Selamat Membaca!
Kembali lagi menuju kelas, tetapi mengapa saat dijalan aku bertemu Reon yang habis bermain basket ya? Ia memakai baju basket, bukan nya ia murid baru? Aku berpikir lagi setelah itu. Ia tersenyum padaku. Apa tersenyum padaku? Ada angin apa Reon ini, tiba tiba ramah kepadaku. Ia sempat menyapaku.
"Halo." sapanya padaku. Aku tertegun, mengapa dia jadi ramah begini? Aku menjawab sapaannya.
"Halo juga, hehehe." sapaku juga. Aku bingung, kan ini sudah bel masuk kenapa ia masih diluar kelas apalagi ia masih bermain basket di waktu bel masuk.
"Reon, ga ke kelas?" Tanya ku ramah, Reon hanya tersenyum. Terpancar dari wajahnya itu. Dia beda sekali, mengapa?
"Iya nanti." jawab nya ramah.
Aku berjalan jalan riang menuju kelas, ternyata kelas sudah ramai. Tapi ada yang aku heran kan. Mengapa ada Reon disini? Bukan kah ia tadi memakai baju basket, dan sekarang? Ia memakai baju seragam putih abu abu. Aku bingung, ada apakah dengan Reon?
***
Reon..
Itu yang ku pikirkan saat ini, mengapa ia begitu misterius sekali. Aku menepukkan pipi, aku merasa seakan-akan ini mimpi burukku. Tetapi ini nyata dan fakta.
Ku tatap lagi Reon disana yang sedang duduk dibangku nya. Yang kulihat, ia sedang membaca novel tapi raut wajah nya dingin. Tadi?"Ca, pulang sekolah anterin aku ke toko buku yu! " Ajak Siti yang baru datang dari kantin. Oh ternyata bukan aku saja yang tadi masih diluar kelas sat bel masuk, tetapi Siti juga, ckck
"Iya, hehehe." Ucapku terkekeh. Inginku bercerita tentang Siti sedikit. Dia itu menurutku orangnya pecicilan. Dia tidak bisa diam, dia humoris. Terkadang, aku juga sering tertawa mendengar humor recehnya. Contohnya ia melawak tapi dengan gaya garing nya itu menjadi ramai seketika. Oh ya! Ia dan sahabat ku juga tahu kalau aku ini indigo.
"Ca jangan bengong aja, aku mau sesuatu untuk kamu." Ucap Siti tiba tiba. Yang tadi ku sedang menunduk karena aku merasa ngantuk akhirnya menenggakan tubuhku. Aku penasaran apa yang ingin Siti sampaikan. Aku memberi kode agar Siti menjelaskan.
"Kita besok akan liat pertandingan basket." ucap Siti yang tadi sudah ku kasih kode itu.
"Bukannya hanya kelas olahraga ya Ti?" Tanyaku bingung, bukannya hanya kelas olahraga? Sedangkan aku anak IPA. Disekolah memang ada 3 jurusan di SMA ku, yaitu IPA, IPS, dan olahraga.
"Iya, tapi katanya Pak Wahid (guru olahraga) karena kita dulu ikut lomba dalam cabang olahraga perempuan juga boleh kesana kok." Ucap Siti menjelaskan, aku hanya menggangguk anggukan kepalaku paham. Dulu memangku pernah mempelajari olahraga pada cabang volly dan pernah juga ikut lomba. Tapi setelah itu, aku tidak pernah lagi mengikuti volly.
Jam pulang sekolah adalah waktu waktu yang sangat dinantikan oleh semua murid pastinya, saat ini aku menunggu Siti yang katanya sedang ada urusan sebentar, aku menunggu di depan gerbang sekolah bersama Cia, Tasya. Oh ya, aku tak pernah cerita ya? Cia dan Tasya adalah sahabatku juga. Kita berbeda kelas, karena dulu kelas 9 kita bersama dan tak lupa juga, aku disini ditemani oleh Ririn yang disebelah ku. Ia sedang memainkan rambutnya yang lurus nan panjang itu. Tentu saja sahabat sahabatku tahu kalau aku ini indigo karena ku bercerita. Mereka sudah biasa juga melihatku kalau ku berbicara sendiri. Aku berbicara sendiri dalam artian karena hantu yang mengajakku berbicara.
"Rin, jangan iseng deh kamu." Ucapku terkekeh pada Ririn yang bermain main rambutku juga. Oh ya, aku juga pernah bercerita tentang Ririn pada sahabat sahabatku. Jujur saja aku takut sahabat sahabatku dijahili oleh Ririn, Ririn itu hantu yang jahil. Kalau tak dikenalkan, pasti ia akan iseng. Ckck.
