PART II
Venus pov
"Pokoknya aku mau diet..." Aku mulai berteriak seperti orang gila saat mengingat insiden tadi pagi. Rasanya baru satu minggu yang lalu aku membeli sebuah baju dan baru pagi tadi sudah tidak muat! Ya Tuhan salahnya aku di mana coba. Selama seminggu ini aku sudah mengurangi segala macam, cemilan, dan makan malam, namun bukan hasil kurus yang ku dapat malah berat badanku yang makin naik. Apa jangan jangan, ada satu program diet yang terlewatkan? Aku rasa tidak, lalu dimana letak kesalahannya? Tunggu, coba aku ingat-ingat, aku rasa aku masih makan 2 kali sehari. Dan tentu saja dengan menu biasa. Breakfast dengan 2 donat dan 1 capucino, satu gelas jus jeruk tanpa gula, tanpa es, dan aku juga sudah menyingkirkan coklat, eskrim, puding, dan segala cemilan, yang selama ini selalu menumpuk di kamar, lemari es dan meja kerjanya, tapi kenapa beratku masih belum berkurang?
"Pokoknya aku harus diet, aku harus kurus, aku harus secantik suzy..."Ucapku berapi api
"233 kali..."Balas Diandra santai sambil menghitung dengan jarinya. Sedang kan aku hanya menatapnya bingung. "Sudah 233 kali selama setahun ini aku mendengar kamu berkata mau diet, jika dikali dengan 3 tahun kamu bekerja disini sekitar hampir 1000 kali..."Sambung Diandra takjub, kemudian bertepuk tangan kagum "Amezing ya...tapi hasilnya belum berubah, masih seperti..."Ucap Diandra lagi dengan menambah tangan membentuk pola bulat
Aku hanya bisa membenamkan wajahku makin dalam di atas meja. Sedikit mendesah pasrah. Kenapa rasanya susah sekali menurunkan berat badan. Ini sudah 3 tahun, tapi kenapa tidak berkurang juga. Kenapa sepertinya aku bernasip sial, tidak dirumah atau dikantor selalu saja aku kena bully. Tuhan, bantulah hambamu ini.
"Udah terima aja nasib. Belum ada sejarahnya Badak sumatera berevolusi jadi Merak "Canda Diandra sambil meniup niup kuku cantiknya didepanku.
Yang bisa aku lakukan hanya memukul mukul meja dengan semakin membenamkan wajahku di atasnya. Aku sesekali mendengus sedih, mengingat akan hilangnya jatah uang jajanku. Ini semua karena aku kalah taruhan dengan salah satu penata make up model di gedung ini bernama RISTA. Tapi, tunggu bicara masalah Rista, kenapa sejak kemarin aku tak melihatnya? Bukankah seharusnya dia mengikutiku. Menagih janji yang seharusnya jatuh tempo kemarin? Tapi kenapa dia menghilang seperti di telan bumi?
"Dy, Rista mana sih. Kok dari kemaren dia gak keliatan ya?" Aku mencoba memanjangkan kepalaku, melihat kesegala arah.
"Rista...?" Tanya Diandra bingung, ikut memutar kepalanya keseluruh ruang, mencoba mencari sosok Rista di tiap sudud kubikel, mungkin saja gadis itu berdiri didekat mereka. "Benar juga. Dari kemaren kok gak keliatan ya? Bukannya harusnya hari ini dia bantu - bantu model yang mau ambil gambar sama Dirga ya?" Ucap Diandra yang mulai menyadari jika kehilangan salah satu anak buahnya.
"Dirga. Kamu liat Rista gak?" Aku berteriak begitu melihat Dirga yang berjalan sambil memegang kamera kesayangannya. Dirga yang merasa di panggil hanya mendekat, sambil menyunggingkan senyum 5 jarinya
"Apa?"
"Kamu liat Rista gak?" Aku bertanya sekali lagi. "Oh iya, aku lupa mata kamukan sipit ya, mana kelihatan ya..."Candaku sambil menepuk jidad seolah mengingat sesuatu saat melihat wajah seriusnya.
"Mbak pernah ngerasain di timpuk pake kamera sama orang ganteng gak..."tanya Dirga sebal
"Gak. Kamu kan jelek" Aku terkekeh sambil menunjuk wajah sebal Dirga didepanku
"Sabar-sabar. Memang ngadepi beruang madu yang kehabisan jatah butuh kesabaran ekstra." Dirga hanya mengelus elus dadanya seolah olah dirinya sedang dianiaya oleh salah satu spesies berbentuk bulat
"Tadi nanyak apa Mbak?" Dirga tidak lagi menanggapi celaan ku atas matanya yang bisa di kategorikan sedikit sipit, catet ya, sedikit, kalo perlu di CAPLOCK dan di BOLD
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty Obsession "Obsession Seris #1"(di Hapus Sebagian Untuk Revisi Ulang)
Mystery / Thrillerketika tolak ukur cantik adalah, lingkar perut, lengan dan paha yang kecil, rambut halus seperti sutra, mata berbinar seperti bintang, alis seperti semut hitam berbaris, hidung mancung, tinggi layak genter, kulit putih seperti terigu, halus seperti...