Part 1

348 28 6
                                    

Kesepian, satu kata yang bisa Aku deskripsikan saat ini. Oh ya! Aku ingin sedikit bercerita tentang mereka yang setiap hari selalu mengisi hariku. Entah mengapa rasanya sehari tak melihat mereka saja terasa kesepian. Ya seperti ku saat ini.

Saat ini aku sedang berjalan menuju sekolah ditemani oleh mereka pastinya. Rumahku kebetulan dekat dengan sekolah. Pagi-pagi jam 05.30 aku sudah berangkat. Pasti kalian bertanya untuk apa aku datang pagi- pagi​ seperti ini? Hari ini, aku harus menjalankan piket sekolah yang berlaku. Rajin memang. Dikelasku sebenarnya tidak ada yang rajin piket kelas, hanya aku saja setiap hari piket sendiri. Tapi aku tidak keberatan juga, terkadang mereka suka memandang membersihkan kelas pada saat itu, seakan akan dia ingin diajak berkomunikasi. Orang-orang  memandangku sebelah mata karena  selalu berbicara sendiri saat kelas sepi. Bahkan orang menyangka aku ini seperti orang gila. Toh tidak apa, aku juga bukan tipe orang yang suka dikritik malah menjadi patah semangat, aku kuat:) . Bullyan yang setiap hari ku dapatkan, mendapat bully an baik itu fisik dan non fisik. Mau tidak mau harus menerima, bukanku berarti aku takut, aku hanya tidak ingin merepotkan orang lain karena aku bisa kapan saja melawan mereka, tapi aku bukan orang seperti itu.

"pagi" sapanya begitu ku di depan gerbang sekolah. Ia melambai lambaikan tangannya kearah ku. Tentu saja aku juga membalas sembari tersenyum tipis.

"Pagi juga Ririn. Hehehe." Ku sapa balik dia. Ia Ririn, hantu penghuni gerbang sekolah yang sudah menempati sekolah ini, jauh sebelum sekolah ini dibangun. Dia terbunuh pada saat masa penjajahan jepang.  Dahulu, ia tinggal disini dan ini adalah rumah nya. Ia seumuran juga denganku. Tapi naas, ia meninggal karena ditembak oleh para penjajah lalu  dibuang ke hutan. Itu sedikit cerita yang aku dapat darinya.

Walaupun ku mengenal ia 2 tahun yang lalu. Menurutku dia adalah hantu teramah yang pernah kulihat. Murah senyum dan lain lainnya. Mungkin kalau saat ini ia masih bernyawa, mungkin ia akan banyak disukai oleh orang orang. Setelah menyapa Ririn, aku lanjutkan ke dalam koridor kelas 10 dan tak lupa juga aku menyapa Pak Asep satpam sekolah ini yang sudah datang pagi pagi juga.

"Pagi Pak." ku sapa Pak Asep.

"Pagi neng, rajin banget datangnya pagi pagi ya setiap hari. Hehehe." ucap Pak Asep.

Aku hanya tersenyum sekali kali tertawa "Iya pak." Pak Asep ini sebenarnya orang yang humoris disaat saat tertentu. Menurut murid murid disini  katanya Pak Asep itu galak, tetapi menurut ku tidak. Biasa saja. Kan namanya juga pemikiran orang, pasti berbeda beda kan? Aku dekat dengan Pak Asep, Pak Asep ini sudah ku anggap seperti ayahku juga kok.

Berjalan dikoridor sendirian adalah hal biasa setiap pagiku. Aku melihat mereka, mereka sedang berlari larian disana. Aku hanya tersenyum, sekali kali boleh lah tak menyapa sedikit pun mereka. Hehehe.

Sebenernya disekolah ini aku mempunyai sahabat yang bernama Siti, dia ramah sekali dan aneh nya aku tak tahu mengapa ada orang yang ingin bersahabat juga denganku? Tetapi Siti beda, ia malah ingin selalu bersamaku dan memintaku agar menjadi sahabatnya. Menurut nya aku ini unik. Sebenarnya saat itu aku ingin sekali ngakak mendengar jawabannya itu. Aku unik? Entahlah. Yang pasti aku senang ada orang yang ingin menjadi sahabatku.

