-lahan kesadaran Ashley mulai hilang, hingga membuat dirinya tumbang. Dengan sigap Jamie menangkap tubuh Ashley dan langsung mendekapnya.

"Kenapa kau senekat ini hah? Apa kau sudah gila?!" Marah Jamie kepada Ashley yang sudah tak sadarkan diri.

"Ya!!!!! Apa yang kalian lakukan? Cepat panggilkan dokter sekarang juga!" Perintah Jamie dengan panik dan berusaha menutupi tangan Ashley yang terus mengeluarkan darah.

"Kau tak boleh pergi.."

***

Sorry publishnya telat.
Jangan lupa Voment nya
Komen 20+ part selanjutnya langsung dipublis boleh?(:

Daring WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang