Diandra meletakan secangkir teh hangat yang baru ia bawa dari dapur di atas meja tamu. Kemudian ia mengambil posisi tepat di samping sang tamu yang tidak biasanya berkunjung ke tempat tinggalnya.
Tidak ada yang aneh sebenarnya jika sang tamu berkunjung pada siang hari, dan malam ini sang tamu tiba-tiba muncul di apatemennya ketika jam di dinding menunjukan angka 9 malam.
Semoga saja sang tamu tidak akan berlama lama berada di tempatnya karena ia tiba tiba merasakan perasaan asing yang sulit untuk di jelaskan.
Jangan berfikir terlalu jauh... bukan perasaan asing seperti perasaan romatis yang sering di jabarkan di novel percintaan, tetapi perasaan asing yang menuju mampu membuat seluruh tubuhnya bergetar ketakutan.
Jika selama ini diandara tidak merasakan apapun karna dirga selalu berada di sampingnya, namun berbeda keadaanya dengan sekarang yang harus duduk berdua di diruangan sempit itu. Hanya ada dia dan diandra.
Dan benar dia adalah Rei. Atasan mereka. Jika selama ini dia tidak perduli maka malan ini lain adanya. Malam ini, di ruangan ini entah bagaimana Dindra bisa mengingat ucapan Dirga tentang cara Rei menatap, sorot mata tajam dan mengawasi. Seperti hewan peredator mengawasi mangsanya.
Tubuhnya tiba-tiba saja berdelik merinding.
"Em...maaf Mas Rei...Ada masalah apa ya...tiba-tiba kerumah saya?" Diandra bertanya perlahan sembari memperbaiki posisi duduknya.
Rei hanya tersenyum singkat sebelum memjawab "Apa ada yang salah jika saya ingin mengunjungi bawahan saya"
"Bukan...bukan seperti itu, saya fikir ada hal penting yang ingin Mas Rei tanyakan pada saya" Diandra menggaruk belakangnya ringan. Dia sedikit gugup
"Hanya sekedar lewat, dan ingin berkunjung..." Rei mulai menyesap minuman sambil memperhatikan diandra yang duduk dengan gelisah "Kenapa...?"
"Tidak..." Diandra menggeleng kepalanya lalu sesekali meremas ujung mampan yang masih dalam pangkuannya. Dia merasa sedikit gugup saat mata Rei mengawasi pergerakannya.
"Sepertinya kamu kurang nyaman jika saya disini..."
"Bukan...bukan seperti itu Has...hanya saja..."ucap diandra menggantung, sebelum kembali melanjutkan ucapannya. Dia berusaha memilih kata-kata tepat sebelum kembali membuka suaranya. "Em...mas kan tau, ini Indonesia Mas, bukan seperti di luar, saya hanya tidak mau terlibat gosip yang tidak benar.."
Rei mengangguk kepala berusaha memahami "kamu benar..."
Pria itu lalu melirik jam di pergelangan tanggannya yang telah menunjukan angka hampir 10 malam " Baiklah kalau begitu, saya permisi "
Rei mulai beranjak berdiri dan mulai melangkah, sedang Diandra hanya mengikuti dari belakang. Ada sedikit kelegaan saat Rei mengajukan untuk segera meninggalkan rumah yang ia tempati, namun langkah itu tiba-tiba berhenti diikuti dengan tubuh Rei yang berbalik
"Ah... Sampai lupa. Hati hati jika kau di rumah sendiri, pastikan semua terkunci rapat, jangan sampai karna keteledoranmu, ada seseorang yang masuk..."peringat Rei sebelum menghilang dari pandangan diandra
Seharusnya peringatan itu terdengar biasa bagi setiap orang, namun tidak bagi Dindra. Gadis merasakan itu bukan peringatan biasa, bukan nada khawatir, tapi ada sesuatu pesan tersembunyi di dalam kata-kata itu seolah berkata, jika kau tak hati hati, aku akan dengan mudah masuk kedalam rumahmu.
Diandra mulai merasakan perasaan ngeri di dalam hatinya. Ah...itu pasti karena dia terpengaruh dengan ucapan Dirga, bukan hal yang perlu dia khawatirkan.
*****
Diandra tidur dalam posisi menyamping, selimut menutupi tubuhnya hingga leher, lampu kamarnya telah mati dan hanya pantulan dari lampu di luar kamar yang menyinari kamar itu, detak jam dinding terdengar cukup nyaring di tengah heningnya malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty Obsession "Obsession Seris #1"(di Hapus Sebagian Untuk Revisi Ulang)
Misterio / Suspensoketika tolak ukur cantik adalah, lingkar perut, lengan dan paha yang kecil, rambut halus seperti sutra, mata berbinar seperti bintang, alis seperti semut hitam berbaris, hidung mancung, tinggi layak genter, kulit putih seperti terigu, halus seperti...