Aku selalu tiba-tiba punya penyakit jantung setiap kali deket sama kamu. Berdegup terlalu kencang lah, bahkan seperti tiba-tiba berhenti berdetak.
Aland Alano Navvare.
***
"Gimana? Lo udah nyari tau di mana rumahnya Sheila?" tanya Izhar dengan posisi tidur menyamping, memerhatikan adiknya yang fokus mengerjakan tugas di meja belajar.
Mereka sedang berada di kamar Irene yang kini acak-acakan karena ulah Izhar, dia memang sangat senang membuat kekacauan di kamar adiknya itu. Mulai dari melempar bantal sembarangan, melempar satu persatu isi tempat pensil Irene ke lantai, hingga menjungkirbalikkan kursi.
Kelakuan Izhar memang absurd, tetapi Irene sudah biasa dengan itu. Sehingga jika Izhar berulah, dia sudah bersiap-siap untuk memukul kakaknya itu dengan pentungan pos ronda di sekitar rumah.
"Belum," jawab Irene dengan nada seakan tidak peduli.
"Buruan cari." Irene mendelik ketika Izhar melempar bantal tepat ke kepalanya. Menyebalkan.
Ia bangkit, mengambil guling-guling dan memukul-mukul Izhar dengan sadis. Ia sudah cukup pusing dengan rumus ekonomi yang rumitnya seperti memahami cewek PMS, ditambah kelakuan Izhar membuat kepalanya seakan ingin meledak.
"Cari sendiri, bego!" Irene masih memukul-mukul Izhar tanpa henti. Cowok itu tertawa, tetapi mengaduh ketika Irene memukul mukanya dengan keras.
"Aduh! Berhenti woy!"
"Makanya jangan bikin gue kesel!" ketus Irene setelah menyelipkan anak rambut di telinga.
"Makanya kalo Abang minta tolong ya dilaksanain."
Irene berdecak. "Makanya kalo punya adek itu jangan dijadiin babu, cari aja sendiri!"
"Kalo bisa, gue udah lakuin itu dari dulu kali. Gue harus nanya ke siapa? Ke staf TU? Ngikutin dia setiap pulang sekolah gitu? Nggak deh, pacarnya kayak anjing galak."
"Bodo amat mau nyari rumah Sheila pake ngikutin dia kek, pasang radar kek. Gue nggak peduli!"
Irene duduk dan kembali menekuni tugas ekonomi yang sempat ia tunda. Seharusnya, tugas itu hanya menggunakan waktu seperlunya saja. Tapi kebanyakan tugas yang diberikan guru malah membutuhkan segenap jiwa raga dan harta para siswa.
"Katanya lo suka sama Aland, tapi gue lagi usaha gebet ceweknya lo malah males-malesan. Nggak niat amat."
Irene mengembuskan napas, mengetuk-ngetuk pensilnya ke meja kayu dengan kening mengkerut dalam. "Gini ya, gue jadi ngerasa jahat banget mau hancurin hubungan orang lain."
Mendengar itu, Izhar malah mengibaskan tangan dengan sikap tidak peduli. Baginya, itu masih dalam tahap yang wajar saja, karena Sheila dan cowok itu masih berpacaran dan bukannya telah menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sheiland (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[TELAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA] 'Tentang lara yang lebur dalam tawa.' Bagi Sheila, menyukai Aland adalah sesuatu yang mudah. Kakak kelasnya itu populer dan tampan. Namun, menyukai Aland tentu membutuhkan tenaga ekstra...