Higanbana Flower 2

40 5 0
                                    

     Tubuhku mulai membeku,mulutku terkunci aku tak dapat mengatakan sepatah katapun,otakku mulai mencerna satu per satu kejadian yang aku alami barusan "(menghela nafas berat) baiklah...Tapi,berjanjilah pada Bibi bahwa kau harus kuat" suara Bibi kembali terngiang di kepalaku.

       Aku mengerti sekarang...Ternyata,mimpi itu adalah salam perpisahan terakhir dari Ayah dan Ibuku "Sekarang aku mengerti...Aku mengerti apa arti dari kata 'kuat' yang Bibi ucapkan padaku tadi...Aku mengerti..." batinku dalam hati yang terasa penuh sesak oleh kesedihan.

      "Aya-chan..." panggil Bibi pelan "U-uh,i-iya? a-ada apa Bibi?" jawabku dengan terbata "Bibi tahu ini adalah kenyataan terpahit untukmu,Aya-chan...Tapi Bibi mau kau tetap kuat apapun yang terjadi,itu juga wasiat terakhir dari Ayah dan Ibumu yang dititipkan padaku sebelum mereka berdua pergi..." ucap Bibi sambil mengelus lembut pundakku menahan semua air mata yang akan tumpah di pipinya.

       "A-ah,i-iya Bibi...A-aku mengerti..." ucapanku masih terbata dan wajahku semakin pucat menerima kenyataan yang ada.

      Memang sedih rasanya,sedih sekali hingga aku merasa sakit atas semua kesesakan yang memenuhi dadaku.Aku tahu ini memanglah kenyataannya.Kenyataan yang harus aku hadapi mau tidak mau.

       "B-bolehlah aku bertanya sesuatu pada Bibi?" tanyaku dengan suara yang mulai sengau menahan tangisku tumpah "Bertanyalah,nak.." jawab Bibi sambil membelai pelan rambut coklatku "A-apa alasan ayah dan ibuku be-berada di ruangan i-ini?" tubuhku mulai bergetar, suaraku semakin parau,dan entah bagaimana ekspresi wajahku saat itu,aku tak peduli.

       "(meneteskan air mata) Ayah dan Ibumu memberikan seluruh darah mereka untukmu,Aya-chan...Kau kekurangan banyak sekali darah,teramat banyak malah.Nyawamu saja nyaris melayang ketika mereka tidak segera memutuskan untuk memberi hidup mereka untukmu..." jelas Bibi panjang lebar dengan susah payah karena menahan tangis yang akhirnya keluar juga.

       Tubuhku melemas semua sendiku mati rasa,tapi aku berusaha menahan tubuhku agar tidak jatuh "A-ah,te-terima ka-kasih Bibi,sudah memberitahuku..." ucapku sambil memasang senyum yang ku buat-buat seolah semuanya memang bisa aku hadapi,tapi kenyataannya aku pun sangat bersusah payah menerima kenyataan pahit ini.

      "Menangislah,nak...Jangan kau tahan sendirian,masih ada Bibi di sampingmu yang akan menemanimu..Menangislah,Aya-chan..." peluk Bibi penuh makna.Tubuhku bergetar hebat dan cairan panas yang membasahi pipiku mulai tumpah,sempurna sudah kesedihan yang kurasa dalam hatiku.Aku menangis terisak,hanya itu yang bisa kulakukan sekarang...

                          ***

     Sejak saat itu Bibi membawaku pulang kerumahnya.Aku tak mau pulang ke rumahku sendiri karena itu hanya akan membuatku tambah menangis ketika melihat banyak sekali kenangan yang tersimpan dalam rumahku itu.

        Hari demi hari ku jalani dengan hati yang berkecamuk.Aku tahu...Aku harus melanjutkan hidupku bagaimanapun caranya.Usiaku masih 13 tahun waktu itu,jadi Bibilah yang merawatku sejak meninggalnya kedua orangtuaku.

       Bibi tidak memiliki anak dan suaminya bekerja di Seoul sedangkan Bibi dan aku sekarang tinggal di Kyoto,kota kelahiranku.Bibipun memutuskan pindah ke Seoul bersama dengan persetujuan dariku,dan aku hanya mengangguk menuruti apa yang Bibi ucapkan.

        Berat memang rasanya untuk meninggalkan semua yang ada disini,apalagi ini adalah kota kelahiranku.Tapi aku juga harus maju,tak boleh tertinggal di masa lalu.Jadi sejak saat itupun kami memutuskan pindah ke Seoul,selang beberapa bulan setelah kematian kedua orangtuaku.

