Part 5 - Consideration (2)

2.3K 79 1
                                    

Halo, afiraa kembali. Maaf baru bisa update. Lagi sibuk banget sama kuliah T_T

Sebenernya aku lagi banyak banget dapat ide untuk cerita ini, thanks untuk dosen dosenku tercinta yang banyak cerita tentang perusahaan mereka. Jadi aku dapat banyak ide untuk kelanjutan cerita ini. Hehehe

Ini dia lanjutan dari MPMA

semoga suka yaaaaa, jangan lupa vote + commentnya

Terimakasiiih

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Adriana terdiam. Bukan karena jawaban William, namun karena wajah pria itu, karena tawa pria itu lebih tepatnya. William yang kemudian sadar sudah lepas kendali, akhirnya memasang kembali wajah datarnya. "Kau tampan," ungkap Adriana tiba-tiba.

William mengangkat sebelah alisnya. "Aku memang tampan," jawabnya acuh.

"Tidak, bukan itu. Maksudku, saat kau tertawa." William menatap Adriana dengan sorot aneh, lalu dengan cepat tatapan itu berganti dengan dingin dan menusuk. "Lupakan saja," ujar William cepat seraya bangkit dari atas tubuh Adriana.

Mereka berdua kemudian duduk di atas kasur dalam keheningan. William menatap lurus kedepan dengan pandangan dingin, sedangkan Adriana sesekali melirik William lewat sudut matanya.

"Kau sudah memutuskannya?"

"Aku-"

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Aku belum memutuskan. Bukankah aku memiliki waktu satu minggu untung memutuskan?" Adriana menjawab santai.

William mengalihkan tatapannya pada Adriana, "Kau sudah membaca kontraknya?" tanya William kembali. Adriana mengangguk samar. Ia menghela napasnya kemudian menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal, "Sebenarnya sampai sekarang aku tidak mengerti mengapa kau memberikanku kontrak itu. Jujur saja William, kau tampan, kau juga kaya, aku yakin sekali banyak wanita di luar sana yang mengantri agar bisa bersamamu, atau setidaknya tidur di tempat tidurmu. Kau bisa memilih salah satu dari mereka, mengajak mereka berkencan, bahkan menikahi mereka sekalipun. Aku yakin mereka tidak akan keberatan dengan hal itu."

Adriana bergetar di bawah tatapan yang William layangkan padanya, "Pertama, aku membutuhkan seorang wanita baik-baik untuk menjaga citraku dan perusahaanku. Kedua, aku tidak berkencan dengan sembarang wanita, Adriana. Ketiga, aku menginginkanmu sejak pertama kali aku melihatmu. Keempat, aku tidak suka penolakan."

Adriana menelan salivanya dengan gugup. Ia menggelengkan kepalanya sedikit untuk menjernihkan pikirannya kembali. Tatapan intimidasi William sangat mengganggunya, ia benar-benar tidak menyukai fakta bahwa tubuhnya selalu bereaksi akibat pria menyebalkan itu.

Adriana berdeham, "Pertama, darimana kau tau kalau aku adalah wanita baik-baik? Bisa saja aku ini penipu atau apa. Kedua, pada dasarnya, kita tidak saling mengenal jadi aku bisa mengartikan bahwa aku termasuk dalam kategori sembarang wanita bagimu. Ketiga, kau aneh. Keempat, kau sangat egois, kau tau itu?" balas Adriana sebal.

William menyerengai mendengar balasan Adriana terhadap pernyataannya tadi. "Sangat bagus, Adriana. Kau memang berbeda." Puji William tiba-tiba. Adriana mendengus, ia sama sekali tidak merasa tersanjung mendengar pujian Willian yang aneh.

"Well, aku akan menjawab pertanyaanmu itu baby. Aku tau kau wanita baik-baik, tentu saja, itu karena aku sudah menyelidikimu. Lalu, karena aku sudah menyelidikimu, artinya aku sudah mengenalmu. Asal kau tau, Adriana, kau adalah satu-satunya wanita yang berani mengataiku aneh apalagi egois. Kau memang berbeda. Disaat seluruh wanita lain memuja-mujaku bagaikan dewa, kau malah melakukan yang sebaliknya," puji William kembali.

My Protective Mr. ArogantWhere stories live. Discover now