Hari-hari sebelum pelelangan banyak dilalui oleh Rose dengan berlatih bersama Sasaki. Sasaki berpikir kalau Rose akan membutuhkannya nanti, walau sebenarnya Rose sendiri sudah cukup kuat tanpa latihan sekalipun.
'Tak apalah, sekalian aku berlatih dengan senjata baruku.' Pikir Rose sembari mencoba menghadang serangan Sasaki dengan quinque miliknya.
Rose terlihat kwalahan, bahkan beberapa kali terkena serangan dari Sasaki lantaran tidak berhasil membloknya. Sepertinya senjata barunya itu tak mau diajak bekerja sama.
"Mungkin sebaiknya sampai disini saja latihannya." Ucap Sasaki membuat Rose seketikah bernafas lega, bukan karena capek tapi dia ada janji hari ini mau menjemput anaknya. Dia yakin kalau Tsuna sudah menunggu sekarang.
"Kalau begitu aku pulang dulu ya Sasaki-san." Ucap Rose mengambil tas yang tergeletak tak jauh darinya.
"Huh apa mau aku antar?."
"Tidak perlu, lagian aku bawa mobil sendiri kok."
"Baiklah, hati-hati dijalan." Ucap Sasaki tersenyum sambil melambaikan tangannya yang dibalas senyuman juga oleh Rose.
Rose pun pergi menuju sekolah Tsuna. Ternyata benar dugaan Rose kalau Tsuna sudah menunggunya bersama seorang wanita paruh baya yang Rose yakini merupakan guru Tsuna.
Tsuna yang melihat kedatangan ibunya segera berlari dan memeluk Rose."Okaa-sama lama." Omel Tsuna menggembungkan pipinya kesal.
"Hehehe maafkan okaa-sama, soalnya ada urusan yang harus okaa-sama kerjakan, bagaimana kalau sebagai gantinya okaa-sama ajak ke mall, sekalian kita makan malam diluar." Usul Rose yang di jawab anggukan antusias oleh Tsuna.
"Tentu saja, Tsuna mau."
Setelah berpamitan dengan guru Tsuna, mereka berdua pergi menuju mall, mengajak anaknya sendiri jalan-jalan tak masalah kan. Ya mungkin itu yang pertama kali Rose pikirkan, sampai mereka melihat betapa padatnya mall itu, bahkan jauh lebih padat dari biasanya. Entah kenapa banyak sekali pasangan muda-mudi disini.
'Aku lupa kalau hari ini kan malam minggu, pastinya banyak pasangan berkeliaran, sepertinya aku salah memilih hari.' Batin Rose nelangsa, masalahnya dia tak punya pasangan dan melihat pasangan wara-wiri didepannya membuat dirinya ingin sekali membekukan mereka semua.
Tapi sayangnya itu tidak di perbolehkan.
"Tsuchan jangan jauh-jauh dari...loh Tsuchan." Baru saja Rose berkata supaya tidak jauh darinya, Tsuna sudah menghilang tanpa jejak.
Rose mencoba mencari hawa keberadaannya, tapi entah kenapa tak terlalu terdeteksi. Mencium dari wangi tubuhnya pun percuma, karena wanginya tertutup oleh wangi dari parfum yang dipakai oleh para pengunjung.
'Sial, aku harus segera mencarinya.'
Sementara itu anak yang dicari kini telah memandangi toko permen yang terletak tak jauh dari keramaian. Matanya menelusuri tiap permen yang terpajang disana dengan wajah lapar tanpa tau kalau sang ibu sedang mencarinya.
"Okaa-sama aku ingin permen itu." Ucapnya mencoba meraba bagian belakangnya, berharap bisa memegang jaket yang dipakai ibunya, tapi hasilnya nihil karena dia tak merasakan apapun.
Menolehkan kepalanya, Tsuna pun sadar kalau ibunya sudah tak ada.
"Okaa-sama...OKAA-SAMA." Teriak Tsuna mencari ibunya, tapi tak ada siapapun yang menjawab.
Air matanya pun mengalir tanda dirinya mulai ketakutan. Dia tak tau harus kemana sementara tempat ini begitu luas.
"Hiks...okaa-sama-huh." Saat itulah dia mencium wangi yang sangat dia kenal tak jauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire X Ghoul III/Re
FanfictionSetelah peperangan itu, Rose memutuskan untuk pergi ke Inggris tempat kelahirannya bersama adiknya. Dia pun melahirkan seorang anak laki-laki setengah Ghoul dan Vampire yang mirip seperti Kaneki saat dirinya masih kecil. Dua tahun kemudian Rose kem...