Samudra memijit pangkal hidungnya karena merasa pusing akan suatu hal, penyebabnya tak lain adalah seorang remaja yang kini duduk santai di hadapannya sembari cengar-cengir dengan mata yang tak lepas dari ponselnya.
"Aland." Aland mendongak dengan alis naik sebelah. "What's wrong dad?"
"Bisa simpan ponsel kamu sebentar?" Samudra melonggarkan dasi yang seolah mencekik lehernya kuat.
"Kalo ayah ngomong dengerin bego, malah main hp. Otak lo disimpen di bagasi mobil ya?" celetuk Arkan mengejek.
Samudra menoleh dengan cepat. "Arkan."
"Hehe, sorry dad." Arkan tersenyum mengejek ke arah Aland lalu berlalu ke dapur untuk mengambil minuman.
Samudra dan Aland sendiri sedang berada di ruang tengah, hendak membicarakan yang menurut Samudra penting. Tetapi bagi Aland justru sebaliknya.
"Kamu tahu apa yang kamu lakuin ke Pak Sofyan itu tidak baik?" Aland malah tersenyum lebar. "Tau."
"Terus kenapa kamu ngelakuin itu?"
"Iseng."
"Aland, kenapa kamu ngelakuin hal-hal nakal kayak gini?"
"Aku nggak nakal Yah, Pak Sofyan aja yang lebay."
"Ngeganti air di vas bunga dengan pembersih toilet itu bukan perbuatan baik Aland." Samudra mendesah, di saat-saat seperti inilah ia merasa lebih lelah daripada menghadapi setumpuk dokumen. Kini ia mengerti bagaimana lelahnya Lalisa dalam mengurusi anak kembar tak identik mereka yang saling bertolak belakang.
"Soalnya dia suka ngeluh kelas bau, ya diganti aja airnya."
"Tapi nggak pake itu juga, bahkan isi vas bunga itu kamu tumpahin. Aland, kamu ini kenapa?"
"Kayak ayah kelakuannya baik aja pas SMA."
Samudra mengernyitkan dahinya. "Maksud kamu?"
"Mom bilang kelakuan ayah juga nggak bener pas SMA. Jadi ya kalo aku nakal ... ayah juga yang salah."
Samudra memejamkan matanya, sabar, sabar.
"Nggak sopan lo." Arkan yang sudah kembali dari dapur dengan sebotol air dingin menjitak kepala Aland keras.
"Arkan kampret!" Aland bangkit dan membalas apa yang dilakukan kembarannya.
"Nggak kena jerk Alano!"
"Diem lu banci!"
"Aland! Arkan!" Aland dan Arkan kompak menoleh ke arah ayah mereka, sempat tersenyum maaf sebelum Arkan berlari ke lantai atas dan diikuti Aland yang mengejarnya.
Samudra sendiri hanya bisa mengusap wajahnya pelan. Di mana Lalisa di saat seperti ini?
***
A/n : hoho ini adalah sequel pertama dari My Possessive Bad Boy alias kisah Samudra-Lalisa, yaitu salah satu dari anak kembar tidak identik mereka, Aland Alano Navvare.
Mungkin ada yang bingung karena ending di Wattpad nya ekhemm...
Jadi, sequel ini ngikutin versi novelnya.Penasaran? Beli novelnya nanti yak wkwk
Ini sekilas tentang Aland, selanjutnya sekilas tentang Sheila. So, lanjutkan membaca:)
Btw cerita Arkan akan dipublish secepatnya.*Jangan protes saya on going banyak cerita, sukanya begini, nyibukin diri.
Salam, dari Samudra yang lagi pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sheiland (SUDAH TERBIT)
Novela Juvenil[TELAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA] 'Tentang lara yang lebur dalam tawa.' Bagi Sheila, menyukai Aland adalah sesuatu yang mudah. Kakak kelasnya itu populer dan tampan. Namun, menyukai Aland tentu membutuhkan tenaga ekstra...