[3] Perpisahan²

9.9K 364 2
                                    

Dengan perlahan hadiah yang hanya di masukkan kedalam map berwarna coklat itu dibuka. Seketika Nida langsung terlihat terkejut.

"Eh lo kenapa kaget gitu? emang isinya apa sih?" tanya ku keheranan. Kok habis lihat hadiah wajahnya bukannya senang malah shock.

"Aku dapat beasiswa mah ke Jepang!" ujar Nida ke mamahnya.

"Iya??? beneran?? Alhamdulillaah yaAllah... coba mamah lihat" kata mamahnya dan langsung mengambil kertas dari tangan Nida.

"Bagaimana Nid, keputusan ada di tangan kamu. Apakah kamu mau menerima beasiswa ini atau tidak? mamah tidak akan memaksa kamu" lanjut mamahnya.

Tampak airmata mengalir di pipinya Nida yang mulus. Aku tahu apa yang ia rasakan. Karena aku juga mendapatkan hadiah yang sama. Bundaku juga bertanya,

"Nindy? bagaimana, kamu mendapatkan hadiah yang sama kan? apakah kamu mau mengambil beasiswa itu? bundapun sama seperti mamah Nida, tidak akan memaksamu" pertanyaan yang mudah tapi sulit untuk di jawab.

Berat rasannya untuk memilih, melanjutkan pendidikanku ke Jepang yang aku dambakan, tapi meninggalkan bunda ku yang sudah memasuki usia dewasa tua seorang diri. Atau tidak mengambil beasiswa ini, dan tetap disini menemani bunda ku tersayang.

Aku yakin Nida pun bimbang sama sepertiku. Tetapi, walaupun ia pergi ke Jepang, mamahnya tidak sendirian, karena ia masih memiliki seorang ayah. Tapi ia tau, ayahnya saja tidak datang ke acara perpisahannya karena terlalu sibuk bekerja.

"Biarkan kami memutuskannya esok hari mah, bun" kataku sambil menenangkan diri, dan mencoba mengambil keputusan yang terbaik.

🍃🍃🍃

Tibalah waktu untuk memutuskan. Setelah melaksanakan Shalat Istikharah tadi malam. Inilah yang ia takutkan. Nindy merasa belum terlalu bijak dalam mengambil keputusan. Tapi ia berharap semoga keputusannya ini yang terbaik. Dimata bunda dan dimata Allah swt. Ia langsung keluar dari kamar dan menghampiri bunda.

"Bagaimana sayang? kamu sudah memiliki keputusan yang tepat?" tanya bunda dengan lembut.

"Hm... tapi bunda jangan marah ya dengan keputusan Nindy" Ujarnya.

"Anak bunda sudah besar kok. Pasti pilihannya adalah yang terbaik" kata bunda sambil mengelus kepala Nindy.

"Oke, aku udah punya keputusan. Aku tidak mau mengambil beasiswa ini. Aku tidak mau meninggalkan bunda sendirian. Aku mau menemani bunda selamanya. Aku gamau menyesal dan ambil resiko kalo aku kuliah di Jepang nanti bunda kenapa napa, kan gak ada yang temani bunda disini."

Bunda tersenyum dan langsung memeluk Nindy, dalam pelukannya Nindy menangis.

"Baiklah kalau memang itu keputusan Nindy. Bunda menghargainya, alasanmu sungguh mulia nak, Dan bunda senang mendenganya" Kata bunda sambil mengelus kepala Nindy lagi.

"Alhamdulillaah, bunda setuju dengan keputusanku, terimakasih yaAllah. Semoga ini jalan yang terbaik dariMu"
ujarnya dalam hati.

🍃🍃🍃

Nida POV

"Aku sangat bingung untuk mengambil keputusan apa. Aku rasa kalo Nindy ga diambil beasiswanya. Soalnya kan dia gamungkin ninggalin bunda nya sendirian.

Tapi, melanjutkan pendidikan ke Jepang itu memang cita citaku dari awal masuk SMK. Dilain sisi, aku gamau berpisah dan berada jauh dari mamah dan Nindy. "YaAllah bantulah aku" Nida terus berbicara sendiri didalam kamarnya.

"Nida? sarapan yuk bareng mamah dan ayah. Kita tunggu di ruangmakan yaaa... Buruan. Jangan lupa keputusannya ya" kata mamah ku.

"Iya mah" jawabku.

Takdir & CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang