Gaje...sumpah.... , tapi udahlah...
*****************
Dirga berjalan sambil menenteng sebuah bungkusan kotak donat dan secangkir expreso dengan logo seorang perempuan pada bungkusan gelas. Tangannya sesekali mengangkat tinggi bungkusan sambil mengedarkan pandangan mencari Venus yang mungkin saja berlari ketempat ini. Sebuah taman di bangun pada belakang gedung. Dengan pohon tinggi mirip pohon beringin, sebuah bangku dan meja yang terluhat mengelilingi batangnya.
Dirga menghentikan langkahnya matanya menatap sesorang yang duduk di bangku bawah pohon itu, hingga dia harus beberapa kali ia menarik napas dan membuangnya, berusaha menenangkan pernapasan dan gemuruh di dadanya. Dirga hanya bergeming menatap pada dua sosok yang masih duduk tenang. Bibirnya beberapa kali bergerak tanpa suara seperti menggumamkan sesuatu- , berusaha menenangkan diri.
Disana Venus terlihat tidak duduk sendiri, Gadis bertubuh sedikit berisi itu tengah asik bercengkrana bersama sosok Rei.
Apa yang sedang dia bicarakan dengan Venus? Mau tebar pesona lagi. Atau mau bertingkah jadi atasan yang sangat baik?
Suara dengusan perlahan keluar dari bibirnya. Lalu di lanjut dengan hela nafas, setidaknya karena ada Rei, Venus tidak menangis karena ulahnya.
Dirga masih belum beranjak dari tempatnya dan masih memperhatikan interaksi Venus dan Rei dari tempatnya berdiri, sampai akhirnya pria itu beranjak dari samping Venus.
Dirga kembali berjalan mendekati Venus saat ia rasa, sudah tidak ada lagi orang ditempat itu selain mereka berdua. Venus yang merasa ada seseorang yang berjalan mendekat hanya menoleh sesaat lalu bersidekap dan memalingkan wajahnya kesamping.
Dirga menyodorkan kotak yang ia bawa ke depan wajah venus.
"Gak mau...ntar kena marah lagi kalo diambil..."tolak venus
"Ambil Ve..."Perintah Dirga, sambil menggoyang bungkusan di depan wajah Venus.
Venus menggeleng kepalanya.
Dirga langsung mengambil posisi duduk tepat di samping Venus. Kepalanya sedikit menuduk menatap ujung sepatunya. Hanya suara hela napas sesaat mengisi kesunyian diantara mereka.
"Dirga minta maaf. Dirga gak maksud bentak Venus seperti itu. Dirga hanya-. Sudahlah gak pentingkan karena apa."
Venus masih diam.
" Ve... "
Venus langsung menganggukan kepalanya dengan sebuah senyum yang tersemat.
"Kamu itu gak cocok, kurus. Gak enak. Gak bisa di peluk"
Dengan gemas Venus langsung mencubit lengan Dirga hingga pria itu meringis. Baru juga di maafin sudah buat dosa lagi.
"Tapikan, kalo Venus kurus, kali aja Mas Rei jadi suka sama Venus"
"Jadi ceritanya kamu kurus demi Rei..."tanya Dirga diserta sebuah dengusan "Emang kamu fikir kalo kamu kurus si Rei jadi suka sama kamu" Dirga menggeleng kepala dramatis "Gak bakal Ve. "
Venus menoleh dan memperhatikan ekspresi dirga yang sedikit janggal menurut venus seperti ada sesuatu yang sulit ia katakan, namun venus mulai mengenyahkan segala fikiran yang melintas di otaknya tentang kemungkinan kemungkinan yang tidak masuk akal.
"Ih... Kok dirga yang jadi Baperan gitu sih"tanya venus curiga "Yang sakit hati kan Venus bukan Dirga. Khawatir ya, perhatian banget" tanya Venus kemudian memicingkan mata, tiba-tiba kedua matanya membola sempurna seperti menyadari sesuatu, perlahan sebelah tangannya membekap mulut sendri dramatis." Jangan jangan Dirga suka ya...sama Venus..."