Aku baru teringat! Oh ya, aku ingin menanyakan tentang Jason pada Ririn, kali saja ia kenal. Aku mengode Ririn agar berhenti bermain main dengan rambutku. Ku ajak ia yang tadi di tengah jalan jadi meminggir.
"Rin, kenal Jason ga?" tanyaku to the point pada Ririn, hilangkan dulu rasa tahuku tentang Reon Reon itu. Aku menanyakan pada Ririn tentang Jason. Tentu Cia dan Tasya yang melihatku yang sedang berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata ini sudah biasa kok. Jadi tak akan heran heran.
"Oh Jason." aku tak tahu ucapan Ririn itu pertanyaan atau pernyataan. Aku heran.
"Itu pertanyaan atau pernyataan?" Tanyaku terkekeh pada Ririn. Sepertinya Ririn bingung, terlihat dari raut wajahnya itu.
"Hehehe aku ga tau." ucap Ririn padaku sambil ketawa-ketiwi. Rasanya aku ingin tertawa dengan keras, ternyata hantu juga bisa bingung ya. Ckck
"Bhahaha." Tawa kencangku keluar. Upss.... Langsung ku tutup mulutku yang lebar saat tertawa itu, aku sedang diperhatikan oleh orang lain yang lewat disini.
"Maaf maaf." ucapku pada orang itu. Tempat ini lama kelamaan menjadi sepi. Hanya tinggal pak Asep. Pak Asep yang habis keliling keliling kelaspun tak lupa menyapaku.
"Belom pulang eneng-eneng?" Tanya pak Asep satpam yang sudah ku ceritakan itu.
Cia dan Tasya yang tadi sedang asik berdebat pun berhenti. Entahlah aku juga tak tahu mengapa mereka bisa berdebat hahaha."Belom pak hehehe." Jawab kita serempak (baca:Aku, Tasya dan Cia)
Siti yang datang dari ruang OSIS pun langsung menyamperi aku dan sahabatku disini. Aku lupa bilang ternyata! Oh ya, kalau Siti itu adalah anak OSIS, pantas saja sedikit ada kendala. Hehehe
"Maaf, pasti pada nunggu lama ya?" Ucap Siti.
"Engga apa apa Ti, kan kita janji mau ke toko buku bareng." ucap Cia.
Setelah kita pertimbangkan untuk apa saja kita disana, setelah itu kita berencana untuk naik angkot saja. Kan lumayan untuk mengirit ongkos :)
Tetapi saat ku menunggu angkot di seberang jalan, aku melihat Reon disana yang sedang ingin memakai helm nya. Apa kah dia memang aslinya dingin? Aku tak tahu harus apa, rasa penasaranku datang begitu saja tak diundang. Reon yang tadinya masih didalam parkiran sekolah, sudah pergi pulang. Karena ada angkot, aku naik. Satu ada yang dipikirkanku.
'Jangan pikirkan Reon lagi'
Tapi percuma saja, aku tak bisa. Kenapa Reon misterius sekali. Aku juga masih turut bersedih tentang Jason. Oh ya, aku juga harus segera memberikan salam Jason pada neneknya. Tapi aku tak tahu dimana.
Di Gramedia, aku melihat novel novel terbaru. Tentu saja aku menabung untuk membeli novel ini. Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga yang hanya berjualan cathering rumahan. Sedangkan Ayahku sudah tiada. Aku hidup bertiga saja. Aku, Ibu dan kembaranku. Namanya kak Rifki. Itu saja yang sedikit tentang keluargaku.
Semoga kalian suka cerita ini ya :)
Sedikit mengenai tentang kata "eneng" dalam dialog yang kalau tak mengerti.
* kata eneng yakni panggilan untuk seorang gadis yang lebih muda meskipun awalnya kata eneng biasanya digunakan untuk memanggil anak keluarga yang dihormati di kampung atau bisa juga sebagai panggilan kesayangan dari keluarga. Tetapi kemudian kata eneng sudah menjadi kebiasaan orang sunda untuk memanggil seorang perempuan, siapapun dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Can See Me
Horor[Horror-Misteri] Seorang gadis indigo yang setiap hari selalu melihat hal hal yang tak mungkin semua orang bisa melihat. Baginya, melihat suatu hal itu adalah biasa. Mungkin orang menyangka ia seperti orang gila? Tapi entahlah, pemikiran orang juga...