Sang surya sudah menampakkan wujudnya dengan sempurna, tetapi itu semua tidak menghalangi kegiatan Jamie untuk memandangi wajah damai Ashley yang tertidur di dalam dekapannya.
Setelah semalaman berada dibalkon kamar ini untuk menikmati kesunyian malam yang menenangkan. Merekapun tak sadar telah terlelap, dan berakhir tidur disini.
"Nnghhh." Lenguh Ashley merenggangkan tubuhnya. Bukannya bangkit dari posisinya, dengan mata yang masih setengah terbuka Ashley malah memberikan senyum manisnya pada Jamie yang berada dihadapannya. Lama ia memandangi wajah Jamie dengan senyum yang masih bersarang di wajahnya.
"Ini terlihat nyata." Gumamnya Asal.
"Ini memang nyata." Jawab Jamie.
"Uh?" Ashley mencoba membuka matanya dengan sempurna. Dan seketika matanya membulat, seakan tersadar ia langsung bangkit dan menjauh dari Jamie.
"Apa yang kau lakukan?!" Tanya Ashley waspada dengan menyilangkan tangannya didepan dada.
Bukannya menjawab, Jamie malah bangkit dari posisinya dan berdiri. Dengan membuat gerakan merentangkan tangannya dan memutar lengannya yang terlihat pegal. Ia berjalan mendekati Ashley.
Jamie sedikit menunduk karena posisi Ashley yang sekarang terduduk.
"Bersiaplah, setelah itu aku akan mengantarmu mengunjungi ibumu." Ashley langsung menatap Jamie tak percaya.
"Ah ya, lenganku sangat sakit karena badanmu yang berat terus menempel di lenganku semalaman." Jamie berlalu meninggalkan Ashley dengan wajah bodohnya.
Ashley mencoba mencerna setiap perkataan Jamie tadi.
Apa maksud pria itu? Badanku yang berat menempel dilengannya semalaman. Batin Ashley.
"Hah! Astaga!!!" Teriak Ashley panik. "Jangan bilang, jika semalam aku tertidur didekapannya."
"Ah tidak! Jika itu benar. Berarti pria itu melihat wajah bodohku saat tidur." Ashley menggelengkan kepalanya keras.
"Astaga Ashley bagaimana hal memalukan ini bisa terjadi." Rutuk Ashley memukul kepalanya.
"Uh, apa tidak salah barusan tadi pria itu bilang akan mengantarku mengunjungi ibu. Apa dia sedang demam karena semalaman tidur diluar?" Bingung Ashley.
"Dasar pria aneh, tau begitu aku tidak akan melukai tanganku jika pada akhirnya ia mengijinkanku menemui ibu. Bahkan ini masih terasa sakit." Desis Ashley kesal melihat pergelangan tangannya yang terbalut perban.
Setelah selesai mandi, Ashley langsung menuju walk in closet yang sudah ditunjukkan oleh pelayan rumah ini.
Hampir semua pakaian disini dipenuhi dengan dress pendek dan pakaian sejenisnya yang memperlihatkan lekuk tubuh. Untung saja masih ada beberapa potong pakaian yang 'layak' bagi seorang Ashley untuk dipakai.
Pilihannya pun jatuh pada dress putih dibawah lutut dengan motif bunga-bunga.
Ashley sudah duduk manis di tepi ranjangnya. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Ibu dan adiknya. Apakah mereka tidur dengan baik dan makan dengan teratur? Pikiran itu selalu bersarang di benaknya semenjak dia jauh dari Ibu dan Adiknya. Bagaimanapun ia adalah tulang punggung dari keluarga itu. Jika dia tidak ada lalu bagaimana keadaan mereka. Mengingat itu semua membuatnya merasa tak berguna.
Tokk.. Tokk.. Tokk..
"Masuk."
Ashley melihat seorang pelayan yang masuk dengan kepala tertunduk.
"Permisi nona. Tuan sudah menunggu anda di bawah untuk sarapan bersama." Ucap pelayan itu dengan sopan.
"Baiklah, aku segera kesana." Pelayan itupun dengan sopan berlalu meninggalkan Ashley.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daring Women
RomanceAshley Olivia Greene wanita duapuluh satu tahun dengan paras cantik dan kepribadian baik, baginya harga diri merupakan suatu harta yang harus kau junjung tinggi. Tapi pemikiran itu semua lenyap saat Ashley bertemu dengan seorang Jamie. Baginya harga...