Part 6

177 16 0
                                    

Hari Minggu adalah hari termager bagiku. Akhir pekan ini aku hanya ditemani oleh Nek Sum (yang suka membantu bunda dalam mengurus cathering) saja rasanya kesepian. Mungkin dengan menelpon Siti mungkin akan membunuh kebosananku. Oh tidak! Ini kan hari Minggu, apalagi sekarang masih jam 5 pagi. Apa Siti sudah bangun? Ia juga pernah bilang kepadaku bahwa setiap hari libur dia akan bangun siang siang ckck

"Aku harus apa?" Aku bermonolog. "Masa aku harus menelpon Ririn?" lanjutku sambil terkekeh.

Aku beranjak dari tempat tidurku menuju ke ruang tamu untuk bersantai santai hehe. Aku disini sendiri lho asal kalian tahu! Tumben sekali aku tidak melihat yang lain. Tapi aku merasa mereka sedang bersembunyi.

"Ngapain ya?" Aku sedari tadi masih saja bermonolog. Jujur aku sangat bosan sekali. Mungkin aku akan keluar rumah sebentar mencari sarapan.

Pagi-pagi adalah waktu yang enak untuk berjalan kaki. Tumben dingin sekali hari ini dan ditambah langit menggelap. Rintikan hujan yang saat ini kurasakan, tetapi aku masih berjalan. Hujan semakin deras, tujuanku saat ini adalah ruko (rumah toko) yang kulihat di depan ku saat ini. Sepi. Mungkin karena ini masih pagi sekali. Sekitar jam 5 pagi.

Aku baru tersadar, Ya Tuhan aku berjalan sampai keluar perumahanku. Bagaimana bisa?

Ssstttttttt

Stttt

"SIAPA ITU?" Teriak ku masih didepan ruko ini. Seperti ada yang memanggilku saat ini, tapi aku tak tahu ia siapa. Aku beranjak, yang tadi sedang duduk disalah satu bangku di depan ruko ini menjadi berdiri untuk mencari siapa yang memanggilku tadi.

Hikssssssss

Aku mendengar tangisan disana, tepatnya di samping ruko yang gelap gulita itu. Aneh rasanya. Seperti nya tadi ia seperti memanggil seseorang, tapi mengapa sekarang aku mendengar tangisan? Aku harus mendatanginya, tapi aku takut. Oke, aku harus berani.

"Siapa?" Teriak ku masih di depan ruko ini.

"..... " Tidak ada jawaban, aku kembali jalan lebih dalam ruko samping ini. Karena letak samping itu ada sebuah tempat yang menurutku sedikit luas.

Saat aku ingin lebih kedalam ruko samping itu, aku terkaget. Ada yang menepuk pundakku dibelakang. Aku tentu saja hampir mengumpat tidak enak saat itu, karena fikiranku kemana mana.

"Siapa?" Ucapku terbata bata tetapi aku belum menoleh kearah ke si penepuk bahu ku itu. Tapi yang aneh, saat aku ingin menoleh ia sudah menghilang.

Ya tuhan.
Aku segera lari walaupun rintikan hujan masih deras. Aku takut mengapa ngapa saat ini. Huh! Mengapa aku tak mengajak Nenek Sum saja ya? Yasudah, ini kan sudah terjadi.

Aku berjalan sampai perumahanku lagi, sebelumnya aku berteduh dulu di salah satu penjual nasi uduk. Ibu itu ramah sekali, aku suka cara beliau menyapa. Tetapi saat ini masih jam setengah tujuh pagi. Lama sekali ya kupikir pikir ckck.

Baju ku masih basah, aku kedinginan. Mengapa hari ini rasanya hari yang tidak enak sekali bagiku ya? Mungkin sampai rumah aku langsung demam.

Aku masih memikirkan orang yang tadi memegang pundak ku, kenapa ia harus menghilang lalu ia pergi?

Aku sudah sampai rumah sekarang, benar tenyata ucapanku ini. Aku demam, aku langsung terbaring di kasur ku tanpa berganti baju terlebih dahulu. Nenek Sum yang tadi melihatku berjalan tergontai menuju ke kamar, menuntunku untuk jalan.

You Can See Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang