Makasih sebelumnya untuk para readers yang mau menyempatkan baca story gak mutu saya ini...gumao...arigato...
*****
Hal pertama yang Dirga lihat hanyalah ruang gelap, dengan udara dingin menusuk kulit. Kakinya melangkah tidak pasti dengan fikiran sedikit bingung. Bagaimana bisa dia sampai di tempat seperti ini? Bukankah seharusnya dia di-. Matanya mulai meneliti menyapu seluruh tempat yang bisa ia pandang. Dia tidak bisa melihat apapun.
Tak ada cahaya yang berhasil menerobos masuk atau suara yang terdengar. Bahkan begitu sepinya sampai ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Perlahan Dirga melangkah berusaha membiasakan matanya melihat dalam kegelapan. Langkah dirga langsung terhenti saat mendengar samar samar suara perempuan, seperti merintih, menangis.
Tubuhnya langsung meremang ada rasa tidak nyaman mulai terasa, detak jantungnya dengan statis mulai naik. Gerak napasnya mulai tak beraturan, rasanya benar benar tidak menyenangkan. Seperti perutnya diremas atau dadanya di himpit. Ia menarik napas dan mengeluarkan perlahan dari mulut mencoba menenangkan berdebar jantung yang terus berpacu. Setelahnya Dirga menunduk menutup mata sebelum beranjak mencari arah suara rintihan wanita itu.
Awalnya ia hanya berjalan perlahan hati-hati sebelum langkahnya berubah menjadi berlari saat mendengat suara rintihan itu makin terdengar nyaring.
Dia terus memacu langkahnya dalam ruang yang serasa semakin luas, panjang dan lebar, sesekali dia mencoba mutar tubun. Rasanya lorong dan jalan yang ia lalui serasa semakin panjang dan lebar. Dirga mulai menebak arah datangnya suara rintihan.
Satu suara, dua suara, tiga suara dan terus bertambah, hingga rasanya ruangan itu di penuhi oleh suara teriakan teriakan wanita. Suara terdengar pilu dan sarat akan permohonan, hingga telinganya terasa sangat sakit mendengar dan dia hanya mampu menutup telinga dan mata tertutup rapat.
Dirga semakin menekan telinga kuat hingga harus sampai berlutut, ia semakin membungkukkan tubuhnya dan makin menekan telinganya saat suara itu semakin menghatam telinga. Sakit, berdenyut bahkan kepalanya seakan ingin meledak, mendengar suara rintihan silih berganti.
Urat urat disekitar pelipis dan lehernya semakin menonjol, saat Dirga terlalu kuat menekan telinga dan memejam matanya, mulutnya mengatub rapat, seakan berusaha meredam rasa sakit di kepalanya.
Suasana tiba tiba hening. Tidak ada suara, tidak jeritan, tidak ada rintihan, seolah olah suara tadi hanyalah ilusi sesaat. Namun udara di sekiar masih saja terasa teramat dingin. Dirga perlahan menurunkan tangannya, dan mulai membuka matanya.
Dan hal aneh selanjutnya adalah dia berada di ruangan berbeda. Ruangan itu seperti gudang, dengan cahaya lampu menyorot seluruh sudud.
Di depannya berdiri sebuah papan berisi gambar yang sulit ia lihat secara jelas. Tak jauh ada ranjang yang berisi seseorang dengan posisi terikat tangan kaki dan lehernya. Dirga mencoba jalan mendekat, namun langkahnya langsung terhenti seolah tertahan sesuatu. Dirga masih diam sambil mengedarkan pandangannya.
Kali ini matanya menangkap beberapa benda tak lazim bergantungan seperti kampak, pisau daging, gergaji mesin dan entah apalagi tergeletak diatas meja. Selain itu ada beberapa tambahn lain seperti beberapa peralatan oprasi, pisau bedah gunting dan...Apa ini?Dimana Dia sekarang?
Sebuah suara rintihan berhasil menglihkan pandangannya yang sejak tadi meneliti. Matanya sedikit dia picingkan untuk memperjelas pandangannya. Dia seorang wanita. Seorang wanita yang terikat dan meronta ronta hanya untuk sedikit melonggarkan ikatannya. Wajahnya terasa tidak asing, wajah itu terlihat lebih kurus dari terakhir dia lihat. Dirga perlahan memejamkan matanya. Mencoba mengingat wajah wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty Obsession "Obsession Seris #1"(di Hapus Sebagian Untuk Revisi Ulang)
Mystery / Thrillerketika tolak ukur cantik adalah, lingkar perut, lengan dan paha yang kecil, rambut halus seperti sutra, mata berbinar seperti bintang, alis seperti semut hitam berbaris, hidung mancung, tinggi layak genter, kulit putih seperti terigu, halus seperti...