                          ***

-Ayaka Pov-

     Aku berjalan menuju kelasku dengan sedikit gontai.Hari ini adalah hari dimana aku harus mengucapkan salam perpisahan pada teman-temanku.Aku akan pindah ke Seoul besok jadi aku akan berpamitan dengan seluruh teman-teman dan guruku di sini,di SMP Chiharu.

     Aku sudah tiba didepan pintu kelasku,hanya tinggal melangkahkan kaki masuk saja.Aku masuk dan di sambut dengan suara kocehan teman-teman yang bak dengung lebah.Tak ada yang mempedulikan kedatanganku.

      Aku terus melangkah menuju mejaku,meja dekat jendela.Aku duduk dan meletakkan tasku pada loker.Aku mulai termenung sambil bertumpu sebelah tangan memandang keluar jendela,tepatnya memandang lapangan yang sekarang ramai oleh cowok-cowok kelas 2 yang sedang bermain basket.

      "Hey,ada apa dengan warna itu?" tanyaku dalam hati sambil terus memandang warna aneh pada seorang cowok yang sedang mendribble bola berwarna oren itu "aneh..Kenapa warnanya seperti itu..?" pikirku masih menatap cowok kelas 2 itu.

      "E-san!..Zue-san?!...KAZUE-SAN!!" aku tersentak dan segera menoleh ke arah suara "Dimana sebenarnya kau menaruh telingamu,hah?!"tanya Mizuki-sensei* marah,guru matematika killer di SMP Chiharu.Dan aku membuatnya marah hari ini.
    
       Aku tadi tidak menyadari kedatangannya dan masih tetap pada lamunanku tentang warna aneh pada cowok kelas 2 yang bermain basket tadi "Go-gimennasai!** Sensei.." ucapku terbata seraya berdiri untuk membungkuk maaf "memalukan sekali.." rintihku dalam hati sambil terus membungkuk menutupi wajah merahku dibalik rambut coklat panjang ku.

       "Hmph!(membuang muka) Jika kau melakukannya sekali lagi, maka aku tidak segan-segan menyuruhmu untuk keluar dari kelas,kau mengerti Kazue-san?!" ucap Mizuki-sensei sambil menatapku tajam "Ha-hai'***" jawabku terbata "Baiklah,kau boleh duduk" ucap Mizuki-sensei dengan nada tegas.

       Aku duduk kembali ke bangkuku dengan perasaan canggung.Semua pasang mata masih memandangku,aku menunduk menyembunyikan wajah merahku karena malu di balik rambut panjang ku.

      "Baik,semuanya.Buka buku halaman 33! Kita akan melanjutkan materi pekan lalu" ucap Mizuki-sensei lantang membuat tanganku refleks dengan sendirinya membuka buku.Semua sudah sibuk dengan buku masing-masing.

       Tapi ada satu pasang mata yang masih memandangku lekat-lekat.Sepasang mata yang menatapku dengan tajam dari belakang.Aku merasakan hawa menusuk dari belakang "Ugh!,apa ini? Kenapa tiba-tiba aku merinding?" tanyaku dalam hati sambil mengusap tengkukku dengan kasar.

       Sepasang mata berwarna neon blue.Yang dimiliki oleh cowok yang bernama Ken Yamada.Cowok super dingin di kelasku.Meskipun begitu,dia adalah idol di kelasku.Sampai-sampai ia di juluki dengan icy prince.

      Entah apa yang bisa membuatnya menjadi idol padahal sikapnya dingin begitu.Aku saja tidak mengerti.

       Banyak sekali cewek yang tergila-gila padanya.Sayangnya aku tidak seperti kebanyakan cewek di kelasku,aku lebih suka menyendiri.Seakan-akan aku berada di duniaku sendiri.Dan aku tidak pernah memperhatikan cowok bernama Ken Yamada itu.

      Yang ternyata dia juga memiliki kemampuan seperti kemampuanku.Kemampuan yang menjadi rahasia terbesarku selama ini..Aku bisa melihat warna dari seseorang/benda dan suara...Aku bisa melihat warna dari suara...

____________________________________
*Guru
**Maafkan aku
***Baik/iya
____________________________________
     Haaaii haaaaaiii,minna-saaannn!O(≧∇≦)O He he..Di tunggu kritik dan sarannya yaaahhh..Jangan lupa vote dan komennya juga yah,minna!(^_−)☆..Maafkan bila chapter kali ini agak pendek yah,minna..

Autumn LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang