Part 9 - Decision (2)

3.2K 91 35
                                    

Hallooo, kembali lagi dengan afiraa yang imut imut mwehehehe. Niih, ku kasih updateannya. Maaf ya, aku ga bisa sering-sering update. Karena aku banyak kegiatan. Kayak 2 minggu ini aku lagi sibuk-sibuknya panitia acara, jadi ga bsa update. Bentar lagi juga udh UAS. Jadi mohon pengertiannya.
Selamat membaca. Jangan lupa tekan ★ vote dulu yaa ,lalu komen 😝. Makasiih.

--------------------------------------------------------------

Adriana merengut. Keheningan kamarnya sama sekali tidak membantu mengurangi rasa galaunya. Sebenarnya, bukan mengurangi, suasana kamarnya yang temaram itu malah memperburuk suasana hatinya.

Ia kemudian menghela napasnya dengan berat.

Apa sih tujuan pria itu sebenarnya? Aku yakin alasan yang dia berikan tidak sepenuhnya benar. Memilikiku? Yang benar saja! Aku tidak sebodoh itu untuk mempercayainya.

But.. He's not that bad i guess.

Geezzz, apa sih yang sebenarnya ku pikirkan! Adriana, sadarlah! Dia itu pria buaya yang dengan sialnya di pertemukan denganmu.

Adriana kemudian memandang map perjanjiannya yang tadi di berikan 'lagi' oleh William.

Dengan tidak yakin, ia kembali membaca ulang perjanjian itu. Satu persatu kata ia baca, kemudian ia resapi. Gadis itu kemudian terdiam, lalu menyeringai.

"Mwehehehehe. Mati kau buaya jelek." Kikiknya senang.

"Siapa buaya jelek?" Tanya William dari depan pintu yang terbuka. "Sejak kapan kau di situ?!" Teriak Adriana histeris.

Mati aku, pasti dia mendengarku!

William mengernyit.

"Hentikan." Ujarnya tiba-tiba. Adriana menegang, "Hen-hentikan a-pa?" Tanyanya tersendat.

"Menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan lain. Itu menyebalkan, kau tau?"

Adriana melongo. Dalam hati ia menyesal karena sudah khawatir pria itu tau apa yang ia pikirkan.

"Kau yang menyebalkan. Pergi sana! Keluar dari kamarku!" Bentak Adriana ,mendadak merasa kesal.

Gadis itu kemudian bangkit berdiri dengan kaki menghentak, berjalan ke arah William dengan kesal, lalu mendorong pria itu lebih jauh dari pintu kamarnya, kemudian...

Brak!!!

Ia nenutup pintu itu dengan kekesalan yang tak terbendung. Di luar, William terpaku. Ia merasa takjub dengan perlakuan Adriana.

Pria itu kemudian tertawa. "Menarik. Sangat menarik."

"Aaaaaaarrrrggghhhhhh!!!!! COWO BRENGSEEEKK!!!! AWAS KAU!!!" Teriak Adriana dari dalam kamar, otomatis membuat William memperbesar tawanya.

Setelah dirasa kalau William sudah pergi dari depan kamarnya, Adriana kembali duduk di tempat tidurnya. Masih dengan keadaan kesal, gadis itu menatap map perjanjiannya lagi.

"Ini semua gara-gara kau!" Tuding gadis itu.

Hening

"Aaaahhhh!! Lelaki itu benar-benar! Menyebalkan sekali!!!" Geramnya lagi.

Tangannya mengambil map perjanjian itu, meremas-remas map tersebut sampai tak terbentuk, sambil giginya bergemeletuk menahan emosi.

"Awas saja!!"

Adriana mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Nah, jadi apa yang harus kulakukan padamu?" Ia bergumam sambil menatap map perjanjiannya yang sudah tidak berbentuk.

My Protective Mr. ArogantWhere stories live. Discover now