Dirga Cuma terdiam sesaat
Venus mengerjap mata takjub "Seriusan Dir. ya...ampun...jadi beneran Dirga suka sama Venus..."tebak venus lagi bergaya tak percaya
"Ve..."panggil dirga sesaat sebelum segera di potong venus
"Stop..."balas venus menunjukan telapak tangannya menghentikan kelanjutan "Venus tau kok apa yang mau Dirga ucapin 'ya...ampun Ve, kamu ngigo ya kalo mimpi jangan ketinggian, mana mungkin sih Dirga yang secakep ini, suka sama beruang madu kayak kamu, bangun Ve bangun...wake up'" ucap venus bergaya lebih mirip Diandra dari pada dirga "Ve tau kok, Dirga mau ngomong kayak gitu, Cuma sopan santun pertemenan kan, gak lebih..."
"Dirga kan belum ngomong..."
"Gak perlu di lanjutin Venus udah tau! gak perlu sopan santun Dirga...venus sadar diri kok..."ucap venus lalu menepuk nepuk pundak dirga "jadi tenang aja...Venus gak akan kebaperan kalo Dirga baik sama Venus"ucap venus santai
"ve..."panggil dirga sekali lagi sambil menekan pipi venus dengan kedua telapak tangannya "kamu itu gak pernahnya mau denger ucapan Dirga sampe habis..." ucap dirga sambil merapatkan giginya "sekarang bisa dengerin Dirga"
Venus Cuma ngangguk cepat lalu memukul mukul tangan dirga yang berada di pipinya " tapi lepas dulu, gak enak banget pipi ve..."
Dengan perlahan dirga menurunkan tangannya
"jadi apa yang mau dirga konfirmasi...?"tanya venus sambil menaik turunkan alisnya
"Kamu bisa ngelepas keinginanmu menurunkan berat badan..."tanya dirga serius
Senyum yang tadi terpatri tiba tiba saja luntur.
"kenapa...?"
"Kamu udah dengerkan kabar banyak cewek kurus yang mati..."
" Terus takut venus jadi korban selanjutnya gitu. Gak bisa Dir...venus gak akan merubah keputusan Ve"
"Ve, kamu gak ngerti ..."bujuk dirga pelan
"Dibagian mana venus gak ngerti, kamu gak tau apa yang venus rasain, kamu gak tau bagaimana orang ngeliat venus yang..."venus menarik napas sesaat "Pokoknya venus gak akan mundur..., dan venus gak peduli jika akhirnya venus harus jadi korban, venus gak peduli, jadi cukup dir...cukup bujuk venus "
Venus mengambil posisi berdiri dan segera pergi meninggalkan dirga sendiri di tempat itu, begitu venus pergi Dirga langsung mengangkup wajahnya lelah. Membujuk venus yang begitu gigih menurunkan berat badannya tidaklah mudah, namun sebagian hatinya sekarang ketakutan jika apa yang ada dalam mimpinya akan benar benar kejadian, dia tidak bisa. Dirga tidak bisa membayangkan jika dirinya sendiri yang benar-benar menyenyahkan nyawa venus dengan tangannya sendiri. Dalam mimpi saja sudah cukup menakutkan, bagaimana jika benar terjadi.
Dirga kembali menunduk dan kembali menatap sepatunya sesaat, sampai matanya menangkap sesuatu, berbentuk tabung mirip dengan kemasan rol film, dengan perlahan ia memumutnya dan mengangkat tinggi sejajar dengan matanya. Terdapat beberapa butir tablet kecil didalamnya tabung, menggoyang wadahnya beberapa kali, mengira ngira obat itu milik siapa, lalu ia segera mengantongi obat itu kedalam saku jaketnya. Dan fikirannya tertuju pada satu sosok.
****
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty Obsession "Obsession Seris #1"(di Hapus Sebagian Untuk Revisi Ulang)
Tajemnica / Thrillerketika tolak ukur cantik adalah, lingkar perut, lengan dan paha yang kecil, rambut halus seperti sutra, mata berbinar seperti bintang, alis seperti semut hitam berbaris, hidung mancung, tinggi layak genter, kulit putih seperti terigu, halus seperti...