Langit masih berwarna hitam. Penduduk mungkin sebahagian masih terlelap di alam mimpi, angin masih terasa dingin menerpa kulit. Sesekali angin malam membelai lembut rerumputan di pinggir kota. Suara suara serangga malam terdengar cukup nyaring.
Langkah itu mulai membelah rumput tinggi yang memisahkan antar aspal dan tempat pembuangan. Langkah yang berjalan perlahan tak memperdulikan tingginya rumput yang mampu menenggelamkan lututnya. Seorang pria dengan sebuah jaket coklat dengan topi mengangkat sebuah box es dengan ringan menuju sebuah tempat pembuangan. Box es itu terekat rapi dengan sebuah perekat bening. Kedua tangan yang membawa box es tertutupi dengan sebuah sarung tangan lateks, ia melangkah pelahan dan mulai menurunkan barang bawaanya diantara tumpukan tumpukan barang ronsokan di pinggir kota. Sesaat ia menatap lagi box es itu, sebelum tubuhnya berbalik menjauh meninggalkan box es dan kembali membelah tingginya rumput.
Venus sesekali memutar tubuhnya kekanan dan kekiri, atau mengerakan kepalanya karena lehernya yang serasa sangat kaku. Sudah lebih dari 4 jam ia tidak berpindah dari kursinya. Sejak Mas Rei memintanya untuk menyelesaikan editan dari laporan yang berikan dari pihak jurnalis. Coffie yang ia pesan sejak 1 jam yang lalu pun belum sekali ia sentuh, sehingga coffie yang awalnya hangat kini telah berubah menjadi sama dinginnya seperti udara dalam rungan tersebut. Sejak tadi Venus belum sempat beranjak dari kursinya, hingga di bisa merasakan panas dan bokongnya serasa kebas.
Ah... banyak sekali yang harus di revisi. Venus mulai mengeleluh dalam hati dengan sedikit memajukan bibirnya beberapa senti.
Venus kembali menatap layar komputernya dengan sesekali menggerakan mouse di tangan kanannya, menscrol secara perlahan editannya sambil sesekali meneliti kata kata dilayar. Setelah Venus yakin jika tak ada lagi yang perlu di edit gadis itu segera men save semua datanya sambil mencetak hasil revisiannya untuk diantar ke Mas Rei dan dirinya cukup yakin jika Mas Rei belum keluar dari ruangannya.
Venus melirik cofie yang sudah mulai dingin, dan segera menyesapnya perlahan.keningnya tiba-tiba bererut dalam sembari melirik cup ' Kenapa tidak seperti yang Dirga sering beli ya?' fikirnya sesaat. Namun dia kembali mengangkat bahunya acuh dan kembali menyesap cairan berwarna gelap itu sekali lagi. Venus perlahan meletaka cup di atas meja sembari memutar kepala mencari sosok yang sejak tadi belum juga melintas didepannya sejak tadi..
Venus menumpukan sebelah tangannya di atas meja sambil menopang dagunya sesaat. Fikirannya melayang pada moment beberapa minggu lalu saat dia melihat seseorang yang mengenakan jaket coklat, mirip dengan...
Ah...mungkin hanya mirip, yang punya jaket kayak gitu kan banyak! Venus lalu menepuk nepuk dagunya dengan jari telunjuk berlaga mikir dengan kening yang berkerut keras tak lupa dengan mout bibirnya yang maju. Sesekali gadis menteleng kepalanya kekanan dan kiri, sampai sosok yang baru terlintas di fikirannya berjalan santai sambil menenteng tas punggungnya, berjalan dengan santai seperti akan keluar dari ruangan. Tak lupa hari ini pria tersebut mengenakan sebuah jaket coklat di balik kaos coklatnya, di padu dengaan celana jins dan sepatu sketnya.
Jaketnya...! Teriak Venus dalam fikirannya sendiri begitu jaket yang sempat ia lihat itu di pakai Dirga
Begitu Dirga melintas mulai menjauh dengan cepat Venus segera beranjak dari kursi dan berlari mengejar. Venus kini berdiri tepat di depan Dirga sambil sebelah tangannya merentang dan sebelahnya lagi terulur menunjukan telapak tangannya.
"Stop...Dirga stop stop stop..."Perintah Venus seperti menghentikan sebuah angkot yang melintas di pinggir jalan
Dirga yang melihat otomatis berhenti sambil mengernyit binggung melihat kelakuan Venus hari ini.
"Apa sih Ve? Minggir. Dirga lagi sibuk. Kalo mau donat noh di meja banyak...plus shake coklat favorit kamu..."usir dirga ketus sambil menunjuk dengan dagunya kearah kubikel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty Obsession "Obsession Seris #1"(di Hapus Sebagian Untuk Revisi Ulang)
Misteri / Thrillerketika tolak ukur cantik adalah, lingkar perut, lengan dan paha yang kecil, rambut halus seperti sutra, mata berbinar seperti bintang, alis seperti semut hitam berbaris, hidung mancung, tinggi layak genter, kulit putih seperti terigu, halus seperti...