Disana, Siti sedang mengangkati bangku juga. Hari ini memang jadwal ku piket. Tapi mengapa Siti juga sering datang rajin pagi pagi? Katanya biar meringankanku agar tidak berat dalam piket karena ku selalu piket sendiri. Tapi lama lama, ia selalu piket juga setiap hari denganku. Hahaha

"Pagi Siti, tumben kamu dateng pagi pagi juga." ucapku pada Siti sambil terkekeh.

"Iya pagi juga. Loe mah kayak gak tau gue aja Ca. Hehe." ucap Siti terkekeh juga. Terkadang hal yang begitu sederhana seperti ku saat ini membuat kita tersenyum dan tertawa. Sepertiku dan Siti saat ini.

Sesudahku piket kelas, tentu saja semua murid yang lainnya datang. Ramai. Ya ramai, aku dan Siti memang duduk sebangku. Bukannya berarti Siti tidak mempunyai teman, ia punya teman juga. Bahkan aku sekarang selalu berkumpul dengan Siti dan teman temannya. Mereka ramah ramah. Ku duduk di paling depan. Entah mengapa tatapanku tertuju diluar sana, disana seperti ada yang menatapku tetapi siapa? Sepertinya ku harus kedepan kelas untuk memastikan.

"Siti sebentar ya, aku mau keluar dulu." ucapku pada Siti yang sedang asik menulis contekan dan aku menatapnya sambil terkekeh. Siti hanya tersenyum.

"Hehehe." kekeh Siti sambil lanjut menuliskan contekan.

Di depan koridor kelasku ternyata sepi. Perasaan tadi ramai? Tapi pada kemana? Aku melanjutkan langkahku ke ujung koridor. Disana aku melihat seorang laki laki yang sepertinya habis bermain basket sedang berdiri dan mentatap kedepan dengan pandangan kosong. Aku melangkah untuk mendatanginya. Tetapi ia langsung saja hilang entah kemana. Aku pun tak tahu.

"Hei, kamu siapa?" teriakku di koridor ini. Aku berlari. Entah tujuan ingin kemana.

Berlari lari, entah bawaanku saat ini ingin berlari kencang. Ririn melihatku keluar dari gerbang karena memang entah kenapa langkah kakiku ingin keluar sekolah ini. Ririn mengejarku. Dan ia minta agarku berhenti berlari.

"Stop Ca, kamu mau kemana?" tanya Ririn.

Entah juga dari dorongan mana aku berhenti dan menatap Ririn sekilas karena ku membelakanginya.

"Kamu ingin mengejar siapa Ca?" tanya Ririn padaku. Aku bingung ingin menjawab apa.

"Tadi aku melihat sesuatu Rin, sepertinya ia memintaku untuk mengikutinya.

"Yasudah, kamu masuk kelas saja. Biar aku nanti yang uruskan." ucap Ririn final.

Aku kembali menuju kelas, untung saja gerbang sekolah belum ditutup. Aku melangkah menuju kelas, tetapi kelas sudah ramai. Aku tak suka keramaian. Bagaimana ini? Aku memberani kan diri untuk masuk ke kelas dan mengambaikan tatapan tak suka dari murid murid sini.

"Permisi." ucapku. Kelas menjadi hening, saat ini ku di tatap, aku harus bagaimana? Tetapi diujung bangku tepatnya dibelakang. Aku melihat anak kecil dengan muka yang yang tak bisa ku deskripsi kan saat ini. Muka ia ancur dan... Tak bisa ku deskripsi kan. Ia tersenyum padaku. Aku langsung menuju tempat dudukku. Aku duduk manis disini. Tetapi anak kecil itu masih saja memerhatikanku.

Jangan lupa vote ya🌟🌟

You Can See Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang